Jangan salahkan aku tentang yang terjadi malam ini

Disclamber : Masashi Kishimoto

Genre : Romanatis

Pair : Sasuhina

"Sasuke- kun" panggil seorang gadis berambut pink sebahu, dengan menahan air matanya agar tidak mengalir, sang gadis setengah berlari menghapiri pria yang ia panggil ketika benar-benar akan meninggalkannya.

"Tidak bisa kah kau mencoba menyukaiku Sa-..!", perkataan Sakura seketika terhenti ketika melihat tatapan tidak suka Sasuke berubah menjadi tatapan jijik padanya.

"Berhentilah menggangguku Haruno" dengan menekankan nama sang gadis, Sasuke meninggalkan Sakura tanpa menoleh sedikitpun.

, sh ,

"Hinata-chan! Kenapa tiba-tiba aku merasa khawatir dengan keadaan Sakura?" Resah Ino disela-sela perjalanan pulang bersama Hinata.

"Aku juga merasakannya Ino-chan, setelah kepergian Sakura-chan saat makan siang untuk menemui Sasuke-san, sampai sekarang Sakura-chan tidak bisa dihubungi" sambung Hinata tak kalah Khawatir.

"Biar aku hubungi seka-..!" perkataan Ino seketika terhenti ketika melihat pesan masuk yang di ponselnya.

Deg!

"Sakura-chan" gumam Ino. "Gomen Sakura-chan hisk, andai saja aku menganggap serius kata-katamu." Tangis Ino yang semakin pecah ketika melihat pesan yang tertulis jika Sakura berada di rumah sakit karena mencoba bunuh diri.

On Flasback

"Sakura-chan kenapa kau begitu menyukai Sasuke-kun" penasaran Ino.

"Entalah! yang jelas kurasa aku tidak bisa hidup tanpa Sasuke-kun" dengan senyuman yang mengembang Sakura memandang sang sahabat.

"Hahaha Baka! Apa kau berencana mati jika Sasuke-kun tidak mau bersamamu" tawa renyah Ino mendengar pernyataan Sakura.

"Mungkin" jawab Sakura tanpa menatap Ino.

"Kenapa kau tidak mencoba menyatakan perasaanmu saja Sakura-chan? Mungkin saja Sasuke-kun akan menerimamu" Sambung Ino dan kemudian kembali memainkan ponselnya.

End Flasback

Seminggu setelah percobaan bunuh diri yang dilakukan Sakura, Ino selalu menyalahkan dirinya sendiri karena menyarankan agar Sakura menyatakan perasaannya pada Sasuke, sebagai tanda penyesalannya dalam seminggu itu Ino telah menyusun sebuah rencana besar yang tanpa ia sadari akan memberikan perubahan basar bagi orang- orang yang terlibat.

"Hinata-chan, hanya kau yang bisa membantuku" mohon Ino dengan wajah memelas sekaligus menggenggam tangan Hinata.

"Ta-tapi Ino chan ak-..!" perkataan Hinata seketika terhenti ketika Ino kembali memotong penolakkan halusnya.

"Jika kau yang memberikannya pada Sasuke-kun dia tidak akan curiga Hinata, lagi pula ini untuk Sakura, apa kau mau dia mencoba mengakhiri hidupnya lagi, ketika dia kembali ke sekolah dan melihat Sasuke sama sekali tidak peduli dengan keadaanya" jelas Ino panjang lebar dengan meyakinkan Hinata.

"Jika rencana ini berhasil maka akan di pastikan jika Sasuke-kun tidak akan bisa menolak Sakura-chan lagi" sambung Ino dengan mempererat genggamannya pada Hinata.

Lama memikirkannya akhirnya Hinata setuju untuk membantu dengan menganggukkan kepalanya.

"Malam ini kita laksanakan rencananya" ungkap Ino dengan senyuman yakinnya.

