We Can't Be One
Summary :
Light Yagami, anak kepala kepolisian Soichiro Yagami yang sempurna. Siapa sangka, ternyata ia kriminal berbahaya? Apa yang ia lakukan saat bertemu seorang gadis yang memikat hatinya, Hinata Hyuuga? Request from Onime no Uchiha Hanabi-hime. Warn inside.
Category :
Death Note & Naruto
Disclaimer :
Death Note © Tsugumi Ohba & Takeshi Obata
Naruto © Masashi Kishimoto
Main Character :
Light Y. & Hinata H.
Genre :
Untuk sementara Romance & Drama, bisa berubah-rubah lho. Bisa aja Crime, Tragedy, Angst, dll. Yang penting tetep berbumbu ROMANCE!
A/N :
Special request from Onihime no Uchiha Hanabi-hime! Request pertama yang kukerjain! Death Note & Naruto niih~ Hanya sebuah kisah cinta yang tak mungkin antara Light dan Hinata. Chapter 1 : First Meet. Warning : OOC, OC, typo (s), cerita aneeeh, RnR please! Flame? Look at my profile! (copas from Kira Desuke)
Enjoy!
.
.
We Can't Be One
.
.
Light Yagami terdiam memandangi langit dari kamarnya. Ia memegang sebuah buku hitam bertuliskan 'Death Note'. Di sebelahnya, berdiri sosok menyeramkan yang hanya bisa dilihat Light seorang. Shinigami bernama Ryuk, pemilik asli Death Note yang dipegang Light.
"Hei Light, kenapa diam saja?" tanya Ryuk sambil asyik memakan apel. Dewa kematian itu memang suka memakan apel, tepatnya hanya bisa memakan apel.
"Tidak. Aku penasaran seperti apa wajah L, dan siapa nama aslinya." jawab Light. (A/N : Light belum tahu nama asli dan mukanya Ryuzaki.)
"Heh, kalau itu kan gampang. Ikuti saja tousan-mu sampai bertemu L." ujar Ryuk santai. "Itu terlalu mencurigakan, Ryuk. Sekarang aku sedang membayangkan, apa jadinya kalau jati diriku ketahuan. Jati diriku sebagai KIRA."
Ryuk menyeringai. "Tentu saja kalau ketahuan kau akan dipenjara atau dihukum mati."
"Tidak, bukan hanya itu. Aku memikirkan perasaan tousan, kaasan, dan juga Sayu."
Light mengambil selembar Death Note dan menaruhnya di saku, beserta pulpen. Lalu meletakkan Death Note di tempat rahasianya. Light berdiri dan mengganti bajunya, juga memakai jaket tebal, lalu bersiap keluar.
"Mau kemana?" tanya Ryuk. "Cari udara segar. Bosan juga di rumah terus."
.
.
.
Hinata Hyuuga berlari kecil. Tujuannya sekarang adalah taman. Ketika dia senang, sedih, kecewa, bangga, dan lainnya, Hinata suka berada di taman itu. Rambut indigonya yang tergerai berkibar. Walau di bibirnya tidak terlukiskan senyuman, tapi wajahnya sangat senang.
Jalanan dipenuhi salju, tapi tidak menyurutkan semangat Hinata. 'Sedikit lagi!' batinnya. Taman yang dimaksud sudah dekat. Hinata mempercepat larinya. Senyuman mulai terlukis di bibirnya ketika sedikit lagi dia sampai. Tapi..
BRAKK!
"Auch.." ringis Hinata. Ia tertabrak seseorang sampai terjatuh. "Gomen, aku tidak sengaja." kata kata orang itu, yang ternyata seorang pemuda sambil membantu Hinata berdiri. Badan Hinata sudah terlumuri salju.
"Ti-tidak, aku yang salah, berlari-lari begitu.." kata Hinata sambil menunduk. "Hei, jangan menunduk kalau sedang berbicara pada seseorang!"
