Terlambat

Sirius Black, Remus Lupin, James Potter, Peter Pettigrew, Severus Snape, Lily Evans adalah kepunyaan JK Rowling

Alternate Universe, no magic, no Voldemort, no Marauders, no 'that word'. Shonen-ai. Character Death. Rate T saja

Diikutsertakan dalam Challenge: Only Death Aparts Us punya daikirai

Terimakasih banyak untuk [at]Ghee11[at]elitralala dan [at]zenatzenut atas sumbangan fakultasnya. Sastra Jawa, wekekek! #dzigh Tadinya direncanakan oneshot, tapi atas bujukan [at]elitralala jadi aja dibikin multichaps. Mungkin akan diapdet dalam beberapa hari mendatang, dengan dua sampai tiga chapter lagi

Untuk semua pecinta SBRL

-o0o-

"CEWEEEK," seruan itu membahana ke seluruh Ruang Belajar Bersama, membuat semua menoleh tanpa dikomando. Segerombolan pemuda tingkat pertama masuk, mendekati dan menyapa kelompok cewek-cewek Psikologi tingkat pertama juga, yang sedang mengerjakan tugas, membuat semua mengalihkan perhatian pada mereka.

Yap, ini Universitas Hogwarts Skotlandia. Tingkat Persiapan Bersama, alias tingkat pertama. Semua mahasiswa tingkat pertama diasramakan, digolongkan antara mahasiswa dan mahasiswi, jurusan science dan humaniora. Bukan membeda-bedakan, mereka bebas bergaul di masa kuliah, hanya untuk memudahkan administrasi saja. Lagian, bagaimana mungkin mahasiswa dan mahasiswi tidur dalam satu kamar, kan?

Selain deretan kamar yang berbeda antara putra dan putri, mereka punya Ruang Belajar Bersama yang sama, satu di jurusan Science, dan satu di jurusan Humaniora. Ruang Belajar sekalian Perpustakan kecil-kecilan, karena Perpustakaan aslinya jauh lebih besar dan koleksi bukunya juga dahsyat.

Baik di Perpustakaan atau Ruang Belajar Bersama berlaku peraturan yang sama: tidak boleh berisik. Kalau memang ingin berisik, memutar musik keras-keras, atau berteriak-teriak, silakan di Ruang Rekreasi Bersama.

Tapi, peraturan memang dibuat untuk dilanggar, kan? Begitulah, segerombolan pemuda tadi adalah James Potter dan Sirius Black dari jurusan Teknik Sipil—sesungguhnya yang berisik cuma mereka berdua—Remus Lupin jurusan Desain Interior, Severus Snape jurusan Farmasi, dan Peter Pettigrew jurusan Kedokteran Hewan.

Entah kenapa James dan Sirius dianggap 'pemimpin' dari gerombolan itu dan entah bagaimana mulainya sehingga terbentuk gerombolan itu, padahal kan mereka hampir tidak punya kesamaan. Pertama, cuma James dan Sirius yang sejurusan. Lalu, Remus dan Severus cenderung lebih diam, asyik membaca buku atau semacamnya, sementara Peter—di luar kenyataan bahwa dia masuk Kedokteran, walau Kedokteran Hewan, dan itu pasti membutuhkan kepandaian ekstra—kesannya culun.

Mereka bisa jadi akrab dan menggerombol bersama-sama itu mungkin karena masa OPSPEK di awal perkuliahan, di mana mereka satu kelompok, plus Lily Evans yang anak Psikologi. Beberapa anak kelompok lainnya adalah anak Humaniora, jadi memang relatif lebih sedikit waktu ketemuannya.

Jadi, sekarang mereka mencari tempat duduk. James berkeras, ingin mencari tempat duduk yang dekat dengan Lily, sedang yang lain tentu saja, yang mana saja. Apalagi tempat duduk kosong di daerah tempat Lily berada, sudah penuh. Paling tinggal satu-dua saja.

Maka terpaksa James mengalah, dan mereka mencari tempat kosong untuk berlima. Begitu dapat, Remus dan Severus langsung menyimpan buku-bukunya di meja, dan mencari buku-buku tambahan di lemari-lemari buku di sepanjang dinding yang melingkupi Ruang Belajar Bersama.

"Ckckck, itu anak dua! Buku melulu yang dipikirin!" seru Sirius sambil menyimpan—setengah melemparkan—tasnya ke atas meja. Duduk sembarangan, dan matanya beredar mencari-cari entah apa. James sama saja, duduk, menyimpan tasnya, bukannya mulai membuka buku malahan matanya terus menatap ke arah kelompok anak-anak Psikologi.

