Akhirnya, entah sudah berapa lama aku tidak dapat menulis karena tugas di sekolahku, aku dapat menyelesaikan bagian ini di waktu senggangku. Ini adalah fanfic pertamaku, jadi aku tahu kalau masih ada banyak kesalahan didalamnya. namun, aku harap kalian tetap mau membacanya.
Judul: Jangan Menyerah di Fate
Disclaimer: cerita ini terinspirasi dari Fate-series
Pairing: Arturia Pendragon, Uther Pendragon, Igraine Pendragon, Knights Of Round Table, Dan lainnya.
Genre: Drama, Romance, Tragedi
Okay, langsung saja silahkan dibaca, enjoy ^^
-satu Hari sebelum pertempuran Camlan-
Raja Arthur pergi bersama tim kecilnya melewati bukit dan hutan. Sampai di dalam hutan, mereka kemudian mendirikan kamp untuk istirahat.
"Berhenti"
"ada apa Arthur?" Lancelot menoleh kearah Arthur sambil bertanya, dia menoleh kearah kanan dan kiri memastikan apakah ada musuh.
"kita akan istirahat disini"
"oh Baik"
Seluruh prajurit kemudian bersama-sama mendirikan tenda dan sebagian mencari kayu bakar untuk penerangan di malam hari.
"besok kita harus melanjutkan perjalanan pagi-pagi sekali"
"Baik"
Malam hari (tengah malam)
Di tengah malam yang sunyi, sebagian besar prajurit sudah tertidur lelap. Hanya ada lima pasukan yang berjaga di depan sebuah tenda besar.
"besok kita akan mengahadapi sebuah perang besar"
"apakah kita bisa menang?"
"sudah dapat dipastikan bahwa kemenangan akan jatuh ke tangan pasukan ini"
"itu benar, pasukan Raja Arthur tidak terkalahkan"
"hei .. beberapa hari yang lalu aku mendengar rumor bahwa sebernarnya Raja Arthur adalah seorang wanita"
"benarkah? Jadi, atas dasar apa rumor itu?"
"hei hentikan, nanti Raja Arthur bisa dengar!"
Sebuah bayangan seseorang terlihat berdiri dibalik tenda.
"kalian sudah selesai bercerita?"
Kelima prajurit tersebut tersentak kaget akan suara yang tidak asing itu. Kemudian keluar dari balik tenda seorang yang tidak asing pula.
"Ra-raja Arthur," salah satu prajurit menjawab dengan gagap.
"kami minta maaf karena telah lancang berbicara yang tidak-tidak"
Kelima prajurit tersebut meminta maaf dan sujud di depan Raja Arthur.
"sudahlah, tidak apa-apa lagipula itu semua hanya rumor kan. Kalian semua berdirilah!"
Setelah itu Raja Arthur berjalan maju.
"anda mau kemana Raja Arthur?"
Raja Arthur berhenti dan menoleh kearah prajurit tadi.
"aku tidak bisa tidur, aku akan pergi berkeliling dulu."
"apakah kami harus menemani, Yang Mulia?"
"tidak perlu, aku akan jalan-jalan sendiri disekitar sini"
"tapi- ..."
"kalian tenang saja, aku tidak akan lama. Lagipula aku sudah membawa senjataku sendiri," Kata Raja Arthur sambil memegang sebuah pedang yang ada di pinggulnya.
Setelah itu Raja Arthur pergi meninggalkan kamp. Di dalam hutan tidak jauh dengan kamp, Raja Arthur melihat hamparan air yang lurus diterangi oleh bulan purnama. Raja Arthur kemudian mendekatinya dan ternyata hamparan air itu adalah sebuah danau.
"danau?" kata Raja Arthur setelah melihatnya dengan jelas.
Raja Arthur hanya berdiri diam di tepi danau selama beberapa menit, sambil menelusuri dengan indra penglihatannya. Tiba-tiba, muncullah gelembung-gelembung air yang terus bergerak mendekati tepi danau, tempat Raja Arthur berdiri. Raja Arthur dengan cepat memegang pedang yang dibawanya. Air itu bergerak semakin dekat menampakkan sesosok bayangan manusia. Seorang wanita anggun keluar dari air dan berdiri diatasnya.
"Selamat datang, Raja Arthur!" kata wanita itu.
"siapa kau?" kata Raja Arthur dengan tegas.
"aku adalah orang yang memanggilmu kesini "
"jadi mimpi itu tadi datang darimu?"
"itu benar, mimpi itu datang dariku"
"Lantas, apa yang kau inginkan dariku?"
"Aku hanya ingin berbicara denganmu Arturia"
"Arturia?" Raja Arthur kaget mendengar nama aslinya disebut, dengan ekspresi wajah tidak percaya dia bertanya, "Apa yang kau katakan?"
