Naruto x Inazuma Eleven : Ashisutanto no bōken

Genre : Adventure, Friendship, Sport

Disclaimer :

Naruto © Masashi Kishimoto

Inazuma Eleven © Level-5

Summary : Saat penyerangan Akademi Aliea, tim Raimon tidak hanya mendapat pelatih yang baru melainkan juga seorang asisten pelatih yang seumuran dengan mereka. Siapakah dia ? Dan apakah pengaruhnya bagi Endou dan timnya ?

Warning : Gaje, Typo, kata baku dan gak baku dicampur aduk, OOC, Hisssatsu buatan sendiri, Alur berantakan, Au!

Opening :

"Futarinara" By BiSH

(Ost. 3D Kanojo ; Real Girl S2)

Intro Music

( Layar awal diperlihatkan matahari yang perlahan terbit dari belakang sekolah Raimon, lalu kamera mulai mengarah ke arah langit dan menunjukkan judul fanfic ini ).

Konna tokoro de naiteitatte

(Kamera yang semula mengarah ke langit, mulai turun dan sekarang mengarah ke bagian depan rumah Endou yang sedang keluar dari rumahnya dengan semangat menuju sekolah, lengkap dengan seragam sekolahnya )

Dare mo kidzuki ya shinai wakatterun da

( Layar berganti menjadi Gouenji dan Kidou yang sedang berjalan bersama menuju sekolah, kemudian mereka berhenti sejenak dan menengok ke arah belakang. Kamera mengikuti arah mereka berdua dan melihat Endou yang sedang berlari dengan semangat sambil melambaikan tangannya. Gouenji dan Kidou tersenyum kecil saat melihat Endou datang )

Nani mo nakatta ka no youni

Kako o keshisatte sekai dake susunde iku

( Layar berganti lagi, sekarang memperlihatkan sisa pemain Raimon yang sedang mengobrol bersama sambil berjalan menuju gerbang sekolah. Tanpa diduga, Endou melompat dari belakang dan membuat Kabeyama yang berada paling belakang kaget dan terjatuh kebawah bersama dengan yang lainnya. Setelah mereka semua bangun, mereka semua tertawa bersama di depan sekolah )

Kimi wo utsusu to kimeta firumu nano ni

( Layar berganti kembali, sekarang memperlihatkan naruto yang berdiri bersama dengan Hitomiko dan Hibiki saling membelakangi masing - masing dengan sorot kamera berfokus pada naruto yang memasang wajah serius kearah kamera pada sebuah ruangan berwarna serba putih )

Tamatte yuku sokonashi no sora

( Layar sekarang berubah dengan background berwarna ungu, kamera menyorot dari bawah sampai atas gambar dari tim Gemini Strom lalu diatasnya terdapat beberapa tim yang hanya terlihat mata dan seringai jahat serta aura hitam yang keluar dari tubuhnya )

Wasuretatte kiechainai ano itami wa hora, nan dakke?

( Layar kembali berubah, sekarang kamera menyorot ke arah Endou yang sedang kelelahan sambil berusaha untuk bangkit. Tetapi ada sebuah uluran tangan yang muncul di penglihatannya, endou melihat arah uluran tangan itu dan ternyata adalah naruto yang tersenyum lebar sambil mengulurkan tangannya. Endou juga ikut tersenyum lebar lalu menggenggam tangan naruto dengan erat )

Kawaru keshiki mayotte shimatta nara

( Layar berganti, dan sekarang kamera menyorot kepada tim raimon yang sedang latihan di lapangan sekolah mereka. Kamera berawal pada Gouenji yang menangkap bola dengan dadanya, lalu dia menendang dan mengoper kepada Kidou yang sedang berlari dan berhasil mengambil operan dari Gouenji, tetapi didepannya sudah ada Ichinose yang menghadangnya )

Ano uta wo omoidashite miyou ka

( Layar berlanjut, dan sekarang kamera fokus kepada Ichinose yang sedang berebut bola dengan Kidou. Lalu Ichinose berhasil merebut bola itu dan langsung saja menendang bola dengan tinggi. Fokus kamera pada bola yang melambung tinggi itu )

Sou ne kanashii koto mo futari nara

( Bola yang melambung itu ditangkap sempurna oleh Someoka dengan dadanya, setelah bola turun ke kakinya, dia bersiap menendang bola dengan teknik hissatsu miliknya. Lalu diapun menendang bola berbentuk naga tersebut )

Takaramono ni natte yuku hazu sa

( Fokus kamera sekarang pada teknik hissatsu Someoka yang berbentuk naga berwarna biru itu dan sedang melesat menuju kearah gawang yang dijaga oleh Endou )

Nijinde mo kienakatta

( Sekarang sorot kamera menunjuk kepada Endou yang melihat adanya bola yang datang dengan serius, lalu dia bersiap mengeluarkan teknik hissatsunya dengan tangan yang mulai mengeluarkan aura berwarna kuning keemasan dengan kilatan - kilatan petir berwarna sama. Lalu Endou mengangkat tangannya tinggi - tinggi dan dari tangannya mengeluarkan sinar yang sangat terang, lalu layar berubah menjadi putih )

Ano hi wo kimi ni misetai

( Dari layar putih, sekarang gambar memperlihatkan beberapa foto keseruan tim raimon dengan naruto pada bingkai yang terpampang di dinding )

A/N : Untuk pakaian naruto pada opening, akan dijelaskan di chapternya ya.. ^_^

Chapter l : Awal dari Pertemuan

Endou Mamoru, seorang anak berambut cokelat pendek yang unik dengan tepi menunjuk pada kedua sisi rambut dan satu sisi didepan yang ditutup dengan sebuah ikat kepala berwarna oranye yang sedikit kotor dan berdebu serta memakai seragam kiper Raimon yang juga lusuh dan kotor sedang menatap ke arah langit dengan perasaan marah, sedih, dan kesal pada dirinya karena dia tidak bisa melindungi gawang maupun teman - temanya sendiri. Dia merasa gagal menjadi seorang kapten yang baik bagi semuanya.

'Tidak!.. '. pikir Endou dengan menggelengkan kepalanya. 'Aku tidak boleh menyerah!..'. Lanjut pikirannya berusaha untuk menyemangati diri sendiri. 'Aku harus bisa.. Melindungi teman - temanku yang lain! '.

Dengan membulatkan tekadnya dan menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, Endou perlahan - lahan mencoba untuk berdiri kembali dengan menopang tubuhnya menggunakan kedua tangan yang ia taruh pada lututnya. Dengan nafas yang memburu dan saat dirasa tubuhnya mulai seimbang, perlahan Endou mulai melihat keadaan teman satu timnya yang masih tergeletak di tanah dengan beberapa luka di tubuh mereka. Endou secara refleks mengeratkan cengkraman tangannya sambil berusaha menahan amarah yang muncul pada dirinya, lalu pandangannya beralih kepada musuh yang ada dihadapannya. Berada di bagian tengah dari formasi timnya, ada seorang anak dengan rambut panjang berwarna hijau zaitun yang diikat tinggi dengan poni yang diikat juga. Memiliki kulit kecokelatan dan memakai jumpsuit berwarna abu-abu yang selaras dengan celana dan sepatunya, di lengannya ia memakai armband kapten berwarna ungu.

"Ada apa..?". Kata anak itu dengan senyuman sombong di wajahnya dan memandang endou dengan tatapan meremehkan. "Bukannya tadi kau bilang ingin mengalahkan kami..? Apa itu hanya bualanmu saja..?". Sambung anak itu sambil mencoba memprovokasi Endou dengan senyum sombong yang semakin lebar.

Endou tidak menjawab perkataan itu, tapi dapat dilihat jika dia menahan amarahnya dengan mengeratkan pegangan tangannya pada kedua lututnya dengan kencang. Pandangannya pun semakin keras melihat anak itu, yang Endou ketahui bernama Reize saat di awal pertandingan tadi.