"Kau hanya perlu... memberikan ... aku sudah... kamera ... jadi ini semua pasti akan berhasil Hinata" bisik Ino dengan seringaiannya.

《 SKIP TIME 》

Akatsuki club

Melihat pemandangan asing di sekitanya dengan suara musik yang keras, bau alkohol yang menyengat tentu saja membuat Hinata merasa takut berada di rungan tersebut, dengan menarik nafas panjang untuk menghilangkan rasa takutnya, Hinata memanggil pelayan didekatnya yang sedang membawa beberapa cangkir minuman

"Inilah saatnya" gumam Hinata setelah memasukan obat yang di berikan Ino padanya ke dalam gelas yang ia pagang.

Dengan mamantapkan niatnya, Hinata perlahan mendekati Sasuke yang sedang menenggak minumannya di meja.

"Sa-Sasuke-san! Bo-boleh aku du-duduk di-sini?" gugup Hinata yang takut setengah mati mengekuarkan suaranya.

Mendengar suara seseorang yang tengah memanggilnya, dengan tatapan tajamnya Sasuke menoleh ke arah suara tersebut tapi tatapan yang Sasuke berikan seketika berubah dengan tatapan terkejut, ketika melihat orang yang memanggilnya adalah gadis pemalu yang ada di kelasnya yang bahkan tidak pernah berani menatapnya secara langsung ketika di kelas.

"Ck! Ternyata dia benar- benar datang ke sini" gumam Sasuke dengan mengabaikan Hinata untuk kembali menegug minumannya.

"Sekarang apa yang harus ku lakukan? bagaimana caraku memberikan minuman ini" pikir Hinata yang mulai frustasi dengan masih memenggan cangkir yang dia bawa di tangan kirinya katika Sasuke tidak kunjung meresponya.

Sibuk dengan pikirannya, tanpa Hinata sadari sekang dia malah melihat Sasuke semakin menegug minumannya tanpa henti, seperti sedang kesal dengan sesuatu dan melampiaskannya pada minuman di depannya.

Salahkan Hinata yang memiliki kebaikkan bak malaikat, Bahkan melihat seseorang yang suka menjahilinya berada dalam masalah saja dapat membuat Hinata khawatir, apa lagi seorang teman sekelas? Walaupun Hinata tidah pernah berbicara dengan Sasuke di kelas tapi Hinata tetap merasa khawatir ketika melihat Sasuke yang seperti kesetanan sedang meminum minumannya.

Semakin tidak bisa mengendalikan diri, tanpa Hinata sadari sekarang dia malah mengambil cangkir Sasuke dengan tangan kanannya dan sekarang Hinata malah memegang dua cangkir di tangannya, di sebelah kiri cangkir dengan obat yang di berikan Ino dan di sebelah kanan cangkir yang baru dia rebut di tangan Sasuke.

"Kembalikan!" Printah Sasuke dengan berdiri menyamakan posisinya dengan Hinata atau mungkin bisa disebut melebihi tinggi Hinata.

Hinata menggelengkan kepala dengan cepat. "K-kau ti-tidak bo-..!" Seketika perkataan Hinata terhenti ketika Sasuke dengan tiba-tiba mengambil cangkir yang ada di sebelah kirinya dan langsung meminumnya tepat di hadapan Hinata.

"Aku selalu mendapatkan apa yang ku inginkan" sambung Sasuke dengan mengeluarkan seringaiannya pada Hinata.

Melihat apa yang di lakukan Sasuke membuat Hinata benar-benar terkejut dan mematung untuk beberapa detik

"Ba-bagaimna ini, Sa-Sasuke-san sudah me-meminum cangkir berisi obat, apa yang akan terjadi sekarang?" pikir Hinata dengan perasaan khawatir.

"Ka-kau baik-baik saja?" Khawatir Hinata ketika melihat Sasuke kesulitan untuk duduk ketika selesai meminum habis isi cangkir yang di bawa Hinata.

"Akh! Kepalaku" dengan menutup matanya rapat Sasuke merasakan pusing di kepalanya.