Peter jadi serba salah. Anak ini memang nggak punya pendirian, tertiup ke arah mana angin berhembus. Apalagi kalau anginnya besar, datangnya dari kedua pentolan kelompok, Sirius atau James. Jadi, begitu mendengar Sirius berkata 'buku melulu yang dipikirin', langsung saja Peter mengkeret. Padahal dia perlu mencari buku untuk tugas—

"Hey, Siri, bukannya kita harus bikin tugas rangkuman—"

"Malas ah! Lagian tugasnya kan buat Senin depan. Lagian, seharusnya Teknik Sipil tugasnya bukan bikin rangkuman—"

"Yee! Kita kan baru tingkat satu, dodol! Masih Tingkat Persiapan Bersama! Matkul kita saja masih banyak yang sama—" seru James sinis sambil berdiri, merentangkan tangannya lalu menggerak-gerakkan seolah ia mengumpulkan semua mahasiswa dalam Ruang Belajar ke dalam rengkuhannya, "—dan dodolnya, kita masih dapat matkul Ilmu Budaya Dasar! Buat apa sih!"

"Kalau yang aku denger, mahasiswa Humaniora juga dapet Ilmu Alam Dasar—" sela Peter takut-takut.

"Iya!" seru James, seneng karena mendapat dukungan, bersamaan dengan tangannya menepuk punggung Peter keras-keras, membuat Peter terbatuk-batuk. "Kenapa sih, kita nggak langsung saja masuk ke matkul fakultas kita?" katanya sambil menggerutu. Tapi ia duduk juga, mengeluarkan buku dari tas, dan mulai bersiap untuk membaca—baru bersiap saja, entah kapan membacanya.

Sementara Sirius malah mengeluarkan sebuah majalah—dengan celingukan kanan-kiri, setelah yakin tak ada dosen atau petugas perpustakaan di dekat-dekat mereka—dan mulai membuka-bukanya. Jelas harus celingukan, soalnya isinya gambar-gambar wanita tak berbaju—

Setelah melihat kedua pentolan itu asyik dengan garapannya sendiri, Peter berdiri diam-diam, dan mulai mencari buku-buku yang diperlukan. Sementara itu, Severus dan Remus nampaknya sudah selesai menyisir lemari, dan kembali dengan setumpukan buku di pangkuan.

"Wups! Remus, tak perlu dibantu?" basa-basi Sirius.

Remus menggeleng sambil tersenyum kecil. "Nggak apa-apa kok!" dan duduk setelah menyimpan tumpukan bukunya hati-hati. Mengambil satu, membukanya dan mulai membaca sambil membuat catatan.

Severus juga menyimpan tumpukan bukunya di dekat tasnya, dan mulai membuka satu persatu tanpa bicara.

"Bisa ya, mereka diem begitu, berjam-jam—" James menyahut pelan, takut mengganggu keasyikan sahabat-sahabatnya.

Baru beberapa menit kemudian nampaknya dia sudah bosan. Menepuk punggung Sirius, dia memberi isyarat agar keluar.

"Kantin?"

James mengangguk.

Dengan agak malas-malasan, Sirius berdiri. "Kalian tidak ikut ke kantin?" tanyanya pada Remus, Severus; dan Peter yang baru saja datang dari proses pencarian dengan beberapa buku.

Remus menggeleng. Severus menggeleng. Peter menyimpan buku-bukunya di meja, "—eh? Apaan? Oh, ke kantin? Nanti siang mungkin, aku mau baca dulu—"

"Oke! Kami duluan ya!"

"Nanti kalian kuliah?" Peter mulai membuka-buka buku, sepertinya dia ragu akan pergi atau tetap diam.

"Yups. Sipil kuliah jam satu—"

"Aaah! Aku ikut saja ke kantin. Buku-buku ini aku titip dulu ya?" pandangan memohon Peter pada Remus.

"Rapikan saja di situ, simpan tas, jadi nggak akan diganggu orang lain—" sahut Severus sambil terus membaca, tanpa mengangkat mata dari buku yang sedang dibaca.

"Okey!" dengan serampangan Peter membereskan buku dan meletakkan tas di sampingnya mendorong kursinya, dan berlari menyusul James dan Sirius.

Keduanya terus membaca dan membuat catatan dalam hening.

-o0o-

Beberapa puluh menit kemudian, Remus menutup semua buku cetaknya, menyimpan pensil dan buku catatannya di tas, dan berdiri untuk mengembalikan buku-buku yang tadi ia ambil dari lemari-lemari di dinding. Kembali ke tempat duduknya, ia menarik tasnya, dan mengeluarkan sebuah buku, besar dan tebal. Sepertinya banyak berisi foto berwarna-warni. Tanpa bicara sepatah katapun, ia asyik memelototi gambar-gambar itu.

"La Sagrada Familia? Gaudi?"

Remus menoleh. Severus sudah selesai dengan catatannya, sedang membereskan buku-bukunya, tapi ia terlihat antusias melihat foto-foto yang sedang ditekuni Remus.

"Yap. Kau tahu?"

"Aku sering melihat gambar-gambar itu—"

Remus mengangkat alis.

"Ibuku kan arsitek—"

"Ooh! Pantas. Kau sendiri, kenapa tidak masuk arsitek saja?"

Severus mengangkat bahu. "Aku tidak begitu suka arsitek atau semacamnya. Aku lebih suka mencampur-campur senyawa—"

"Biar kutebak. Ayahmu?"