Sementara itu, di pinggir lapangan terdapat tiga orang anak perempuan dan satu orang pria dewasa yang sedang melihat ke arah endou dengan perasaan khawatir, mereka adalah Kino Aki, Otonashi Haruna, Raimon Natsumi dan pelatih mereka Hibiki Seigou.

'Endou-kun... Minna...'. Pikir Aki dengan perasaan khawatir kepada Endou dan yang lainnya. 'Semoga kalian semua baik - baik saja..'. Lanjutnya sambil berusaha berdoa untuk keselamatan teman - temannya.

'Nii-san..'. Pikir Otonashi saat melihat keadaan kakaknya Kidou yang penuh luka dan sudah pingsan akibat pertandingan yang berat sebelah tadi antara Raimon Gakuen dengan tim yang mengaku sebagai alien, yaitu Aliea. 'Seandainya saja mereka semua dalam kondisi prima saat melawan tim ini.. Mungkin hasilnya akan jauh berbeda dari sekarang..'. Lanjut pikirnya sambil mengingat bahwa sebelum pertandingan ini dimulai, kakaknya dan yang lain habis melakukan pertandingan sengit melawan Zeus Gakuen di ajang Football Frontier babak final.

Natsumi yang juga tahu bahwa tim Raimon habis melakukan pertarungan melawan SMP Zeus, mulai memutar otaknya bagaimana caranya mereka semua bisa keluar dari situasi ini, mengingat keadaan Endou dan yang lain yang sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertandingan yang sudah diluar batas ini. Pandangannya beralih ke arah pelatih yang ada di sebelahnya. "Pelatih.. Apa tidak bisa pertandingan ini dihentikan.? Kau lihat keadaan Endou dan lainnya yang sudah tidak bisa melawan lagi kan..? Mereka semua membutuhkan pertolongan secepatnya..". Kata Natsumi dengan nada cemas.

"Aku tahu itu Natsumi..!". Kata pelatih Hibiki dengan nada tegas yang membuat Natsumi, Aki, dan Otonashi kaget karena baru pertama kalinya pelatih mereka berkata dengan keras, tapi pandangan mereka juga melihat bagaimana pelatih Hibiki yang sudah mengepalkan tangannya dengan keras. "Aku tahu.. Tapi kita juga tidak bisa gegabah sekarang.. Kalian masih ingat kan tujuan kita kesini..?". Lanjut Hibiki sekarang dengan nada yang lebih lembut. Ketiga manajer tim Raimon itu mengangguk mengerti.

Mereka bertiga mengerti kenapa mereka semua berada di Kasamino Gakuen. Itu karena mereka semua ingin menyelamatkan sekolah Kasamino ini dari kehancuran akibat Aliea yang menyerang secara membabi buta ke beberapa sekolah yang juga termasuk Raimon Gakuen saat tim mereka sedang dalam perjalanan pulang menuju sekolah. Tetapi, mereka juga tidak memperhitungkan besarnya kekuatan lawan saat ini yang mengakibatkan situasi genting seperti sekarang.

Kita kembali ke lapangan, dikarenakan yang menonton pertandingan sedang berkutat dengan pikiran mereka masing - masing, tidak ada yang menyadari kecuali satu orang yang bersembunyi di salah satu dahan pohon, bahwa perlahan - lahan dari dalam tubuh Endou mulai keluar pancaran aura tipis berwarna blue violet yang mulai menyelimuti seluruh bagian tubuh Endou seraya dengan perasaan benci dan marah yang merasuki pikirannya semakin besar. Mata yang sebelumnya memancarkan perasaan hangat dan ceria kini berubah menjadi tatapan dingin yang menusuk siapa saja yang melihatnya.

'Sial... Bisa gawat nanti jika Endou menggunakan kekuatan itu tanpa latihan khusus.. Bisa - bisa dia mengamuk dan tidak bisa kembali menjadi dirinya sendiri...'. Pikir orang itu dengan panik dan segera turun dari pohon tempat dia bersembunyi. 'Aku harus membuat dia tenang segera...!'. Pikir orang itu yang terakhir, sebelum akhirnya dia berlari menuju ketempat Endou dan timnya berada.

Kembali ke Endou, dimana sekarang dia masih tenggelam dalam perasaan marah dan benci kepada anak yang bernama Reize itu dan juga timnya. Otaknya yang biasanya tenang, sekarang tidak bisa berfikir dengan jernih. Itu karena beban fisik sehabis bertanding dua kali berturut - turut menuntut dia untuk beristirahat sekarang. Di dalam pikirannya, seperti ada bentrokan antara dua kubu yang berbeda. Yang satu sisi adalah pikiran jahat yang membisikan hal - hal buruk untuk segera membalaskan dendamnya kepada Reize dan timnya, dan sisi lainnya adalah pikiran rasional dirinya yang masih berusaha menahan keinginan jahat itu. Untungnya, sebelum pikirannya semakin menjadi - jadi, sebuah tepukan ringan mendarat di pundak kanannya, secara refleks pikiran jahat yang menghinggapi diri Endou teralihkan dan perlahan menghilang saat terdengar bisikan pelan. "Tenanglah.. Kau bisa beristirahat sekarang.. Biar aku yang melanjutkan". Hinggap di pendengarannya. Entah kenapa, tubuh yang semula tegang perlahan mulai rileks dan beban di pikiran Endou serasa hilang seketika seraya dengan tubuhnya yang mulai kehilangan keseimbangan untuk berdiri.

Sebelum tubuh Endou jatuh ke tanah, dia sudah ditangkap duluan oleh sebuah punggung seseorang di depannya. Endou yang tidak merasakan sakit seperti saat dia jatuh sebelumnya, mulai membuka matanya secara perlahan. Dari pandangannya yang samar - samar, dia dapat melihat beberapa detail dari penolongnya. Seperti, jaket hoodie berwarna oranye yang menutupi kepala sang penolongnya yang membuat Endou tidak dapat melihatnya dengan jelas dari belakang, tetapi dia dapat melihat rambut yang sedikit keluar dari hoodienya berwarna kuning dan juga sepintas dia juga melihat guratan garis seperti kumis seekor kucing ada pada pipi penolongnya.

Dikarenakan beban tubuh dan pikiran Endou yang sudah terlalu banyak, dan juga ia tahu kalau ia berada di tempat yang aman. Akhirnya Endou memutuskan untuk memejamkan matanya dan tertidur di punggung penolongnya. Tetapi sebelum ia tertidur, dia sempat mengucapkan beberapa kata dengan pelan kepada orang yang menolongnya. "Ter-..ima.. Kasih..". Dan dijawab dengan pelan juga oleh orang itu dengan. "Ah.. Serahkan padaku..". Lalu Endoupun tertidur pulas.

Setelah merasa Endou sudah tertidur. Orang itu, yang ternyata Seumuran dengan Endou dan yang lainnya, mulai menyapa kepada Reize dan timnya yang masih menatapnya dengan waspada. "Yo~... Reize-kun.. Hisashiburi~...". Kata anak itu dengan nada ceria yang terkesan polos. Seluruh pemain Gemini storm tercengang dengan anak itu, bagaimana tidak, orang biasanya akan memperkenalkan diri jika baru bertemu, tetapi anak ini malah menyapa dengan ceria seperti baru berjumpa dengan kawan lama.

Salah satu anggota tim Gemini storm tidak terima dengan cara bicara anak itu yang terkesan sok akrab dengan mereka, diapun berteriak marah kepada anak itu. "Kisama!.. Berani sekali kau memanggil Reize-sama dengan cara seperti itu.. Hah!". Kata pemain itu dengan geram.

"Iya.. Berani sekali kau seperti itu, seakan kau mengenalnya sejak lama..". Sambung pemain yang lain yang tidak kalah emosinya dengan yang sebelumnya.