Hinata pun menengadahkan kepalanya. Wajahnya langsung memerah. Pemuda yang ditabraknya sangat tampan. Rambutnya yang kecoklatan, matanya onyx, kulitnya putih, dan tubuhnya kekar.
Melihat Hinata yang wajahnya memerah, pemuda itu tertawa kecil. Padahal, biasanya dia dingin. Sampai sebuah suara menyadarkannya. "Light, kenapa kau tertawa begitu?" Pemuda itu adalah Light Yagami.
'Hm.. Perempuan ini aneh juga. Biasanya perempuan lain langsung berteriak kalau melihatku.'
"Kenapa wajahmu memerah begitu?" tanya Light. "E-eh.. Ti-tidak.." Hinata kembali menundukkan kepalanya ke bawah dan memainkan jarinya.
"Siapa namamu?" tanya Light. "Hei, kenapa menanyakan namanya? Mau kau bunuh?" tanya Ryuk. "Sa-Sasame... Sasame Matsuzaya." jawab Hinata pelan.
"Nama yang manis, seperti pemiliknya. Namaku Light, Light Yagami. Sedang apa?" Hinata memutuskan untuk berbohong. "Ma-mau ketemu kekasihku di taman."
"Ooh, begitu ya. Sampai jumpa, Matsuzaya-san!"
Tanpa sadar Light tersenyum pada Hinata. Hinata yang melihatnya membalas senyuman Light dengan senyuman yang teramat manis. "Sampai juga juga, Yagami-san." Hinata meneruskan jalannya, kali ini pelan-pelan.
Wajah Light memerah. 'Ga-gadis itu.. Manis sekali..' batin Light. "Hei, kau belum jawab pertanyaanku, Light." kata Ryuk. "Aku menanyakan namanya itu agar dianggap orang ramah, Ryuk. Sudahlah, ayo pergi." Ryuk menyeringai.
.
.
.
'Yagami-san.. Tampan sekali..' batin Hinata. Dia sudah di taman, dan dia duduk di kursi bawah pohon sakura. Walaupun pohon itu tidak berbunga dan gugur semua. Kan musim dingin. Tadi, Hinata memberikan nama palsu karena berjaga-jaga untuk kemungkinan terburuk, bertemu KIRA. Soalnya berita tentang KIRA sudah kemana-mana.
'Hm.. Apa ketampanannya mengalahkan Sasuke-kun ya?' pikirnya sambil mengingat wajah kekasihnya, Sasuke Uchiha.
'Mungkin ya. Tapi di mataku, Sasuke-kun adalah orang tertampan.' Hinata tertawa kecil. Tiba-tiba ia menoleh kebelakang.
Oh ya, Hyuuga. Hyuuga adalah sebuah klan terpandang. Memiliki kemampuan untuk mendeteksi keberadaan atau aura seseorang. Selain itu, juga bisa melihat ke kejauhan dan merupakan klan yang hebat. Klan itu tahu tentang mitos, legenda, kebenaran hantu, bahkan jika bisa melihat sosok shinigami, akan langsung tahu namanya.
Itu adalah jawabannya. Hinata berdiri karena merasakan seseorang, ralat, dua orang berjalan kearahnya dalam jarak 5 meter. Ia mengenali aura kedua orang tersebut.
Hinata bersembunyi di balik pohon sakura itu. Mendengarkan apa yang dibicarakan kedua orang itu. Lelaki dan perempuan.
"Hm.. Ada apa kamu memanggilku?" tanya si perempuan. "Nanti ketahuan kekasihmu bisa salah paham." ujarnya lagi.
"Aku tahu.." kata si lelaki pelan. "Tapi aku sangat merindukanmu."
"Yah, aku juga merindukanmu.. Tapi kita tidak bisa begini terus, kan?" kata si perempuan sambil menatap si lelaki.
"Aku ingin segera memutuskan dia, dan bisa bersamamu." ujar si lelaki mantap.
