Semua cast bukan milik saya, saya hanya pinjam nama mereka saja.

Satu-satunya yang merupakan hak milik saya adalah cerita ff ini.

Saya pinjam nama cast dari Super Junior.

Warning : GS, typhoo, ga sesuai EYD, cerita aneh dll

Dilarang bash cast, dilarang copy paste atau mengambil cerita ini.

Ff ini memang ff Kyumin, tapi yang saya genderswitch adalah Kyu, jadi yang ga suka Kyu yeoja, silakan tekan tombol back, saya tidak ingin ada flame atau hal-hal yang tidak mengenakan, terutama mengenai cast nya.


"Ah!" kesalku saat lampu merah tiba-tiba saja menghadang perjalananku menuju kampus tempatku menuntut ilmu, benar-benar menyebalkan …

Motorku berhenti begitu saja di antara kerumunan mobil-mobil yang kurasa seperti menghimpit satu atau dua sepeda motor yang ada di jalanan ini. Sekilas kulihat jam tanganku yang melingkar di pergelangan kiriku. Masih jam delapan kurang sepuluh, berarti tinggal sepuluh menit lagi atau aku dipastikan harus mengulang mata kuliah ini di semester genap berikutnya, mengingat kabarnya dosen pengganti yang akan membimbingku orangnya sangat disiplin, sekaligus kaku dan tidak berbelas kasihan kepada mahasiswanya. Satu kesalahan dan habislah mahasiswa itu.

"Arghhh ..." aku nyaris mengacak rambutku karena frustasi, tapi aku sadar, ada helm yang menutupi helaian rambutku, jadi kubatalkan saja niat konyolku itu.

Aku sebenarnya masih ingin sibuk dengan perasaan bingungku sendiri seandainya ataku tidak menangkap seringaian menyebalkan itu. Seringaian itu ... ya smirk itu ... aku tak sengaja melihat salah satu mobil yang ada tepat di samping motorku. Seorang gadis yang begitu manis nampak berada di depan kemudi. Yeoja berambut cokelat ikal sebahu dengan wajah yang sebenarnya begitu cantik, tapi sayang, kecantikannya itu tertutupi aura iblis pekat. Lihat saja smirk itu, benar-benar menyebalkan. Kalau dia bukan seorang yeoja, mungkin aku sudah menghampiri dan menonjok mukanya. Tapi kenyataannya dia yeoja, dan pantang bagiku untuk berkelahi dengan seorang yeoja, jadi aku hanya membalas tatapan mengejeknya dengan sebuah deathglare yang walaupun sudah kupaksakan dengan kadar keseraman terbaik yang kupunya, namun aku tak yakin bisa membuatnya merasa terintimidasi.

Lampu merah itu akhirnya berubah menjadi hijau, dan motorku sudah nyaris ku gas kuat-kuat, seandainya mobil sport berwarna biru metalik yang ditumpangi yeoja menyebalkan itu tidak menyerobot jalanku dan membuatku mengerem mendadak karena menghindarinya. Orang macam apa dia sebenarnya...benar-benar sial!

-joy-

"Wah, sayang sekali. Miss Cho sudah pergi sekitar lima menit yang lalu. Dia bilang, jika masih ingin dibimbing olehnya, maka kau harus membuat makalah dengan tema yang sudah ia tentukan." ucap salah seorang dosen lain yang seruangan dengan dosen yang ingin kutemui yang mereka panggil dengan Miss Cho itu. Entah mengapa mereka memanggilnya miss. Katanya dosenku ini belum menikah dan masih sangat muda karena dia mengikuti program akselerasi dan kabarnya menjadi dosen termuda yang pernah mengajar di universitas tempatku menuntut ilmu ini.

"Jadi, kapan saya harus menemui beliau Mr Jung?" tanyaku kepada dosen pria yang saat ini sedang berhadapan denganku.

"Mmmmm... entahlah, yang jelas ... dia menitipkan ini, baca saja, mungkin di sana ada petunjuk yang bisa kau gunakan!" sambung dosen itu.

"Baiklah. Terima kasih." ucapku sambil membungkuk sopan dan berlalu dari ruang dosen.

Aku berlalu dari ruangan itu, mencari sebuah bangku yang tak jauh dari pintu keluar. Mendudukkan diriku dan mulai membukan catatan kecil itu dengan teliti.

Dosen aneh itu ternyata memintaku membuat makalah mengenai kultur jaringan ... ah dasar menyebalkan. Dan di akhir catatan itu, ia mengatakan bahwa aku boleh menemuinya kapanpun saat makalahku itu selesai, dia juga mencantumkan nomer ponselnya.