Anak itu hanya tersenyum lebar dari balik hoodienya mendengarkan kekesalan mereka. "Oya~Oya~... Okashina~... Bukannya kita memang sudah lama saling kenal Reize-kun..?". Kata anak itu dengan nada main - main yang membuat pemain Aliea lainnya kecuali Reize semakin kesal dan geram. Tetapi sebelum anggota timnya membalas perkataan anak itu, Reize mengangkat tangannya yang membuat anggota lainnya menutup mulut mereka.

"Tidak usah berbelit - belit.. Langsung saja katakan.. siapa kau sebenarnya dan ada keperluan apa sampai - sampai kau datang dan mengacaukan pertandingan ini..?". Kata Reize dengan nada tegas dan sedikit mengancam untuk membuat anak itu ketakutan. Tetapi bukannya takut, anak itu hanya tersenyum lebar.

"Ukh~...". Kata anak itu dengan dramatis sambil berpura - pura memegang dadanya yang terasa sakit. "Hatiku terasa sakit saat kamu bilang kalau kau tidak mengenali aku Reize-kun..". Lanjutnya masih dengan nada yang dibuat - buat seperti sakit beneran.

Semua yang menyaksikan drama dari si anak berjaket hoodie itu, hanya bisa sweatdrop menanggapi aksinya yang terlalu lebay itu. Berbeda sekali dengan tim Gemini storm yang sudah diambang batas kesabaran mereka dan ingin segera melenyapkan anak berjaket hoodie itu. Reize sendiri hanya berkedut kesal menanggapi perkataan anak itu.

"Sudah cukup main - mainnya..! Katakan apa maumu sebenarnya atau aku akan menyuruh timku menghabisimu disini sekarang..". Reize berkata dengan nada marah sambil menunjuk ke arah timnya yang sudah memasang wajah siap membantai anak itu jika dia berkata yang aneh - aneh lagi.

Anak berjaket hoodie itu hanya menghela nafas lelah menanggapi ancaman dari Reize. "Tsumaranai..". Kata anak itu dengan nada bosan. "Kau tahu Reize-kun, dulu biasanya kau yang selalu ceria dibandingkan yang lain". Lanjut anak itu dengan nada pelan sambil mengingat masa lalu. Setelah itu, dia mengangkat bahunya tidak peduli. "Ma... Mungkin zaman sudah berubah..". Katanya dengan asal. "Yang pasti sekarang, aku ingin bertanya kepadamu...". Lanjut anak itu lalu menunjuk kepada Reize dengan mood yang tiba - tiba berubah serius.

Dengan suara yang sedikit diberatkan anak itu bertanya kepada Reize. "Apa kau serius ingin menghabisiku disini..? Mi-do-ri-cchi..". Tanya anak itu dengan serius lalu diberi penekanan di akhir katanya. Sontak, kata terakhir yang disebutkan oleh anak itu membuat Reize membulatkan matanya dengan sempurna seperti baru menyadari sesuatu dan membuat dia mundur satu langkah kebelakang.

"Bohong... Ini pasti bohong, kan..". Kata Reize dengan perasaan takut sambil dia terus mundur beberapa langkah kebelakang, wajahnya terlihat pucat seperti habis melihat monster yang ganas. Para pemain timnya memandang Reize dengan rasa bingung dan khawatir.

"Reize-sama, kau baik-baik saja..?". Kata salah satu pemain kepada Reize. Lalu pandangannya beralih ke arah anak berjaket hoodie itu yang hanya tersenyum saja melihat kegelisahan kapten mereka. "Oy! Kisama!.. Apa yang sudah kau lakukan kepada Reize-sama, Hah!..". Tanyanya dengan nada kesal.

"Entahlah..". Kata anak itu dengan mengangkat bahunya. "Mungkin dia baru sadar, kalau sebenarnya dia mengenalku sejak lama..". Jawab anak itu dengan se-enaknya saja. "Bukan begitu.. Reize-kun..?". Lanjut anak itu sambil melihat ke arah Reize dari balik hoodienya.

Reize menelan ludahnya sendiri sambil berusaha keras menahan rasa yang timbul dihatinya. Dadanya serasa sesak, nafas tak beraturan mulai keluar dari mulutnya dan keringat mulai bercucuran turun seraya dengan pandangannya yang mulai mengabur. Tanpa diduga, Reize jatuh berlutut di tengah lapangan itu. Semua pemain dari Gemini storm terkejut dan segera menghampiri kaptennya yang sudah mulai kehilangan kesadaran dan jatuh pingsan.

Para pemain sepak bola dari Kasamino gakuen dan juga ketiga manajer tim dari Raimon memandang kejadian tersebut dalam kebingungan. Apa yang sedang terjadi sebenarnya, bagaimana bisa percakapan yang berawalan santai tiba - tiba menjadi kacau sampai kapten tim Gemini storm jatuh pingsan. Pertanyaan itulah yang masih terngiang di pikiran mereka dan hanya satu jawabannya, yaitu pada anak misterius yang tiba - tiba saja muncul dan menolong Endou pada saat dia mau pingsan. Pandangan mereka semua beralih ke arah anak berjaket hoodie berwarna oranye itu yang sekarang berjalan pelan menuju ke tempat Reize pingsan sambil membawa Endou yang masih tertidur dipunggungnya.

Ada beberapa pemain Gemini storm memasang sikap waspada saat anak berjaket hoodie itu berjalan ke tempat mereka. Dan sisanya juga ada yang mulai merasa takut. Anak itu, yang tahu bahwa tim Reize merasa gelisah melambaikan tangan kanannya kedepan dan kebelakang dengan pelan.

"Tenanglah.. Aku tidak akan berbuat macam - macam kepada kalian". Kata anak itu dengan lembut. beberapa pemain tim Reize mulai merasa lega dan ada juga yang masih terlihat was - was pada anak itu. Anak itu tidak memperdulikan tatapan waspada itu, dia lalu melanjutkan bicaranya. "Lebih baik kalian pergi membawa kapten kalian dari sini untuk beristirahat.. Dia akan siuman dalam beberapa jam, jadi kalian tidak perlu khawatir". Kata anak itu dengan lembut, lalu segera berjalan ke tempat Hibiki dan yang lainnya berada, meninggalkan para pemain tim Gemini storm yang menatapnya dengan bingung. Tetapi sebelum anak itu menjauh, ada salah satu pemain yang memanggilnya.

"A-Ano..". Kata pemain itu mencoba memanggil dengan perasaan sedikit gugup. Anak itu mendengar ada yang memanggilnya dari belakang menoleh ke arahnya.

"Hm? Ada apa..?". Kata anak itu dengan bingung.

Pemain yang memanggil tadi memberanikan diri bertanya kepada anak itu. "A-ano.. Ke-kenapa kau membiarkan kami pergi dan tidak menangkap kami..?". Kata anak itu dengan takut - takut jikalau anak yang ada di depan mereka itu merubah pikirannya dan ingin menangkap mereka.

Tetapi tatapan bingunglah yang didapat oleh tim Reize. "Hm..? Menangkap..? Untuk apa..?". Kata anak itu dengan bingung, bahkan ada ilusi tanda tanya besar di belakang kepalanya. Jawaban polos itu membuat seluruh pemain Gemini storm kecuali Reize menganga dan menatap anak itu dengan terheran - heran.

'Dia bodoh.. Atau memang polos sih..?'. Itulah yang ada di benak semua pemain tim Gemini storm.

Keluar dari keterkejutan mereka, ada pemain lain dari Gemini storm yang memberikan jawaban pada anak berjaket hoodie itu yang masih tidak mengerti dengan perkataan mereka. "Bukannya kami yang menghancurkan sekolah - sekolah lain.. Apa kau tidak ingin menangkap kami supaya tidak ada sekolah lain lagi yang menjadi korban".