"Itu sulit. Bukankah ibumu dan ayahmu yang memintamu untuk menjadi kekasihnya? Mereka bisa kecewa."
Lelaki itu menggeleng. "Tidak! Apapun kulakukan agar bisa bersamamu! Aku mencintaimu!"
Si perempuan mendesah pelan. "Aku juga mencintaimu. Hanya saja.. Orang tuamu sedang sakit. Jangan kecewakan mereka."
"Aku tidak akan mengecewakan mereka. Kemarin mereka mengatakan kalau aku harus cepat-cepat menikah dengan orang yang kucintai dan bahagia. Dengan begitu mereka bisa memiliki semangat hidup, dengan melihatku bahagia dan menikah."
"Berarti.."
"Ya, aku akan memutuskan dia dan melamarmu. Besok aku akan menemui kedua orang tuamu."
Si perempuan tersenyum lembut pada si lelaki. "Kau yakin akan menikahiku?"
"Aku yakin. Umur kita sudah 22 tahun. Itu sudah cukup untuk menikah. Terlebih kita saling mencintai dan menjalin hubungan selama setahun. Walau dibelakang semua orang. Kita sudah kenal sejak kecil kan? Bantu aku, Sakura."
"Baiklah. Besok, aku akan meminta orang tuaku tetap di rumah. Mereka akan menerimamu. Mereka kan sangat menyukaimu karena status kita di hadapan mereka sejak dulu adalah sahabat, Sasuke-kun."
Lelaki berambut raven tersenyum. Ia memeluk perempuan berambut pink di depannya dengan erat, lalu mencium bibirnya dengan lembut.
Hinata terdiam mendengar sepasang orang itu. Ia sangat mengenali mereka. Air mata Hinata mulai turun. Mereka adalah kekasihnya dan sahabatnya, Sasuke Uchiha dan Sakura Haruno. Hinata menghapus air matanya. Matanya menunjukkan sebuah ketegasan dan keyakinan, yang didasari sakit di hatinya.
Ketika Sasuke dan Sakura melepas ciuman mereka, Hinata menggertakan giginya. 'Cukup sudah. Aku sudah dipermainkan selama ini. Sakura.. Dia bilang dia mendukung hubunganku dengan Sasuke-kun! Tapi..'
Hinata sedikit menoleh kearah mereka. 'Sasuke-kun. Dasar pembohong. Dia bilang dia mencintaiku dan tidak akan meninggalkanku. Tapi kenyataannya?'
Tangan Hinata dikepalkan kuat-kuat, menahan perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya. Marah, sedih, kecewa, kesal. Semua bercampur menjadi satu. 'Hatiku sakit sekali.. Aku terlanjur mencintai Sasuke-kun, tapi dia mengkhianatiku..'
Hinata berdiri tegak. Perlahan, dia melangkahkan kakinya ke hadapan Sasuke dan Sakura. "Sasuke-kun." panggil Hinata dengan nada dingin. Sasuke tersentak. Ia melepas pelukannya pada Sakura dan berbalik. "Hi-Hinata!" Sakura pun kaget.
Walaupun Hinata sudah mempersiapkan dirinya untuk berbicara pada mereka, tetap saja Hinata sedih. Matanya mulai berkaca-kaca. Hinata kembali melangkahkan kakinya, ke depan Sasuke.
PLAKKK!
Tamparan telak mengenai pipi kiri Sasuke. "Kenapa? Kenapa selama ini kamu membohongiku? Kenapa selama ini kamu bermain di belakangku? Kenapa kamu tega, Sasuke-kun?" tanya Hinata dengan suara bergetar. Sasuke hanya bisa terdiam.
Kini Hinata melangkahkan kakinya ke depan Sakura. "Kamu jahat, Sakura!" Hinata pun menampar Sakura. Sakura jatuh terduduk di rumput.