"Mungkinkah ini efek dari obat itu?" Pikir Hinata ketika mendengar gumaman Sasuke.

"Inikah Saatnya membawa Sasuke-san ke kamar yang sudah disipakan Ino" gumam Hinata kembali

"Sa-Sasuke-san! Ayo ki-kita pergi da-dari sini?" Pinta Hinata dengan meletakkan cangkir yang sedari tadi dia pegang dan mengaitkan tangan Sasuke ke pundaknya dengan sedikit ragu karena ini pertama kalinya Hinata menyentuh tangan seorang pria.

"Cih! aku masih ingin minum jika kau memang ingin pergi, pergilah sendiri?" Tolak Sasuke dengan menarik tangannya dari pundak Hinata dan kembali mengisi cangkirnya dengan minuman.

"Ka-kau sudah mabuk Sasuke-san, kau ti-tidak boleh mi-minum lagi" pinta Hinata yang benar-benar khawatir dengan keadaan Sasuke saat ini.

"Urusai!" Tanpa menoleh ke arah Hinata, Sasuke kembali ingin meminun minumannya, tapi seketika terhenti karena dengan tiba-tiba Hinata kembali mengambil cangkir yang ada di tangannya.

"KAU!-" Belum sempat Sasuke menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba Hinata sudah meminum habis minuman yang ada di cangkir Sasuke.

"Khuk! khuk! minuman apa ini?" Batuk Hinata setelah meminum habis isi dari cangkir tersebut.

"Minuman apa ini? Kenapa rasanya pahit" pikir heran Hinata.

"Cih! kenapa kepalaku semakin sakit" maki Sasuke yang merasa kepalanya bertambah pusing dan tidak lagi memperdulikan dengan apa yang baru saja Hinata lakukan.

Tidak membutuhkan waktu lama setelah Sasuke merasakan sakit di kepalanya, sekarang bahkan untuk berdiripun terasa sulit bagi Sasuke.

Hinata yang melihat Sasuke menatapnya dengan sayu tanpa memperlihatkan raut wajah kesal, Hinata jadi yakin jika sekarang efek obat itu benar-benar berhasil.

Tanpa adanya penolakkan lagi dari Sasuke, Hinata memapah Sasuke menuju kamar yang sudah di siapkan Ino, tentunya di bar itu juga.

Menuju kamar di lantai dua bar itu, hampir menguras semua tenaga Hinata terlebih karena Sasuke yang di papahnya sesekali memeluk dan bergumam tidak jelas.

"Ahh!" rintih Hinata yang merasa kepalanya semakin bertambah pusing.

"Kenapa semuanya berputar? Sekarang bagaimana caraku membawa Sasuke-san ke kamar itu" gumam Hinata tanpa sadar dan terdengar Sasuke.

"Kamar?" Seringai Sasuke

"Kamar nomer berapa yang kau inginkan" memperhatikan wajah Hinata yang semakin memerah karena efek mabuk, Sasuke semakin tergoda untuk menyentuh pipi chubby Hinata.

"Aku tidak suka menuggu" tuntut Sasuke dengan mencubit gemas pipi Hinata yang masih belum menjawab pertanyaannya.

"Sasuke-san hentikan!" Mengelun pipinya sekilas Hinata kembali berpikir ketika Sasuke masih setia mencubiti pipinya.

"Ahh nomer 9, ya 9" kata Hinata dengan mesih mengelus pipinya.

Mendengat jawaban Hinata dengan memfokuskan matanya kesemua nomer kamar, akhirnya Sasuke menemukan kamar yang Hinata sebutkan.

"Itu dia" tunjuk Sasuke pada dua kamar di depan mereka, dengan saling memapah Sasuke dan Hinata memasukki kamar tersebut.

Brakk!

Sasuke menutup pintu ketika mereka sudah sepenuhnya berada di kamar yang sudah di katakan Hinata.