Anak berjaket hoodie itu mengangguk mengerti maksud perkataan mereka yang tadi. "Ah, soal itu ya..?". Kata anak itu dengan santai. Lalu dia berdiam sejenak dan kemudian mengangkat bahunya tidak peduli. "Ma.. Itu sih bukan hakku untuk menangkap kalian, tapi hak tim Raimon jika memang mereka ingin. Lagian, tim ini pasti akan membalas kekalahan mereka hari ini.. Jadi, kalian bersiap - siap saja jika kalian sedang beraksi dan tim Raimon akan datang berusaha menghentikan kalian...". Lanjut anak itu dengan penuh keyakinan saat menyebutkan tim Raimon.

Seluruh pemain tim Gemini storm saling menatap satu sama lain atas jawaban yang masih membingungkan dari anak misterius yang ada di depan mereka, tetapi mereka semua setuju dalam satu hal, 'Ini bukan pertemuan terakhir'. Dengan si anak berjaket hoodie itu, oleh karena itu mereka semua tersenyum kepada anak itu. Bukan sebuah senyum kesombongan yang biasa mereka perlihatkan pada musuh, tetapi sebuah senyuman tulus akan sebuah janji bahwa mereka semua pasti akan bertemu lagi.

"Ah!.. Akan kami tunggu sampai Raimon team bisa mengalahkan kami". Jawab mereka semua dengan kompak dan semangat. Lalu mereka semua pun pergi menggunakan portal yang muncul dari bola yang sering mereka bawa.

Setelah memastikan mereka semua pergi, anak itu memandang ke arah langit yang sudah mulai berubah oranye menandakan waktu sudah semakin sore.

'Hah~... Hari yang melelahkan..'. Pikir anak itu dengan tersenyum lebar, mata biru saphire itu terlihat jelas memancarkan kesenangan saat dia memandang ke langit. 'Hal menarik apa lagi ya yang menungguku saat bersama Endou dan teman - temannya.. Aku jadi tidak sabar..'. Lanjut pikirannya sambil tertawa kecil. Setelah itu, dia memutuskan pergi ke tempat Hibiki dan yang lainnya berada untuk menjelaskan mengapa dia berada disini.

TIME SKIP

2 days later

Endou P. O. V

Hal yang pertama kali kurasakan saat terbangun dari tidur, biasanya adalah rasa kantuk bercampur dengan perasaan lelah sisa dari hari kemarin. Tetapi, kedua hal itu akan hilang jika aku melakukan ritual mandi di pagi hari seperti biasanya. Hari ini, ada sebuah rasa yang baru pertama kali aku rasakan saat terbangun dari tidur.

Sakit

Itulah yang kurasakan saat ini. Sekujur tubuhku terasa seperti segerombolan orang habis memukuliku hingga aku pingsan, yah. Meskipun aku sendiri belum pernah dipukul oleh orang sih, tapi setidaknya mungkin ini rasanya jika dipukuli oleh orang.

Karena tidak ingin terlarut dalam rasa sakit ini lebih lama, akupun mencoba mengalihkan perhatianku dengan cara mengobservasi ruangan tempatku tidur sekarang. Dari ruangan yang minim cahaya dan hanya mengandalkan sinar mentari pagi yang masuk dari celah pada tirai, aku dapat melihat sebuah ruangan yang tidak terlalu besar dengan tempat tidur disebelah kiri dari pintu masuk kamar, lalu aku juga dapat melihat sebuah rak buku yang terletak di depan tempat tidurku berada dan juga yang terakhir ada sebuah rak belajar di sudut ruangan. Setelah pengobservasian singkat olehku untuk ruangan ini, aku baru menyadari bahwa ruangan ini adalah kamarku sendiri. Baka, mana ada coba orang lupa sama kamarnya sendiri, tempat dia biasanya tidur diwaktu malam setiap harinya.

Hm.. Mungkin sewaktu aku pingsan kepalaku terbentur oleh sesuatu sepertinya, sampai aku tidak bisa mengingat kamarku sendiri. Oh iya, mengingat kembali sesaat sebelum aku pingsan, kalau tidak salah ada seseorang yang menangkapku sebelum aku terjatuh ke tanah. Ah, seingatku dia berjaket hoodie berwarna oranye, tapi aku gak bisa melihat wajahnya hanya rambutnya saja yang berwarna kuning atau itu warna kuning keemasan? Entahlah, yang pasti dia memiliki sebuah keunikan tersendiri yang tidak dimiliki orang banyak, yaitu tiga buah guratan atau garis pada pipinya yang terlihat seperti kumis pada kucing dan sepertinya dia lebih tua dariku deh. Ma, pokoknya jika aku bertemu dia lagi, aku harus mengucapkan terima kasih kepadanya.

Hm?, Sepertinya tubuhku mulai terbiasa dengan rasa sakit ini, akupun mencoba untuk duduk di atas kasur secara perlahan. Itai! Ouch! Ternyata tidak semudah kelihatannya, tubuhku rasanya mau copot kalau begini terus, tapi aku harus bisa menahannya di depan teman - temanku nanti. Karena mau bagaimanapun, aku adalah kapten mereka dan seorang kapten tidak boleh menunjukkan sisi lemahnya pada yang lain. Ayo endou! Semangat! Kamu pasti bisa!

Dengan berbekal tekad dan semangat, akhirnya akupun bisa berdiri sendiri dengan berpegang pada dinding dan perlahan tapi pasti aku mulai berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang sepertinya sudah basah oleh keringat.

Dua puluh menit kemudian dan sekarang aku sedang menuruni tangga menuju ruang makan keluarga. Fiuh, sepertinya efek dari obat pereda rasa sakit yang kuminum di kamar mandi tadi sudah bekerja dengan semestinya, badanku sudah tidak terasa sakit lagi dan bagaimanapun aku tidak mau mengkhawatirkan ibuku. Kalau sampai dia tahu keadaan anaknya seperti ini, bisa - bisa dia tidak akan mengizinkanku bermain sepak bola lagi. Brrr, aku jadi takut sendiri memikirkan apa yang akan terjadi jika aku tidak bermain sepak bola lagi. Karena sepeninggalnya kakek, ibuku menjadi trauma kalau aku akan bernasib sama seperti kakek jika mengikuti jejaknya.

Sesampainya di ruang makan, aku sedikit terkejut melihat Aki bersama ibuku sedang asyik mengobrol bersama. Dan saat melihat ku masuk ke ruang makan, mereka menghentikan obrolan mereka dan aki menghampiriku dan bertanya.

"Endou-kun.. Apa kau baik - baik saja ?". Tanyanya dengan khawatir. Akupun tersenyum cerah untuk menenangkan perasaannya.

"Ah.. Aku baik - baik saja.. Ada perlu apa kamu kemari, Aki ?" Aku bertanya mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Yokatta.. Kalau kamu baik - baik saja.. Sudah dua hari kamu tertidur dan teman - teman lainnya menjadi khawatir". Katanya dengan perasaan lega. Lalu dia tersenyum kepadaku. "Maaf kalau aku mengganggu.. Aku kesini hanya ingin menjengukmu saja, sekaligus ingin memberitahu keadaanmu kepada teman - teman". Aki menjawab dengan lembut.

Aku mengangguk mengerti, tapi setelah itu akupun terkejut dengan perkataan Aki yang pertama. "EHHH! Aku tertidur selama dua hari.. serius..?". Kataku dengan tidak percaya sambil menatap ke arah ibuku dan Aki secara bergantian.

"Iya.. Kamu sudah tertidur selama dua hari, ibu sampai khawatir mendengarnya. Temanmu yang berambut kuning bilang kalau kamu baik - baik saja, hanya kelelahan sehabis bertanding di final kejuaraan kemarin dan menyuruh ibu untuk membiarkanmu beristirahat di kamar". Kata ibuku sambil dia menyiapkan sarapan untukku di meja. Teman berambut kuning ? Siapa ? Akupun menatap Aki untuk meminta penjelasan.

