Lelaki itu menendang asal bola basket di dekatnya. Tak peduli kakinya sendiri yang sakit. Ia hanya ingin meluapkan emosinya. Rasa frustasinya.

Berkali-kali ia melemparkan dengan kuat bola basket itu ke papan ring, hanya supaya bola itu memantul keras, bukan untuk memasukkannya ke dalam ring.

Emosinya meluap-luap. Marah, kecewa, sakit. Namun ia tak dapat berbuat apa-apa selain melampiaskannya pada bola basket malangnya ini.

Hari semakin gelap dan air hujan mulai turun membasahi bumi. Intensitasnya terus meningkat secara konstan, dimulai dari hanya titik titik hujan - seolah peringatan agar yang masih berada di ruangan terbuka dapat berlindung - menjadi gerimis, hujan ringan, hujan intensitas sedang, hujan deras, hingga hujan petir.

Hujan tak mampu membawa Jonghyun pulang ataupun sekedar pergi berteduh. Laki-laki tampan bertubuh kurus itu masih saja berada di tengah lapangan basket yang gelap dan sepi. Kali ini ia berbaring terlentang dengan

dua tangan terbuka. Ia bahkan tak lagi peduli dengan rasa sakit yang diterimanya setiap kali butiran besar air hujan itu menghantam tubuh dan wajahnya tanpa ampun.

Kedua matanya tertutup dan yang muncul adalah bayangan indah masa lalunya. Bukan masa lalu yang lampau, beberapa justru moment kebersamaannya dengan sang kekasih belakangan ini.

Ia masih ingat betul bagaimana kekasihnya itu membangunkannya dengan sebuah morning kiss yang lembut nan manis pagi kemarin. Ya, baru kemarin, sehari yang lalu.

Bahkan ia masih bisa dengan jelas merasakan usapan lembut ibu jari sang kekasih ketika merapikan shadingnya. Ya, baru kemarin siang dirinya dijadikan kelinci percobaan untuk alat make up yang baru dibeli oleh kekasihnya itu.

Semua masih baik-baik saja hingga semalam, mereka juga masih tidur berpelukan seperti biasa.

Namun pada keesokan harinya semua berubah. Tepatnya hari ini, pagi ini, pukul delapan lewat lima puluh menit. Orang yang ia yakini akan menjadi cinta pertama dan terakhirnya itu menghancurkan hatinya dengan sangat hebat.

Tak tanggung-tanggung, sang pemilik hatinya itu langsung menyodorkan sebuah surat undangan berwarna merah maroon. Awalnya ia mengira itu undangan dari rekan atau kerabat mereka, namun hatinya hancur berkeping-keping ketika ia melihat nama kedua calon mempelai pada halaman depan undangan pernikahan tersebut.

Kwak Youngmin & Choi Minki

Ia masih tetap berusaha berpikir positif dengan menanyakan, "kamu bercanda kan?", "apa ini birthday prank? Tapi ulang tahunku masih lama.", "kamu mau bikin hidden camera buat anniversary kita?", "yang namanya Choi Minki di dunia ini bukan cuma kamu kan?"

Sayang, jawaban yang didapat tidak sesuai dengan harapannya.

"Ya, aku bukan satu-satunya Choi Minki di dunia ini, tapi Choi Minki yang akan menikah dengan Kwak Youngmin adalah Choi Minki yang ini. Dan ini serius, aku benar-benar akan menikah, maaf mendadak memberi tahumu. Maafkan aku, dan terima kasih untuk delapan tahun yang indah ini. Aku akan selalu mengenangmu, Kim Jonghyun..." Setelah mengatakannya sang kekaish yang bernama Choi Minki itu pergi begitu saja, meninggalkan Kim Jonghyunnya dalam keadaan hancur sehancur hancurnya.


sudah belasan ini di wattpad tp baru sempat sekarang update kesini, huhu...

untuk member profile dari NATION'S SON nya ada di wattpad, yang punya wattpad bisa follow ya uname ainonimoushe , karena kalau disini fotonya ga bisa muncul

thx udah baca, review juseyo