"Kenapa aku begitu sial!" umpatku sambil meremas kertas kecil itu, sebenarnya aku sudah siap melemparkannya ke tempat sampah terdekat, tapi eits ... aku batalkan niatku dan memasukkan kertas kecil itu ke dalam tas, siapa tahu akan berguna kelak.

-joy-

Hari sudah menjelang sore saat kuputuskan untuk kembali ke apartemen sewaanku yang berjarak lumayan jauh dari kampus. Mungkin aneh juga, mengapa aku harus menyewa tempat yang begitu jauh dari kampus. Tapi ini semua karena terpaksa, sebab saat orang tuaku menyetujui keputusanku untuk kuliah di Seoul, semua apartemen dan rumah sewaan di sekitar kampus telah penuh oleh penyewa yang tentu saja didominasi oleh mahasiswa. Maka zona pencarian tempat tinggalkupun diperluas, hingga akhirnya orang tuaku memutuskan menyewa apartemen yang kutempati sekarang, yang berjarak sekitar delapan kilometer dari kampus.

Lampu merah lagi, benar-benar melelahkan. Lain kali aku akan mencari waktu luang untuk putar-putar mencari jalan alternatif yang minim, bahkan sebisa mungkin bebas dari lampu merah.

"Haha..." kudengar sebuah suara dari samping ku. Aku menoleh, mendapati yeoja yang tadi pagi mengejekku tengah memandangku dengan pandangan yang kurang lebih sama dengan yang dia berikan tadi pagi. Juga smirk menjengkelkan itu, masih setia ia sunggingkan di bibir tebalnya yang kalau boleh kubilang sebenarnya begitu ... ehm... seksi.

Aku kembali memberikan deathglare terbaikku. Tapi yang kudapat adalah ekspresi wajah yang semakin merendahkanku. Yeoja ini lama-lama benar-benar bisa membuat tekanan darahku naik.

'Sabar Lee Sung Min ... sabar...' motivasiku pada diriku sendiri.

Mungkin keberuntungan sedang berpihak kepadaku, terbukti lampu merah tiba-tiba berubah menjadi hijau. Aku kali ini benar-benar tancap gas maksimal, sehingga mobil sport warna biru milik yeoja itu tidak bisa mendahuluiku. Tapi entah bagaimana prosesnya, mobil mewah itu mendadak menyalip dari samping kananku. Dan yeoja itu melambaikan tangannya kepadaku. Nampaknya ia benar-benar mengajakku berperang. Aku hanya bisa menggeretakkan gigiku menahan emosiku yang nampaknya sudah naik sampai ke ubun-ubun.

'Awas saja kau!' bathinku sambil melajukan motorku dengan kecepatan sedang menuju apartemenku.


Pagi ini aku sudah siap dengan motorku. Tak lupa semua perlengkapan yang kubutuhkan telah kupersiapkan baik-baik. Aku masih tidak bisa melupakan kejadian kemarin, yeoja yang 2 kali memandangku dengan pandangan merendahkannya. Apakah pagi ini aku akan bertemu lagi dengannya? Entahlah, aku harap tidak.

-joy-

Kupacu motorku dengan kekuatan sedang, dan ini terjadi lagi. Sepertinya aku begitu disukai oleh lampu merah, sehingga di traffic manapun aku harus selalu berhenti menunggu pergantian lampu itu.

Aku memandang sekelilingku. Hanya ada beberapa mobil sederhana dan kendaraan besar yang tengah berhenti. Kuedarkan pandanganku, dan akhirnya aku bisa bernapas lega saat tidak kutemukan adanya mobil sport warna biru metalik dengan pengemudi yeoja aneh itu.

Namun rupanya aku salah, karena tiba-tiba suara klakson nyaring sukses mengagetkanku dari arah belakang. Spontan aku menoleh dan mendapati mobil sialan itu telah parkir dengan enaknya di sana, dengan wajah sang pengemudi yang lagi-lagi menatapku dengan pandangan yang sekali lagi membuatku ingin melempar apapun yang bisa kutemui. Namun sekali lagi pikiran sehatku mengingatkan.

'Sabar Lee Sung Min ..sabar ne...' aku menarik napas dalam-dalam dan memejamkan mataku. Sesaat kemudian rasa emosiku mulai menghilang.

Dan aku mengacuhkan yeoja itu. Malas untuk sekedar beradu pandang dengannya.