Aki hanya tersenyum ke arahku dan bilang nanti akan dijelaskan, akupun mengangguk paham. Setelah itu, ibuku dan Aki ikut sarapan bersamaku diselangi dengan obrolan tentang kemenangan timku di kejuaraan kemarin dan juga apa rencanaku kedepannya.

Sehabis acara makan bersama selesai, aku dan Aki memutuskan untuk meminta izin kepada ibuku agar kami berdua bisa menjenguk teman - teman yang berada di rumah sakit. Aki bilang kepadaku bahwa Shourin, Shisido, Kageno, Handa, dan Max mengalami luka yang cukup serius pada pergelangan kaki dan tangan mereka. Akupun hanya bisa terdiam saat Aki menjelaskan cedera yang dialami oleh kelima temanku itu, karena mau bagaimanapun penyebab mereka semua terluka adalah kesalahanku yang tidak bisa melindungi teman - temanku.

Setelah mendapatkan persetujuan dari ibuku, akhirnya aku dan Aki berangkat pergi menuju Rumah Sakit Inazuma bersama - sama.

Endou P.O.V. END

SCENE CHANGE

Rumah sakit Inazuma

Di sebuah kamar rumah sakit, terdapat lima orang anak yang memiliki rambut berbeda - beda. Yang pertama, ia memiliki rambut panjang, lurus, berwarna ungu muda yang selalu menutupi matanya yang membuatnya terlihat seperti hantu. Dia juga salah satu anggota yang memiliki tubuh tinggi di dalam tim Raimon, dan namanya adalah Kageno Jin. Yang kedua, ada Handa Shinichi, Dia memiliki rambut pendek, berwarna coklat berantakan, dan matanya berwarna cokelat gelap. Dia memiliki kulit putih dengan tinggi rata-rata. Ketiga, Shourinji Ayumu. Dia adalah salah satu pemain terkecil di dalam tim. Dan ia memiliki mata hitam yang terlihat seperti tanda tambah (+) dan rambut cokelat panjang diikat ekor kuda. Selain kuncir kuda, ada sebuah poni kecil di depan yang sedikit menutupi kepalanya. Shishido Sakichi adalah yang keempat, dia memiliki rambut afro berwarna oranye dan matanya tidak bisa dilihat karena rambutnya yang menutupi matanya. Dia juga memiliki bintik-bintik di pipinya dan juga hidung yang terlihat seperti wortel kecil. Dan yang terakhir yaitu Matsuno Kuusuke, sering dipanggil temannya dengan sebutan Max, memiliki kulit yang cerah, mata hitam bulat, rambut oranye-merah diikat menjadi ekor kuda dan hidung oranye. Dia sering terlihat mengenakan topi kucing berwarna merah muda dan biru. Saat ini mereka semua sedang dilanda kesedihan, sebab kekalahan mereka dari Gemini storm kemarin lusa.

"Ukh~.. Entah kenapa aku masih merasa kesal dengan kekalahan kita kemarin..". Shourin berkata dengan nada sebal sambil meremas selimutnya dengan kencang.

"Bukan hanya kau, Shourin.. Aku juga sama". Sahut Handa dengan nada yang tak kalah sebalnya dengan Shourin.

"Aku tidak menyangka kalau level kekuatan musuh dengan kekuatan kita jauh berbeda.. Padahal, baru saja kita melawan Zeus dengan susah payah.. Eh, kita sudah dihadapkan dengan musuh yang lebih hebat lagi". Kata Shishido dengan lemas.

"Aku merasa seperti latihan yang kita lakukan selama ini itu sia - sia..". Sambung Kageno dengan nada suramnya.

Seketika, keempat orang yang mendengar perkataan Kageno itu semuanya pada pundung di tempat mereka masing - masing dengan aura suram di sekitar mereka.

"Ukh~... Kageno, tolong jangan buat suasana di sini menjadi lebih depresi dong..". Keluh Shourin kepada Kageno saat dia sudah keluar dari mode suramnya.

"Iya.. Sampai - sampai aku tadi sempat meragukan diriku sendiri loh.. Serem tau..". Sambung Handa sambil merinding ketakutan.

"Ah.. Maaf..". Jawab Kageno dengan singkat. Setelah itu diapun mengalihkan pandangannya ke arah jendela dan melihat sepasang tangan sedang menggenggam pinggiran jendela itu dengan kuat seperti ada orang yang ingin memanjat ke ruangan ini.

Kageno menatap bingung sepasang tangan tersebut. Dalam pikirannya dia berpikir bagaimana bisa ada orang yang mau memanjat gedung rumah sakit lima lantai ini. Lagian, kamar mereka sekarang kan berada di lantai tiga, jadi tidak mungkin ada orang yang masuk ruangan ini melalui jendela. Diapun mengangkat bahunya tidak perduli dan akhirnya mengalihkan pandangan kembali ke teman - temannya.

Shishido menghela nafas lelah melihat reaksi keduanya. "Tenanglah kalian berdua.. Yang dikatakan Kageno mungkin ada benarnya juga". Kata Shishido dengan nada malas.

Pandangan Shourin beralih ke arah Shishido yang berada di sebelah Kageno. "Apa maksud perkataanmu itu, Shishido..? Apa kau mau bilang, latihan keras yang kita lakukan bersama kapten dan yang lainnya itu sia - sia..?". Kata Shourin dengan kesal.

Shishido merasa panik saat Shourin tiba - tiba marah kepadanya, dengan cepat dia menjelaskan maksud ucapannya. "Bu-bukan seperti itu maksudku.. Hanya saja, aku rasa perbandingan kekuatan lawan kita kemarin itu terlampau jauh, sampai - sampai aku merasa seperti latihan yang kulakukan selama ini tidak ada gunanya". Kata Shishido dengan nada panik diawal lalu kemudian berubah menjadi lemas di akhir penjelasannya.

Shourin terdiam mendengar penjelasan dari Shishido, lalu tak lama setelah itu dia menghela nafas lelah. "Hah~... Mungkin kau ada benarnya juga, maaf kalau aku menuduh yang tidak - tidak". Kata Shourin dengan perasaan menyesal. Shishido tidak menjawab, hanya saja dia menganggukkan kepalanya tanda dia menerima permintaan maaf dari Shourin.

Terjadi keheningan selama beberapa menit di dalam ruangan itu, semuanya terhanyut dalam pikiran mereka masing - masing. Sampai Max membuyarkan pikiran mereka dengan berkata.

"Kalian tahu.. Kalau kita berbicara soal kesal, kurasa yang berhak untuk kesal seharusnya adalah Endou..". Kata Max dengan serius. "Terlebih.. Dia pasti merasa bersalah kepada kita semua karena menyebabkan kekalahan kemarin..". Lanjut Max sambil dia mengangkat bahunya. Shourin, Kageno, Handa, dan Shishido terdiam, mereka semua berpikir tentang perkataan Max.

"Aku juga sempat berpikir dari tadi.. Apa yang Endou rasakan ya sekarang dan apa yang harus aku bilang saat bertemu dengannya nanti.. Pertanyaan itu terus terngiang - ngiang di dalam kepalaku". Handa berkata dengan lembut.

Tiba - tiba suara baru terdengar di gendang telinga mereka dan menjawab apa yang baru saja Handa ucapkan.

"Hum~.. Mungkin yang sebaiknya dilakukan adalah mencoba untuk menghibur kapten kalian itu..".

Sontak, empat dari lima orang anak yang dirawat di dalam ruangan tersebut berteriak histeris saat tiba - tiba ada seorang anak berjaket hoodie berwarna oranye sudah ada di dalam ruangan mereka dan sedang duduk dengan santainya di jendela sambil menatap mereka dengan ekspresi geli.

