langit biru bagaikan kanvas yang tersiram cat biru, kini mulai memiliki bercak merah ke jingga-an. Salah satu pemuda Matsuno berjalan sendirian menyusuri jalanan malam. Masuk awal desember hawa menjadi lebih dingin dari bulan-bulan sebelumnya, namun pemuda tersebut masih berjalan tanpa jaket merah muda ber-hoodienya. Dia melupakannya karena terburu-buru melakukan urusannya—urusan tersebut tak akan diberitahukannya pada orang-orang rumah. Yang pastinya dia terburu-buru karena Atsushi. Oh dasar pria mapan itu, selalu membuatnya kesal.
Setengah mengerutu, Matsuno paling muda membuka pintu rumahnya. Baru saja dia akan melepaskan kedua sepatunya dan memberitahu jika Todomatsu sang bungsu yang paling manis sudah pulang, di dalam terdengar kegaduhan yang luar biasa.
Todomatsu mulai cemas ketika mendengarkan suara pukulan. Suara Choromatsu juga terdengar lalu di sahut oleh suara Osomatsu, mereka berdua saling berdebat dan membentak. Sebenarnya Oso terdengar tidak begitu bisa membalas semua makian, membuatnya semakin penasaran dengan apa yang terjadi.
Segera dia naik ke atas, menuju ke ruangan mereka berenam. Memang benar apa dugaannya, Oso dan Choro bertengkar. Di dalam hanya pihak hijau dan merah yang sedang panas, sementara pihak lain hanya menonton; Karamatsu duduk di sofa, Jyushimatsu berdiri di sekitar arena 'pertandingan', sedangkan Ichimatsu duduk di pojokan sambil memeluk kedua kakinya, memperhatikan kedua kakaknya. Di wajah mereka tersirat antara penasaran dan tak ingin terlibat yang merupakan sifat alamiah manusia.
Dasar, apalagi yang mereka ributkan? Pikir si bungsu kesal seraya memutar kedua bola matanya. Kenapa tidak ada seorangpun kakaknya yang normal?
Diantara mereka berenam hanya si Oso dan Choro yang suka sekali membuat keributan di rumah. Saat mereka kanak-kanak, kedua saudaranya itu suka membuat kasus konyol yang membuat mereka berenam mendapat amukan ibu atau ayah, paling parahnya adalah tetangga. Ketika mereka berdua dewasa, Choro nampak mulai menjauh dari Oso. Oso nampak tak masalah dengan hal tersebut, tapi menurutnya sifat Oso yang serakah dan suka ikut campur masalah saudara yang lain semakin menjadi-jadi karena Choro yang tak ada di sampingnya.
Seperti pada saat Choro mendapatkan pekerjaan Oso merasa kesal sekali. Waktu itu, bahkan sampai membuat Kara turun tangan sendiri untuk menyeret kakak tertua mereka untuk menjauh dan tidak mengganggu acara mereka.
"Sebenarnya apa yang terjadi di sini?," tanya Todomatsu pada siapapun kecuali kedua pihak yang memanas. Dengan santai ia melewati kedua kakaknya tersebut lalu duduk di samping Karamatsu.
Anak kedua sedang dalam mode normalnya. Kara menghela nafas seraya mengernyitkan dahinya "Aku juga tidak tahu. Mereka sudah seperti itu sebelum aku pulang," jawabnya
Karena hanya Kara yang menjawab, rasanya memang tak ada yang tahu apa masalahnya kali ini.
"Fappy-Matsu sialan kau!..."
Ah, julukan itu sudah lama tidak dipakai semenjak episode terakhir yang luar biasa Gaje berakhir.
Oso berdiri setelah mendapatkan pukulan dari Choro. Namun karena julukan yang menusuk temperamen pihak hijau di gunakan kembali, kali ini Choro menamparnya.
*PLAK!
"Aku tidak tahu bagaimana bisa aku tahan tinggal bersama orang brengsek yang tak mengerti kata Privasi sepertimu. Baka Aniki!," teriak Choro. Kedua tangan pemuda itu mengepal kuat dan bergetar.
Oso terdiam, syok dengan tamparan yang di terimanya. Seumur hidupnya baru kali ini dia mendapatkan tamparan dari Choro. Mungkin hanya perasaannya, tapi tamparan barusan yang seharusnya tak seberapa tonjokan sebelumnya, rasanya lebih sakit.
Choro melihat keempat saudaranya yang lain. Sebagai orang yang—mengaku—normal, dia juga punya rasa sungkan. Berdehem, dia melepaskan kepalan tangannya sendiri, berusaha menghilangkan semua rasa panas dari dirinya. "Sudahlah aku tidak peduli." Ujarnya lalu berbalik.