Masih dengan saling memapah Sasuke dan Hinata berjalan mendekat ke arah ranjang king size yang ada di kamar tersebut, tanpa disadari Sasuke dan Hinata yang menjatuhkan diri mereka di ranjang King size tersebut dan mulai terhanyut dengan keempukan ranjang itu.

Sasuke yang pada dasarnya tidak pernah tidur berdampingan dengan siapapun sedikit merasa terganggu dengan kehadiran seseorang yang berda di sampingnya.

Memutar tubuhnya dengam malas, Sasuke yang berniat mengusir siapapun yang sedang berada di sampingnya,

tapi niat Sasuke tiba-tiba terhenti ketika disuguhi wajah manis Hinata yang sedang tidur nyeyaknya dengan amesty yang tertutup memperlihatkan bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, kedua pipi Chubby yang memerah karena efek mabuk mampu membekukan aliran darah Sasuke untuk beberapa detik. Dan sekarang fokus Sasuke kembali teralihkan ketika melihat bibir ranum kemerahan sang Hyuga yang sedikit terbuka mengeluarkan aroma minuman kesukaan sang bungsu Uchiha, terlalu hanyut dengan apa yang Sasuke lihat tanpa dia sadari sekarang Sasuke semakin mempertipis jarak diantara antara Hinata dan dirinya.

, sh ,

"BAKA! kanapa harus macet di saat seperti ini" maki Ino dengan melihat ke depan dan kemudian tatapannya teralihkan pada Sakura yang sekarang sedang mabuk berat di sampung kursinya mengemudinya.

"Harusnya aku tidak mengajak Sakura minum di bar yang berbeda dengan Sasuke, tapi jika mereka berdua berada dalam satu bar yang sama pasti Sakura akan sedih dan pergi tanpa mau minum sedikitpun." gumam Ino yang masih melihat sahabatnya bergumam tidak jelas.

"Memutar arah juga tidak bisa, memangnya apa sih yang menyebabkan macet" tanpa berhenti menggerutu Ino melihat ke luar jendelan mobilnya.

"Apa mungkin ada kecelakaan?" Pikir Ino yang melihat ada beberapa polisi di dekat kerumbunan kemacetan.

Sebelum Ino membuka pintu dan menyelidiki lebih lanjut, sekarang perhatiannya teralihkan oleh pejalan kaki yang melewatinya.

"Sumemasen, ada apa di depan sana? apa terjadi kecelakaan?" tanya Ino pada pejalan kaki tersebut.

"Tidak! hanya saja ada beberapa anak muda yang memarkirkan mobinya melintang menghalangi beberapa pengendara lainnya" sambung si pejalan kaki.

"Apa mungkin masih lama?" Tanya Ino lagi.

"Sepertinya, karena mereka sama sekali tidak bergeming ketika polisi mendatangi mereka, bahkan di antara mereka ada yang sengaja membocorkan ban mobil mereka agar mobil derek yang akan memindahkan mobil mereka" setelah menjelaskan panjang lebar sang pejalan kakipun pergi meninggalkan Ino.

"Seperinya aku dan Sakura akan menghabiskan beberapa jam di mobil menunggu polisi menyekesaikan masalah di depan.

Melirik ponsel di sampingnya Ino yang menunjukkan pukul 03.00 dan ketika meyadari tidak adanya kabar dari Hinata membuat Ino mulai berpikir. "Apa Hinata sudah berhasil? Tapi jika dia berhasil, Hinata pasti sudah menghubungi ku dari tadi, tapi sekarang Hinata bahkan dia tidak menjawab terlponku"

"Baiklah setelah kemacetan ini selesai kita pulang saja Sakura-chan, sepertinya Hinata juga tidak sanggup memberi tahuku akan kegagalannya, oleh karena itu dia tidak menghubungiku sama sakali" setelah mengatakan itu Ino kembali menutup kaca mobilnya dan menunggu kemacetan berhenti.