"Kenapa? Kenapa selama ini kamu berhubungan dengan kekasihku? Kenapa selama ini kamu membohongiku dan menyemangatiku untuk mendapatkan Sasuke-kun? Kenapa, Sakura?"
Sakura menatap Hinata. "Maafkan aku, Hinata.."
"Diam! Sudah cukup semua ini!"
Sasuke menatap Hinata kaget. Baru kali ini dia mendengar Hinata berteriak kasar seperti itu. "Kalian benar-benar manusia yang tidak tahu diri! Kalian seenaknya mempermainku begitu saja! Berbohong dan berbohong! Aku benci kalian!"
Sorot mata Hinata menjadi sorot mata penuh kebencian. Akhirnya air mata Sakura menetes. "Maaf!" jerit Sakura. "Maafkan aku, Hinata! Aku yang salah! Aku tidak mau kamu sedih dan kecewa! Aku tidak mau orang tua Sasuke-kun meninggal!"
"Hanya dengan inikah?" tanya Hinata dingin. "Aku tahu ini salah! Aku berbohong padamu! Tapi ini demimu dan orang tua Sasuke-kun! Aku tahu kita mencintai pemuda yang sama, tapi terkadang kehidupan itu kejam, Hinata.."
Runtuh sudah semua ego Hinata. Air matanya mengalir deras, dan ia ikut jatuh terduduk di depan Sakura. Sasuke berjalan mendekati mereka berdua, duduk bersimpuh di sebelah Sakura. "Maafkan kami, Hinata.." kata Sasuke pelan.
Hinata mengusap pipinya yang berkilau karena terkena air mata. Mungkin Hinata bisa merelakan mereka. Tiba-tiba Sasuke menunduk, membuat kepalanya bersentuhan dengan rumput. Hinata dan Sakura kaget akan hal ini. Tapi Sakura mengerti.
Sakura ikut menundukkan tubuhnya. (Posisi mereka seperti orang sholat)
"Kami mohon restui kami!" seru mereka berdua.
Seperti meminta izin dari orang tua. Hinata menerawang. Dan ia mengambil keputusan. "Bila kalian memang sudah memutuskan dan saling mencintai, aku tidak bisa melarang. Aku akan mencoba melepasmu, Sasuke-kun." kata Hinata pelan.
"Terima kasih, Hinata!" Sakura langsung memeluk Hinata. Hinata mendiamkannya. Hatinya masih sakit. Tapi.. Apa boleh buat? Cintanya memang tidak terbalas.-
.
.
.
Lagi-lagi Light melamun. "Light, sekarang kenapa lagi?" tanya Ryuk. "Sasame itu cantik sekali ya.." lirih Light. Ryuk kembali menyeringai. Ryuk tahu kalau Sasame Matsuzaya itu nama palsu. Berkat mata shinigami.
"Lalu?"
"Aku jadi suka."
"Khu khu khu khu.. Itu tidak mungkin, Light. Dia sudah punya pacar."
Kali ini Light emosi. Entah sejak kapan dia bisa begini. Diapun memutuskan.. Untuk membunuh 'Sasame'. Dia berpikir, jika dia tidak bisa memiliki 'Sasame', maka yang lain pun tidak. Light berlari keluar dengan selembar Death Note. Ryuk mengikutinya.
Light pergi mencari 'Sasame'. Dan ia menemukannya, berjalan pelan menuju rumah. Dengan cepat, Light mengambil lembaran Death Note dan mulai menulis.
Sasame Matsuzaya
Serangan jantung
Tanggal 12 Desember xxxx
Pukul 11.47
'Tinggal 2 menit lagi.' batin Light. Ryuk menahan tawa seramnya itu dan hanya menyeringai. Ryuk yakin ini akan gagal. Nama aslinya bukan Sasame, kan? 'Yak, 11.47!' Light menyeringai.
5 menit sudah berlalu.