Lampu merahpun berganti hijau. Aku melajukan kendaraanku dengan kecepatan rendah, kali ini kubiarkan mobil itu mendahuluiku. Biarlah mengalah tidak ada salahnya bukan? Tapi anehnya mobil itu justru turut berjalan lambat, mensejajarkan posisinya dengan posisi motorku.

"Hei, namja cantik, kau sudah menyerah beradu kecepatan denganku?" tanya yeoja itu sambil tetap melempar sebuah pandangan meremehkan. Sementara aku berusaha untuk tidak menanggapinya, masih konsentrasi dengan motorku.

"Hallo...kau tidak tuli kan? Aku ini sedang mengajakmu berbicara...hei namja cantik..."

CIIIIIIT

CIIIIIIIIIIITTTTTT

Rasanya aku sudah tidak tahan untuk meluapkan kemarahanku. Tadinya ingin sekali aku tahan, tapi kali ini aku tidak sanggup lagi, apalagi saat dia memanggilku namja cantik, rasanya dia seperti menginjak-injak harga diriku saja. Jadi kuhentikan saja motorku tepat di depan mobil itu. Membuat yeoja itu terpaksa juga menghentikan mobilnya. Aku turun dari motorku dan langsung menghampiri mobil itu, kebetulan kacanya diturunkan, jadi aku leluasa untuk mengancam yeoja itu agar turun dari mobilnya.

"Kau, yeoja sialan, apa sebenarnya maumu?" tanyaku saat yeoja itu sudah berhasil kupaksa keluar dari mobilnya. Yeoja itu memadangku datar kali ini, kemudian menyunggingkan sebuah smirk terkutuk itu yang sukses membuat emosiku bertambah.

"Aku paling tidak bisa berbuat kasar kepada yeoja, jadi kau jangan memaksaku untuk melakukannya kepadamu, cepat jawab pertanyaanku!" ulangku. Kali ini dia tersenyum simpul, kemudian melangkah mendekat kepadaku dan semakin dekat, hingga jarak tubuh kami berdua tak lebih dari dua centimeter. Ternyata dia sedikit lebih tinggi dariku, apalagi ia mengenakan sepatu berhak tinggi saat ini.

"Aku hanya ingin bermain dengan namja manis dan cute sepertimu. " jawabnya sambil menyilakan rambutnya, menguarkan aroma parfum yang begitu lembut namun cukup menggelitik indera penciumanku. Aku sedikit tersentak, tubuhku terasa gemetar. Ini kali pertama aku berada pada jarak sedekat ini dengan yeoja. Dan bukan yeoja biasa, tapi yeoja yang begitu cantik dengan tubuh tinggi langsing proporsional bak model terkenal dan pakaian formal berkelas yang ia kenakan, menonjolkan kesan elegan sekaligus seksi. Benar-benar bukan yeoja sembarangan.

"Ada apa dengan dirimu? Mengapa kau gemetaran hmmm?" tanyanya sambil kembali memainkan rambutnya yang dibiarkan terurai indah. Aku masih terdiam, tak tahu harus mengatakan apa lagi.

"Ck ... hah... rupanya kau ini benar-benar namja polos ne. Apa kau tidak pernah berdekatan dengan yeoja?" tanyanya sambil mengambil sesuatu dari dalam mobilnya.

"Ini alamatku. Kalau kau benar-benar ingin balas dendam atau sekedar ingin tahu apa alasanku, datanglah nanti malam. Oke." ia menyerahkan kertas itu kepadaku dan segera melihat arlojinya.

"Sayangnya, aku masih banyak urusan. Padahal, aku masih ingin bermain denganmu. Nah, aku pergi dulu ... cute boy!" ia mencolek daguku sebelum kembali masuk ke dalam mobilnya. Meninggalkanku yang nampak seperti terpesona oleh sosoknya.

"Baboya..." rutukku menyesali kebodohanku yang malah seperti terhipnotis saat berhadapan langsung dengannya.

TBC


Cerita apa ini ... wkwkwk entahlah, saya juga ga tahu dapet ide dari mana, cuman kepikiran bagaimana kalau sekali-sekali Kyu yang di genderswitch dan Minpa tetep jadi namja, tapi pada akhirnya tetep Kyu yang akan mendominasi. Mianhe kalo ada yang ga berkenan. Saya di sini hanya ingin menuangkan ide saya kok, kalo ga suka yang ga usah dibaca. Kalau udah baca ya ... minta reviewnya ... wkwkwkwk

Tolong kasih masukan, layak dilanjut atau enggak. Kalau emang ga layak ya nanti saya hapus aja ne ...

THANkyu