"Tenanglah kalian semua... Inikan rumah sakit, bisa - bisa kalian semua diusir dari sini karena telah mengganggu ketentraman pasien yang lain". Kata anak itu dengan santai tanpa dosa sedikitpun. Kelima anak yang ada disitu kecuali Kageno berkedut kesal saat anak itu berbicara seenaknya seolah olah bukan dialah pelakunya.

"Tenang kau bilang..!? Bagaimana bisa tenang coba kalau tiba - tiba ada suara orang lain selain kami muncul tanpa diduga.. Sudah pasti kami berteriak histeris, lah..". Handa berkata dengan kesal karena bagaimanapun Handa lah orang yang ranjangnya paling dekat dengan jendela selain Max dan juga Shishido.

"Hum~.. Hum~.. Itu benar". Kata Max sambil menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Handa. Lalu diapun menunjuk - nunjuk anak itu dengan kesal. "Lagian.. Sejak kapan kau masuk ke dalam ruangan ini, Huh..!".

"Hm? Sejak kalian pada bengong sendiri..". Kata anak itu dengan santai, lalu dia menunjuk ke arah Kageno. "Tapi, Kageno tahu kok kalau aku masuk tadi..". Lanjutnya masih dengan nada santai. Max, Handa, Shishido, dan Shourin seketika beralih menatap ke arah Kageno dengan tatapan terkejut sekarang.

"Kau tahu kalau ada dia Kageno..! Sejak kapan..!?". Tanya mereka dengan kompak. Kageno hanya sweatdrop sendiri menanggapi pertanyaan berlebihan dari temannya.

"A-ah.. Sepertinya tadi aku melihat dia masuk dari jendela deh.. Mungkin..?". Jawab Kageno dengan gugup karena terus diperhatikan dengan intens oleh mereka semua. Keempat pemain lainnya mengerjapkan mata mereka beberapa kali sebelum akhirnya mereka semua menganga dengan mulut terbuka sambil melihat ke arah anak berjaket hoodie itu.

Anak itu terkekeh geli melihat ekspresi yang dikeluarkan mereka berempat. "Ma.. Ma.. Tidak perlu kalian pikirkan bagaimana caranya aku masuk.. Yang terpenting sekarang adalah ada yang ingin ku bicarakan dengan kalian semua".

Keempat orang yang sempat dikagetkan tadi menatap anak itu dengan curiga. "Apa yang ingin kau bicarakan..?". Tanya Handa dengan serius.

"Kalian tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali kan..?". Tanya anak itu dengan santai dan dibalas anggukan dari semuanya.

"Bagus, maka dari itu.. Aku mempunyai rencana yang bisa membuat kalian semua menjadi lebih kuat meskipun kalian masih berada di sini..". Lanjut anak itu dengan nada misterius yang membuat kelima anak itu menjadi penasaran.

"Rencana apa itu..?". Kata Shishido dengan penasaran, yang juga mewakili perasaan teman - temannya yang lain.

Anak itu tersenyum misterius dari balik hoodienya. "Akan kuberitahukan nanti.. Tapi, untuk sekarang..". Kata anak itu sambil mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya, lalu melemparkannya kepada Max yang paling dekat dengannya. "Ambil itu..".

"Benda apa ini..? Ini terlihat seperti remote..". Tanya Max dengan bingung pada benda yang ada di tangannya. Ya, memang benar benda itu sekilas mirip seperti remote kecil, tetapi hanya ada sebuah tombol berwarna merah disana. Keempat anak yang lain juga merasa bingung dengan benda yang dilemparkan anak itu kepada Max.

Anak itu belum menjawab pertanyaan Max, dia sekarang sedang mengeluarkan benda lain, yaitu sebuah benda yang berbentuk kotak kecil berwarna hitam dengan sebuah kristal kecil di tengah kotak itu, lalu menaruhnya di lantai tepat di tengah - tengah ruangan itu. Kelima anak itu terus memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh anak misterius itu.

Setelah itu barulah anak itu menjawab pertanyaan dari Max. "Benda itu memang sebuah remote untuk benda ini..". Kata anak itu sambil menunjuk kepada kotak kecil yang ia taruh di lantai tadi.

"Lalu kotak kecil itu apa..?". Tanya Shourin dengan penasaran.

"Ah, kalau kotak kecil ini adalah sebuah proyektor..". Jawab anak itu dengan santai. Kelima anak itu menatapnya dengan datar seperti berkata. 'Apa kami terlihat seperti orang bodoh..'.

Tahu akan arti tatapan dari mereka, anak itu hanya mengangkat bahunya tidak perduli. "Kalian tidak percaya kalau ini adalah proyektor..?". Kata anak itu dengan malas. Lalu diapun mengambil benda yang sama dari jaketnya. "Sini biar kutunjukkan kalau ini memang benar - benar proyektor..".

"Lihat ini..". Kata anak itu sambil menunjuk remote yang ada di tangan kanannya. "Ini adalah remote untuk menghidupkan proyektornya.. Jika aku menekan tombol merah ini, maka..". Lanjut anak itu lalu diapun menekan tombol satu - satunya yang ada di remote itu.

Seketika munculah sebuah layar transparan dengan gambar anak itu di dalamnya, gambar tersebut keluar dari dalam kristal yang berada di kotak kecil tersebut yang sekarang sedang bercahaya dengan terang. Kelima anak tersebut terpana tidak percaya dengan alat yang dikeluarkan oleh anak itu, mereka semua dibuat penasaran dengan alat yang mirip seperti proyektor itu.

"Woah... Keren, aku baru tahu kalau ada alat canggih seperti ini..". Kata Shourin dengan kagum.

"Hm.. Hm.. Aku juga baru pertama kali melihat benda secanggih ini..". Sambung Handa menyetujui perkataan Shourin.

"Sebenarnya apa nama benda ini..?". Tanya Shishido dengan penasaran.

Anak itu sedari tadi hanya bisa terkekeh geli saat melihat ekspresi dari kelima pemain Raimon ini, bahkan anak itu juga melihat ekspresi terkejut dari Kageno saat alat ini dinyalakan. Tetapi pertanyaan dari Shishido menyudahi tertawanya, dan dia pun menjawab.

"Nama alat ini adalah Calling Projector Device atau disingkat CPD...". jawab anak itu dengan santai.

"Calling.. Projector Device..?". Beo mereka semua mengulangi perkataan anak itu.

"Yup, itu benar.. Ini adalah alat yang aku kembangkan bersama dengan temanku..". Kata anak itu dengan bangga. Kelima anak itu kecuali Max menatapnya dengan takjub.

"Woah.. Jadi kau sebenarnya anak yang jenius ya..? Aku tidak menyangka..". Shourin berkata dengan penuh kekaguman. Anak itu hanya tertawa kecil mendengar perkataan Shourin.

"Ahaha.. Iyah, kalau dibilang jenius sih.. Seharusnya itu untuk temanku..". Kata anak itu dengan malu - malu. "Memang sih ide awalnya dariku.. Tapi, tanpa bantuannya alat ini pasti tidak akan pernah terwujud". Lanjutnya sambil mengingat kenangan dulu.

"Aku jadi penasaran dan ingin sekali bertemu dengan temanmu itu..". Handa berkata dengan nada santai. Keempat pemain lainnya kecuali Max, menganggukan kepala mereka menyetujui omongan Handa.

"Ada apa Max..? Kenapa kau diam saja dari tadi..". Tanya Shishido dengan perasaan khawatir karena dari tadi temannya hanya diam saja dan tidak mengomentari apa - apa.

Max yang sedari tadi sepertinya sedang berpikir dan baru sadar kalau dia membuat teman - temannya khawatir hanya bisa menggaruk belakang kepalanya sambil tertawa canggung. "Aha-ha.. Gomen.. Gomen.. Kalau aku membuat kalian semua khawatir". Katanya dengan perasaan bersalah.