'Ke-kenapa tidak mati?' batin Light bingung. Ia melirik kearah Ryuk yang tengah menyeringai. 'Tidak salah lagi. Seperti Naomi Misora, (Volume 2 Death Note) dia pasti pakai nama palsu! Hah? Kenapa wajahnya sedih?'
Hinata masih merasa sedih karena Sasuke. Karena terlalu sedih, ia tidak bisa merasakan aura Light. Light-pun menghampirinya dan menepuk bahunya. "Matsuzaya-san, kenapa sedih begitu?" Hinata menoleh.
"Yagami-san. Tidak kok." kata Hinata. "Bohong. Air mukamu sedih." bantah Light. Hinata menghela nafas berat. "Yah, tadi di taman, aku tidak sengaja bertemu kekasihku dan sahabatku. Tadi aku bohong, maaf ya. Aku hanya ingin bersantai di taman itu. Tadi itu.. Aku mendengar pembicaraan mereka. Ternyata mereka selingkuh. Jadi.. Kami putus.."
Light terdiam. Niatnya membunuh 'Sasame' lenyap. "Begitu ya.. Jangan sedih dong." ujar Light. Badan Hinata sedikit gemetar karena dingin. Jaketnya tidak cukup untuk membuatnya hangat, terlebih dia tidak memakai sarung tangan dan jaketnya tidak berkantung.
"Ne? Kamu kenapa, Matsuzaya-san?"
"Dingin.."
Nafas Hinata mengeluarkan asap putih. Light menarik tangan Hinata dan memasukkannya ke saku jaketnya. Wajah Hinata langsung memerah karena malu. "A-arigatou, Yagami-san." Light mengangguk. "Douitashimashite. Mau kemana?"
"Pulang. Udaranya dingin sekali."
"Baiklah. Akan kuantar. Dimana rumahmu?"
"Perumahan Hyuuga, nomor 1."
"Hyuuga? Keluargamu Hyuuga?"
Hinata tercekat. Secara tidak langsung, dia memberitahu kalau namanya bukan Sasame Matsuzaya. "A-ah, i-iya. Keluarga angkatku Hyuuga. Keluarga kandungku meninggalkanku sejak aku berumur 3 tahun." bohong Hinata.
"Begitu. Ya sudah, ayo!"
Mereka berjalan menuju rumah Hinata. "Yagami-san, kamu ada hubungan keluarga dengan Soichiro Yagami ya? Dia kepala kepolisian." Light menganggguk. "Ya. Dia tousan-ku. Kenapa memangnya?"
"Nama keluargamu sama sepertinya. Jadi, kamu putra kebanggaannya itu ya?"
"Hah? Darimana kamu tahu?"
Hinata tersenyum. "Tousan-ku suka membicarakan masalah kriminal negara ini dan merupakan teman Soichiro Yagami. Soichiro Yagami itu kepala kepolisian yang mengurus kasus KIRA kan? Yang kudengar, dibawah pimpinan L."
"Hm.. Ya, benar. Aku sendiri tertarik dengan kasus KIRA."
Mereka terdiam sejenak. Tangan Hinata merasakan ada sesuatu di dalam saku Light. Kertas. Hinata tidak tahu, kalau itu adalah kertas Death Note. Hinata memejamkan matanya sesaat, menyembunyikan kekagetannya.
Ia melihat sosok mengerikan di samping Light. Hinata tahu sosok mengerikan itu apa, shinigami. 'Shinigami? Kenapa mengikuti Yagami-san? Nama shinigami-nya.. Ryuk..'
TBC
Hihihi, Hinata belum tahu ya, kalau dengan melihat Ryuk dan mengenal Light, nasibnya menjadi tidak menentu. Mati atau hidup, tersiksa atau bahagia. Doakan saja semoga author ini tidak membuat Hinata bernasib naas! Khu khu khu khu khu.. *tawa ala Hiruma Eyeshield 21*
Review please!