Keesokan harinya

Sinar matahari yang masuk kedalam kaca jendela sama sekali tidak mengganggu sepasang manusia yang sedang tertidur dengan nyenyak, tapi untuk rasa pusing yang mendera sang wanita mau tidak mau membuka matanya dengan sangat terpaksa.

"Ke-kepalaku" gumam Hinata dengan hendak menyentuh kepalanya tapi gerakannya terhenti ketika merasakan tubuhnya tidak bisa digerakkan dengan leluasa.

Kembali membuka matanya, Hinata memfokuskan indra penglihatannya dan mulai meneliti tentang keberadaannya sekarang.

Terkejut!

Itulah yang dirasakan Hinata ketika menyadari jika sekarang dia sedang tidak berada di kamarnya, terlebih ketika ia melihat beberapa bajunya berhamburan di lantai.

Dengan sedikit ragu Hinata menggerakkan kepalanya menghadap ke arah samping, memastika jika apa yang ada di kepalanya tidaklah benar

"Sasuke-san-!" Kaget Hinata dan langsung membekap mulutnya dengan tangannya sendiri agar tangisannya tidak terdengar Sasuke.

Dengan sekuat tenaga Hinata mencoba melepaskan tangan Sasuke yang memeluknya, setelah berhasil melepaskan dirinya dari Sasuke, Hinata memakai pakaiannya dan pergi dari kamar itu dengan air mata yang terus mengalir.

, sh ,

"Hiks! hiks! hisk!"

Tangis Hinata yang hampir tidak terdengar karena derasnya shower yang mengguyur tubuhnya.

"Kenapa? Hisk! kenapa semua ini terjadi hisk hiks," tangis Hinata makin menjadi mengingat kesalahan yang telah dia perbuat.

"Bagaimana jika Ino dan Sakura mengerahui semua ini hisk! hisk!" membayang apa yang akan terjadi Hinata semakin tidak dapat mengontrol tangisannya.

"Bagaimana caraku melakukannya agar tampak romantis?" Ungkap seorang pria yang sedang memperhatikan kotak merah berisikan sebuah cincin berlian, pria dengan usia 22 tahun itu dengan santainya membuka pintu didepannya dan langsung masuk kedalam, tanpa adanya keraguan karena sudah menganggap rumah itu sebagai rumahnya sendiri.

Pria dengan rambut hitam sebahu yang ia ikat selalu dapat memancarkan pesona bagi kaum hawa, terlebih dengan mata hitam pekat tajam miliknya, hidung yang mancung, dan garis di wajahnya perlu di ketahui jika garis itu bukanlah sebuah kerutan.

Pria tersebut terus mencari objek yang ingin di temuinnya, lama mencari akhirnya terdengar suara pintu kamar yang di buka menampakkan seorang wanita remaja mengenakan pakaian rumahan dan sekarang sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan anduk kecil.

Tanpa menunggu waktu lama lagi pria tersebut langsung berjalan kearah gadis tersebut dan langsung memeluk sang gadis dari belakang.

"Menikahkah denganku," bisik Sang pria dengan suara beratnya.

Merasa familiar dengan suara pria yang memanggilnya membuat sang gadis mematung di tempat. Pasalnya ketika mendengar kalimat lamaran dari pria yang sudah sangat dia kenal tentu saja membuatnya sangat terkejut

"I--Itachi-nii?" Gugup sang wanita.

"Bagaimana menurutmu Hinata!" membalik tubuh Hinata dan kemudian tersenyum tulus pada sang wanita yang wajahnya masih terlihat sembab akibat tangisannya dikamar mandi yang lama.

TBC

Siap melanjutkan chapter 1 cerita ini dengan bantuan respon dari para reader

Jika responnya positif maka silahkan jejak dengan vote dan komentar

Mohon maaf jika ada ketidak sengajaan typo bertebaran

Arigatou yang sudah nyempatin membaca

25-05-2018

See You Next Chapter