Severus terkekeh. "Mudah diduga ya? Ya, memang. Ibuku dan keluarga besarnya kebanyakan arsitek, desainer seperti jurusanmu atau semacamnya. Kalau ayahku, keluarganya kebanyakan dokter, apoteker, atau seperti ayah: peneliti farmasi—"

Remus tersenyum hangat. Severus kemudian mengeluarkan ponselnya, memencet-mencet beberapa tombol, dan mengalunlah sebuah rangkaian nada—disetel pelan agar tak mengganggu lingkungan sekitar. Sepertinya bukan nada yang biasa didengar ABG masa kini—

La sagrada familia, the wind has changed the storm is over
La sagrada familia, for the lion and the lamb
La sagrada familia, we thank the lord the danger's over
La sagrada familia, there's peace throughout the land 1)

"—aku pernah dengar ini—" Remus berusaha mengingat-ingat, "—Gaudi? Alan Parson Project?"

Severus tersenyum. "Salah satu lagu kesukaanku—"

Remus mengeluarkan ponselnya, "Boleh aku minta?"

Severus memencet-mencet beberapa tombol lagi, mengirimkan paket MP3 itu via bluetooth.

Sekarang dua ponsel itu sudah terisi lagu yang sama. Tak sengaja Severus melihat wallpaper ponsel Remus—sebenarnya ponselnya sangat sederhana sekali, hanya terdiri dari fitur-fitur dasar. Tapi warnanya hitam gelap, dan wallpapernya—sangat kontras—keemasan.

La Sagrada Familia, di malam hari Barcelona, keemasan oleh lampu-lampunya.

"Kau benar-benar tergila-gila dengan La Sagrada?" Severus kagum.

"Yah," Remus mengangkat bahunya, "—entah kenapa, aku seperti terobsesi dengan La Sagrada—"

"Lalu, kenapa kau tidak masuk arsitek saja?"

Remus tertawa kecil, "—tak bisa memutuskan. Antara desain dan arsitek. Aku masukkan dua-duanya dalam formulir pendaftaran, dan yang lulusnya pilihan pertama, Desain—"

Severus ikut tertawa. "—atau kau ikut lagi seleksi tahun depan—"

Tawa Remus menjadi getir. "Rasanya aku harus cukup puas dengan apa yang aku dapatkan. Aku terbiasa bekerja keras, supaya tetap masuk sekolah negeri—dan itu berarti tak perlu membayar 2)—" Remus menghela napas, "—dan sekarang juga aku berusaha keras untuk lulus tepat waktu, atau bahkan lebih cepat, supaya cepat dapat kerja, dan cepat menghasilkan—"

Raut wajah Severus menjadi bersungguh-sungguh, "Kalau begitu, kenapa tidak bermimpi lebih jauh lagi? Lulus dan bergabung menjadi tim Desain Interior La Sagrada? Yang aku tahu, mereka masih mengerjakannya—"

"Ya, masih. Diperkirakan keseluruhan bangunan berikut desain interiornya selesai 2026, tepat seratus tahun meninggalnya Antoni Gaudi—"

"OK, begini saja. Tahun 2026 umur kita sekitar 33 kan? Kemungkinan kita sudah punya pekerjaan tetap, dan kau mungkin malah sudah bekerja di Sagrada. Kita ketemu di Sagrada, deal?"

Remus agak ragu. "—err—"

"Ayolah—"

"Oke—" Remus akhirnya meng-iyakan, "—mudah-mudahan—"

Severus tertawa kecil, "—kau ini, mana tekadmu?"

Remus turut tertawa juga, "OK! Kita ketemu di Sagrada 2026!"

Severus otomatis merangkulnya, "—begitu dong!"

Remus nampak sedikit tersipu.

"Oya, mana Peter ya? Bagaimana ini barang-barangnya? Aku harus masuk jam 13.00—"

"Aku juga, dan kurasa kita harus makan dulu. Apa kita titip saja?"

Berjalan beriringan mereka melapor pada petugas Ruang Belajar Bersama akan barang-barang Peter. Kemudian melangkah keluar, masih mengobrol tentang La Sagrada Familia, Gaudi, dan Alan Parsons Project.

Sampai tak merasa, ada sepasang mata memperhatikan gerak-gerik, tingkah laku mereka—sangat memperhatikan. Dengan rasa tak enak di dada, mungkin di perut? Dengan rasa tak enak di hati. Dengan rasa yang tak bisa diucapkan—

TBC

1) La Sagrada Familia – The Alan Parsons Project, album Gaudi.

La Sagrada Familia ini adalah sebuah gereja spektakuler di Barcelona, Spanyol, mahakarya Antonio Gaudi, dibangun dalam 15 tahun terakhir kehidupannya, dan belum selesai saat ia meninggal. Ketika ia ditanya, kenapa ia membangunnya begitu lama, ia menjawab: 'Klien saya tidak memburu-buru'

Semua keterangan tentang La Sagrada Familia ini—gerejanya—Ambu ambil dari wikipedia.

2) Kalau tidak salah, di Inggris Raya, dari TK sampai Universitas, asal negeri, gratis. Kalau swasta, baru bayar. CMIIW. Diumpamakan, Universitas Hogwarts itu negeri XD