Belum sempat dia mendekati pintu keluar, kerahnya terasa ditarik seseorang.
"Kau mau kemana?"
"Ichimatsu?..." diluar dugaan itu suara Ichimatsu. Tidak biasanya Matsuno unggu suka rela ikut campur "Aku akan kembali setelah makan malam."
"..."
Tangan itu tetap menahan kerah kemeja hijau kotak-kotaknya. Ia yang sedari tadi sudah dihabiskan kesabarannya, menoleh lalu menatap tajam adiknya "Ichi lepaskan a—"
"Ini hanya masalah kau kepergok sedang ber-coli lagi oleh Osomatsu nii-san bukan?"
Hanya kau bilang!? Rasanya kembali tersulut. Dia ingin mendorong Ichi namun yang lebih muda menahan kedua tangannya, lalu menariknya untuk mendekat. Ichi berbicara di dekat telinganya "Kalau kau mau pergi, pergilah setelah makan malam. Choromatsu nii-san."
Ichi itu selalu misterius, pendiam, dan juga serius. Ini juga bukan pertama kalinya mereka berada dalam sejarak sedekat ini—tapi entah kenapa, tiba-tiba saja ia menganggap adiknya yang satu itu; keren. Tanpa sadar wajahnya memerah, dia hanya bisa mengangguk menurut.
Todomatsu merasa geli dengan adegan barusan. Apa-apaan itu? kenapa ada adegan IchiChoro ditengah-tengah perkelahian OsoChoro!? Menjijikan...
Karena dia adalah salah satu Matsuno yang 'normal' dia berusaha mencairkan suasana. "Ibu akan pulang sebentar lagi...Seharusnya," ujarnya lalu berdiri dari sofa "Bagaimana kalau kita mandi sambil menunggu kedatangannya?," tawarnya sambil melirik Osomatsu yang masih mematung di tempatnya, saat ini kedua manik milik saudara tertuanya melihat tajam Ichi. Aah...kenapa semua saudaraku pada homo?
Tapi cukup aneh. Karena setahunya Ichimatsu suka pada Karamatsu, lalu kenapa sekarang Ichimatsu nampak paduli dengan Choromatsu?— memang banyak keuntungan huh menjadi anak paling terakhir. Dia bisa mengamati saudara-saudaranya yang lain, itu sudah menjadi salah satu hobinya sekarang.
"Ide yang bagus. Dengan badan yang segar, menikmati masakan ibu. Masakan tersebut akan menjadi lezat luar biasa awesome!," Kara kembali ke mode narsisnya, seperti biasa yang lain mengabaikannya.
"Itu mungkin akan mendinginkan kepala kalian," tambah Ichimatsu lalu membuka pintu geser. Jyushimatsu mengikutinya sambil berteriak-teriak 'pemandian pemandian!' setelah itu Choromatsu, di susul Karamatsu-sebelum keluar ruangan si Matsuno biru menoleh kembali melihat kakak tertuanya. Matanya tampak sendu, dan Todomatsu yang berada di belakangnya menangkap sinar redup itu.
Osomatsu menatap majalan porno yang tergeletak di lantai cukup lama, entah apa yang dilamunkannya.
Tidak ada yang beres di rumah ini. Batin Todomatsu ngenes, kelihatannya yang benar-benar bisa memberikan cucu pada ibu hanyalah dirinya dan Jyushimatsu.
"Osomatsu nii-san sampai kapan kau akan merajuk?,"sampai pada akhirnya suara Todo membangunkannya. "Aku tidak sedang merajuk!," balasnya lalu keluar menyusul yang lain.
OXO
Sepulang dari pemandian suasana diantara mereka masih sedikit canggung. Biasanya Osomatsu akan berjalan di samping Choromatsu, namun malam ini sang anak tertua berada di depan bersama Karamatsu. Todomatsu bersama dengan Jyushimatsu, dan akhirnya Choromatsu bersama Ichimatsu.
Kombinasi yang aneh. Sebenarnya tidak ada yang aneh, hanya tidak biasa saja melihat Ichi bersama dengan Choro. Hubungan mereka biasa saja, tak terlalu dekat maupun tak jauh. Hanya hubungan saudara biasa.
Tidak seperti Oso, Ichi lebih—sangat—tenang itu membuat Choro merasa tenang dan damai.
"...Sebenarnya," di luar dugaan Ichi membuka pembicaraan "Apa yang terjadi?"