Lalu Max pun menggaruk pipinya sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Aku tadi cuma berpikir kenapa alat itu namanya Calling, bukannya dalam bahasa inggris itu artinya memanggil ya..?". Katanya dengan malu - malu. Keempat pemain lain dan anak berjaket hoodie itu semuanya terdiam mendengar jawaban dari Max. Setelah itu mereka semua tertawa bersama - sama.

Max yang ditertawai oleh semuanya sekarang mukanya sudah memerah menahan rasa malu dan juga amarah yang sudah mulai keluar. "Su-sudah hentikan kalian semua..! Mo.. Aku kan cuma penasaran, kalian jangan tertawa seperti itu dong..!". Kata Max dengan kesal. Akhirnya mereka semua pun berhenti tertawa dan anak berjaket hoodie itu yang memulai pembicaraan kembali.

"Ma.. Gomen~.. Max.. Tapi aku tidak bisa menahan tawaku, karena bagaimana pun tadi itu sangat lucu..". Kata anak itu dengan santai lalu diapun mengacungkan jempolnya kepada Max. "Selamat.. Kau telah menghiburku dengan baik". Katanya dengan bangga.

Max berkedut kesal dan melemparkan bantal rumah sakit kepada anak berjaket hoodie itu yang kemudian anak itu menunduk dan terkena Handa yang berada di belakang anak itu. Max yang melihat sasarannya meleset hanya berdecih kesal lalu dia melihat ke arah lain. "Sudah lanjutkan saja penjelasanmu mengenai alat itu.. Tidak perlu membahas hal lain lagi". Katanya dengan nada sebal.

Anak itu yang masih dalam posisi menunduk terkekeh kecil melihat tingkah Max yang lucu lalu diapun akhirnya menjawab. "Hai.. Hai..". Katanya dengan santai, lalu diapun mulai berdiri kembali. "Ehem... Seperti yang dikatakan Max tadi, memang benar alat ini bisa untuk memanggil dan menerima panggilan". Lanjut anak itu dengan mode seperti sedang menawarkan produk. Kelima anak yang ada di situ mulai memperhatikan apa yang anak itu ucapkan.

"Jadi yang aku katakan memang benar..?". Kata Max dengan sedikit terkejut.

Anak berjaket hoodie itu mengangguk mengiyakan. "Yup.. Kalau tidak percaya, coba aja periksa remote yang sudah aku kasih tadi.. ". Kata anak itu sambil menunjuk pada remote yang sedang di pegang oleh Max. Semuanya mulai memperhatikan remote itu dan terlihat ada suatu perubahan yaitu pada tombol merah itu sekarang mengeluarkan kedipan cahaya.

"Kalian bisa melihat kalau tombol itu berkedip kan..?". Lanjut anak itu dan dibalas anggukan dari semuanya. "Nah.. Kalau seperti itu tandanya kalian sedang mendapatkan panggilan dari CPD yang aku pegang ini..". Kelima pemain Raimon itu semuanya ber-oh ria sambil menganggukkan kepala mereka.

"Lalu cara menerima panggilannya bagaimana..?". Tanya Shourin dengan bingung.

"Mudah saja.. Caranya adalah, Max menekan tombol merah pada remote yang ia pegang, setelah itu alat ini akan menyambungkan secara otomatis kepadaku..". Jawab anak itu dengan santai.

Akhirnya Max mencoba alat itu dan ternyata benar apa yang dibilang anak itu. Saat Max menekan tombol itu, kotak kecil yang diletakkan di lantai tadi mengeluarkan cahaya dan akhirnya munculah gambar anak itu di dalamnya. Setelah itu, gambar pada kotak anak itu berganti menjadi gambar kelima pemain raimon.

"Nah.. Kalian sudah mengerti kan cara kerja CPD ini..?". Tanya anak itu dengan santai dan dibalas anggukan dari semuanya. "Yosh... Kalau begitu kita bisa masuk ke pembahasan selanjutnya..".

"Pembahasan selanjutnya..? Memang masih ada yang mau dibahas ya..?". Tanya Shishido dengan bingung.

"Ah, aku baru ingat.. Kau belum memberi tahu kami soal rencanamu itu kan..?". Sambung Handa yang sudah mengerti arah pembicaraan ini. Anak itu mengangguk.

"Yup itu benar.. Tapi, aku belum bisa memberitahukan rencana itu sekarang.. Nanti semua akan dijelaskan di rapat bersama anggota tim Raimon yang lain siang ini.. Maka dari itu berhubung kalian semua tidak bisa hadir, aku berinisiatif meminjamkan CPD ini pada kalian..". Anak itu menjelaskan panjang lebar sambil berjalan menuju jendela dan akhirnya kembali duduk di pinggiran jendela itu.

"EHH! Siang ini..? Tunggu dulu, bukannya Endou masih belum sadar ya..?". Kata Shourin dengan bingung.

"Ah.. Aku lupa memberitahu, Endou sudah sadar dari pingsannya selama dua hari.. Bahkan dia dan Aki sedang menuju kesini sekarang". Jawab anak itu lalu diapun membalikan badan menuju arah luar.

"Endou sedang menuju kesini..!? Bagaimana ini, aku belum siap kalau bertemu dengannya.. Aku tidak tahu harus bilang apa kepadanya..". Handa berkata dengan panik dan bertanya kepada yang lainnya.

"Aku juga bingung mau ngomong apa sama kapten..". Jawab Shourin dengan jujur.

"Kalau Endou.. Hal pertama yang ia lakukan pasti meminta maaf kepada kita semua..". Kata Max sambil mengangkat bahunya.

"Itu.. Sudah Pasti..". Sambung Kageno dengan pelan.

"Ah, bagaimana kalau kita meminta maaf terlebih dahulu sebelum kapten memulainya". Jawab Shishido memberi saran kepada yang lainnya.

"Ide bagus.. Tapi setelah itu apa-..". Kata Handa menyetujui omongan Shishido lalu perkataannya pun dipotong oleh anak berjaket hoodie itu yang sepertinya dilupakan oleh yang lain.

"Oy~.. Aku masih ada disini Lho~..". Kata anak itu dengan suara keras. Akhirnya mereka berlima menghentikan pembicaraan mereka dan sekarang memperhatikan apa yang mau dikatakan anak itu.

Anak itu menghela nafas lelah. "Baiklah.. Karena kalian semua sudah memperhatikan, ada beberapa hal lagi yang inginku katakan sebelum aku pergi dari sini..". Kata anak itu dengan serius.

"Apa itu..?". Tanya Max yang ikut - ikutan serius.

"Rapat nanti akan berlangsung jam satu siang ini.. Tolong beritahukan Endou dan juga Aki tentang rapat ini, kalian mengerti.." Semua pemain mengangguk mengerti. "Bagus, yang kedua adalah tolong bilang kepada Aki untuk tetap disini bersama kalian..". Hal kedua yang dikatakan anak itu membuat semua pemain bingung.

"Hm? Kenapa Aki harus disini bersama kita semua..?". Tanya Shishido dengan bingung.

"Rapat siang nanti bersifat rahasia, aku tidak mau sampai ada informasi yang bocor nantinya.. Maka dari itu, aku ingin Aki berada di sini untuk mengunci dan menutup rapat semua akses masuk ke ruangan ini termasuk pintu dan juga jendela, supaya tidak ada siapapun yang mendengarkan pembicaraan kita nanti, kalian paham..". Anak itu menjelaskan dengan serius. Kelima pemain raimon itu semuanya mengangguk dengan serius juga.

"Kami paham situasinya.. Tapi, apa ini tidak terlalu berlebihan..?". Tanya Handa dengan penasaran.

"Akan aku jelaskan nanti kenapa ini semua perlu.. Tapi akan kuberitahukan salah satu alasannya..". Kata anak itu dengan santai lalu diapun menunjuk kepada CPD yang dipegang Max.