"Si brengsek itu mempermainkanku. Apalagi?," jawabnya sewot. Kenapa juga Ichi membahasnya sih? Membuatnya ingat kejadian 'paling aneh dalam hidupnya' "Baka Aniki, kakak tertua tak berguna," umpatnya sambil menatap tajam punggung Oso dari belakang "Si brengsek itu sama sekali tak mengerti Privasi!."
"Semua tahu itu huh," Ichi tertawa renyah "Meski aku setuju dalam kasus Totty."
Aaah~ aku tidak mau membahasnya," Choro mengibaskan salah satu tangannya "Kalau seperti itu bagaimana bisa dia mendapatkan pekerjaan? Dia terlalu melekat pada kita, apa dia tidak mengerti siklus kehidupan? Aku mulai bertanya apakah dia manusia!?."
"Hmm..." Ichi berdehem. Menatap langit gelap sejenak lalu kembali menoleh melihat kakaknya. Choro menghadap depan, tertawa garing memperhatikan tingkah konyol Jyushimatsu dan Karamatsu di depan mereka. kedua saudaranya itu berlarian sampai berebutan masuk kedalam rumah. Itu karena ayah dan ibu sudah pulang, itu artinya makan malam telah menunggu mereka.
"Kenapa aku harus menjadi saudara mereka sih?," keluh Choro seraya berjalan lebih cepat agar tak terlalu tertinggal. Ichi segera beradaptasi dengan kecepatan baru, sampai langkahnya kembali melambat ketika menyadari jika Choro sudah tak berada di sebelahnya.
Yang berhoodie hijau berada dua langkah di belakangnya, menunduk mencari sesuatu. "Aaah..Nya-chan!," teriaknya panik ketika gantungan kunci bola bergambar idol kucing tersebut mengelinding. Sayangnya Ichi tak begitu cepat tanggap, gantungan tersebut mengelinding melewati sela kakinya begitu saja.
"Nya-chan!~," Choro mengejarnya. Sungguh terkutuk jalanan yang mereka lintasi sedang menurun, semakin lama bola itu mengelinding semakin cepat. Sejenak Ichi memutar kedua bola matanya dengan malas, bertanya-tanya kenapa kakaknya yang satu itu suka sekali dengan gadis berkuping kucing tersebut?
"Dia bukan Nya-apalah itu Nii-san," setelah itu Ichi juga ikut berlari mengejar. Yang berhoodie unggu meloncat seperti kucing, dengan cekatan menangkap gantungan kunci tersebut. "Ini," gumamnya seraya meletakan gantungan—berharga—tersebut ke telapak tangan Choro "Kenapa tak mengantungkannya ke ranselmu?."
"Terima kasih. Ini jatuh dari saku, aku baru mendapatkannya kemarin jadi aku belum memasangnya," jawabnya seraya tersenyum. senyumnya masih senyum segitiga khasnya, namun kedua pipinya merona "Untung cuaca dingin kalau tidak kita akan kembali berkeringat hahaha..."
"O..oh," Ichi mengangguk canggung, wajahnya juga ikut merona. Ini pertama kalinya ia melihat kakaknya yang satu itu tersenyum padanya, bukan pada Oso.
"Ah!," sekali lagi Choro berteriak terkejut, membuyarkan lamunannya.
Kali ini Ichi cepat tanggap karena dia juga menyadari sesuatu yang janggal pada mereka berdua. "Kita menjatuhkan peralatan mandi kita!," ucap mereka bersamaan sambil saling menunjuk seperti di acara kuis. "Kita harus kembali!"
Setelah itu mereka berlarian menuju jalan sebelumnya.
Rupanya Todomatsu dan Osomatsu tak begitu jauh dari mereka. jika Ichi dan Choro berada di sisi kanan jalan, mereka berdua berada di kiri. Di depan mesin minuman, Todomatsu memperhatikan kedua kakaknya. "Pemandangan yang tak biasanya," ocehnya "Cukup aneh melihat Ichimatsu nii-san berlarian dengan semangat seperti itu, terutama bersama dengan Choromatsu nii-san. Yaah akan lebih aneh kalau dia berlarian bersama Karamatsu nii-san sih."
Osomatsu membuang rokoknya. Ocehan adik paling kecilnya membuat moodnya semakin jelek saja, rasanya ingin meledak. Si sialan Fappy-matsu itu baru saja bertengkar dengannya dan sekarang dia bersenang-senang dengan Ichimatsu!?
"Totty...Aku paling tidak suka diabaikan..."
"Kurasa semuanya tahu"
"Hahaha...Kurasa Choro nii-san melupakannya..."
To be Continue