"Alat CPD itu hanya ada satu didunia dan belum pernah dipasarkan oleh siapapun sebelumnya karena alat itu masih pada tahap pengujian.. Akan tetapi, seseorang bisa saja mencuri alat ini lalu membuat replikanya dan memasarkannya ke publik dengan harga tinggi..". Anak itu berkata dengan serius lalu diapun mengangkat bahunya.

"Aku tidak mau kerja keras temanku diambil alih oleh orang yang tidak bertanggung jawab.. Maka dari itu, aku ingin mempercayakan alat ini kepada kalian semua untuk dijaga dengan sebaik mungkin.. Apa kalian semua bisa menjaganya..?". Tanya anak itu dengan serius. Kelima pemain Raimon semuanya menatap satu sama lain, setelah itu mereka semua mengangguk dengan kompak.

"Tenang saja, kami semua pasti akan menjaga CPD ini dengan baik". Kata Handa dengan semangat.

Max mengangguk setuju. "Hm.. Lagian, selama dua hari ini kau telah banyak membantu kami dan juga yang lainnya.. Tidak mungkin kami menghianati kepercayaan yang sudah kau berikan..". Kata Max dengan santai, setelah itu dia menunjuk anak itu dengan senyuman lebar.

"Karena kau sudah kami anggap menjadi salah satu dari nakama kami, iya kan minna..!". Teriak Max dengan semangat diakhir kalimatnya dan dibalas dengan teriakan "Oh!". Dari yang lain.

Anak berjaket hoodie itu yang mendengar Max berkata bahwa mereka semua sudah menganggap dia salah satu nakama mereka hanya bisa tersenyum lebar dari balik jaket hoodienya. 'Nakama, Kah.. Padahal kalian baru mengenalku selama dua hari..' . Pikirnya dengan senang.

"Terima kasih banyak karena kalian semua sudah menganggapku menjadi nakama kalian..". Kata anak itu dengan tulus.

"Tidak perlu dipikirkan, Lagian kami semua kan jadi bisa mengenalmu lebih jauh..". Kata Shourin dengan santai, lalu diapun tersenyum jahil. "Yah~.. Meskipun kami belum tahu siapa namamu sih..". Lanjutnya dengan nada menggoda. Para pemain lainnya beserta anak itu tertawa bersama karena godaan dari Shourin.

"Hahaha... Aku mohon maaf sebelumnya karena belum memperkenalkan siapa diriku, tapi kalian semua bisa tahu di rapat nanti tentang siapa aku dan apa tujuanku sebenarnya disini.. Apa kalian semua bisa menunggu sampai rapat itu tiba..?". Anak itu berkata dengan semangat.

Shishido mengangkat bahunya tidak perduli. "Ma, meskipun kamu mengenalkan diri tahun depan juga.. Tidak ada perubahan pandangan pada kami, di mata kami.. Kau tetap nakama kami sama seperti kapten dan juga yang lainnya". Kata Shishido cuek.

"Syukurlah kalau begitu..". Kata anak itu dengan lega. "Ah, berhubung semua urusanku disini sudah selesai.. Aku akan pergi sekarang, masih ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum rapat itu dimulai.. Apa masih ada yang ingin kalian tanyakan..?". Lanjutnya dengan santai. Kelima pemain Raimon itu semuanya kompak menggelengkan kepala mereka.

"Ya sudah ya.. Ja-..". Kata anak itu sambil bersiap untuk melompat dari jendela. Tapi ditahan karena ingat sesuatu. "Ah iya hampir lupa..". Lanjutnya sambil menepuk kepalanya sendiri dengan pelan. Kelima anak itu menatapnya dengan bingung.

"Kalian tahu kan kalau Endou baru sadar hari ini..?". Tanya anak itu dengan serius. Semua pemain mengangguk. "Pasti beban pikirannya sangat banyak karena memikirkan kekalahan kemaren.. Nah maka dari itu, aku ingin kalian semua mencoba untuk menghiburnya". Lanjutnya dengan senang.

"Apa yang harus kami lakukan supaya bisa menghiburnya..?". Tanya Handa dengan bingung.

"Hm.. Mudah saja, misalnya kalian bisa tanya bagaimana kabarnya, atau bisa juga kalian omongin soal CPD ini juga tidak apa - apa aku tidak keberatan..". Kata anak itu dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Setelah itu ekspresinya berubah menjadi serius.

"Tapi, ada satu hal yang tidak perlu dibicarakan.. Aku mohon kepada kalian, jangan membahas masalah pertandingan kemarin.. Karena aku yakin psikologis Endou masih belum dapat menerimanya dengan baik dan aku tidak mau sampai Endou jatuh pingsan lagi gara - gara ini.. Apa kalian semua mengerti..?". Tanya anak itu serius sambil mengeluarkan sedikit aura berwarna hitam yang membuat kelima pemain Raimon itu menelan ludah mereka sendiri dan tidak bisa berkata apa - apa lagi selain mengangguk

"Ka-kami mengerti kok..". Kata Max dengan gugup, lalu diapun melambaikan tangannya "Kalau gitu hati - hati di jalan ya..". Lanjutnya dengan sedikit canggung. Para pemain lainnya juga ikutan melambaikan tangan mereka.

Anak berjaket hoodie itu tersadar saat melihat ekspresi canggung mereka semua dan hanya bisa menghela nafas lelah. "Maaf kalau aku membuat kalian takut.. Hanya saja aku tidak mau sampai kapten kalian hancur dan tidak bisa kembali lagi menjadi kapten yang kalian kenal sebelumnya, karena bagaimana pun ada seseorang yang memintaku untuk menjaganya..". Kata anak itu dengan lembut. Kelima anak itu tidak ada yang berkata apa - apa, mereka semua terdiam mendengar penjelasan dari anak berjaket hoodie itu.

Sebelum ada yang meminta maaf dari kelima anggota tim Raimon itu, anak berjaket hoodie itu sudah mengangkat tangan kanannya seperti seseorang yang ingin menyapa. "Kalau gitu aku pergi dulu.. Ja-ne~..". Lanjutnya lalu diapun melompat dari jendela kamar itu tanpa menunggu jawaban dari kelima pemain tersebut.

...

Terjadi keheningan selama beberapa menit, sampai akhirnya Max yang membuka suara.

"Hah~.. Aku jadi merasa bersalah gara - gara hal tadi..". Kata Max dengan lemas.

"Aku juga..". Jawab Kageno dengan pelan. "Sepertinya kita semua salah paham terhadapnya..". Lanjutnya masih dengan suara pelan.

"Kita semua sebaiknya minta maaf kalau bertemu dengan dia lagi.. Kalian setuju..?". Tanya Shourin kepada teman - temannya dan dibalas anggukan dari semuanya.

"Yah.. Kalau memang kita masih bisa bertemu dengannya". Kata Shishido dengan santai.

"Memang ada apa Shishido..? Nadamu seperti berkata kalau kita tidak bisa bertemu dengannya lagi..". Tanya Handa dengan penasaran.

"Kalian tidak sadar ya, kalau dia baru saja melompat keluar jendela.. Kan kamar ini ada di lantai tiga..". Sambung Shishido sambil menunjuk keluar jendela.

Handa, Max, dan juga Shourin mengerjapkan mata mereka beberapa kali untuk memahami maksud perkataan Shishido, sampai akhirnya mereka sadar dan akhirnya Mereka berteriak histeris.

"WAAAH! DIA BUNUH DIRI..!". Teriak mereka kompak.

~~~~To Be Continue~~~~

A/N : Hey guys! Aoba10 balik lagi setelah sekian lama tidak update.. Kali ini Aoba10 enggak ngeluarin cerita baru melainkan Rewrite cerita Assisten or Player. Semoga Rewrite ini lebih baik dari cerita awalnya. Jangan lupa kritik dan sarannya pada kolom review ya..