"tenang Arturia, aku sudah tahu semua tentangmu" kata Dewi Danau dengan senyum menawannya.
"siapa kau sebenarnya? "
"Aku adalah Dewi penjaga danau ini"
"De-wi? Maaf atas ketidaksopanan saya," kata Arturia sambil menundukkan kepalanya dan menyarungkan pedangnya kembali.
"tidak-tidak, Arturia! Jangan mempersalahkan hal sekecil itu. Pada kenyataannya, aku senang kamu sudah mau menemuiku"
"baiklah. Tapi, apa maksud anda dengan tahu semua tentangku?" tanya Arturia dengan lembut.
"hmm… aku tahu bahwa kamu adalah putri dari Raja Britain sebelumnya, Raja Uther Pendragon. Dan kamu adalah pewaris sah dari tahta Britania, yang tidak diakui keberadaannya oleh ayahmu. Karena, kamu lahir sebagai seorang wanita yang tidak memungkinkan untuk memimpin negara dan para Ksatria, apalagi untuk ikut berperang. "
"Anda sudah mengetahuinya?"
"iya, benar," kata Dewi tersenyum.
Tidak lama kemudian dewi menatap Arturia dengan serius.
"Arturia, mengenai perang besok, kamu belum tentu menang. Jujur saja, besok adalah perang yang akan menentukan nasibmu dan nasib Britania"
"apa maksud Anda?"
"begini, dengan pasukanmu yang tinggal sedikit, dan sebagian sudah terluka, tidak memungkinkan untukmu menang"
"sebenarnya apa yang sudah anda ketahui tentang perang ini, Dewi?"
"aku tahu semuanya, aku tahu berapa jumlah pasukan yang kamu bawa, begitu pula dengan jumlah pasukan musuh, dan tentu saja aku tahu strategimu dan strategi musuh"
"jadi, anda sebenarnya ada di pihak siapa?"
"Sebagai dewi, aku tidak diperbolehkan untuk ikut memihak, jadi aku pihak netral. Namun sebagai teman, aku ingin menawarkan bantuan padamu Arturia"
Arturia menundukkan kepala untuk memikirkan ungkapan dari Dewi Danau.
"kalau begitu maaf, anda adalah seorang dewi, aku tidaklah pantas menerima bantuan dari anda"
"sudah ku duga, dari seorang Raja Arthur. Sebenarnya aku sudah tahu kamu akan menolak bantuanku. Justru itulah aku menawarkan bantuan, aku suka dengan sifat-sifat yang kau miliki! Namun, apa kamu yakin bisa menang dengan keadaan pedangmu yang seperti itu? Aku akan memberikan pedang yang lebih baik dari itu."
Dewi Danau tersebut akhirnya mengeluarkan pedang dari bawah danau. Sebuah pedang muncul dari dalam danau dengan kilauan cahaya emas yang sangat indah. Danau itu pun terlihat lebih terang dari sebelumnya.
"pedang ini bernama Excalibur. Dengan pedang ini, aku yakin kamu bisa memenangkan perang. Aku akan memberikan pedang ini untukmu, Arturia."
Setelah itu, Dewi Danau yang memegang pedang itu, memberikan pedang tersebut kepada Arturia. Pedang itu melayang mendekati Arturia dan mendarat tepat di kedua telapak tangannya.
"pedang itu tidak bisa tergores oleh apapun, begitupula tidak akan pernah bisa dipatahkan oleh apapun juga"
Arturia terpesona dengan keindahan pedang Excalibur itu. Dia memandang pedang itu untuk beberapa saat dan kemudian dia bertanya kepada Dewi Danau itu.
"kenapa anda menganggapku sebagai teman dan memberikan pedang ini kepadaku?"
Dewi danau tersenyum lembut atas pertanyaan Arturia. Dia diam dan memandang wajah Arturia dengan tatapan mendalam sebelum dia menjawab pertanyaannya.
"sebelumnya aku akan menceritakan sesuatu kepadamu"
"Apa Itu?" tanya Arturia dengan penuh perhatian.
"dua puluh tahun yang lalu, ada seorang perempuan yang membawa bayi datang kepadaku. Dia bercerita banyak tentang bayinya dan keluarganya. Meskipun dia tegar, aku tahu bahwa ia menyembunyikan tangisannya. Lalu, dia meminta permohonan dariku"
Dewi berhenti untuk beberapa menit, dengan maksud untuk menunggu tanggapan dari Arturia. Namun, Arturia hanya diam tanpa tanggapan. Jadi dia meneruskan ceritanya.
"dia memintaku untuk melindungi anaknya dari kesulitan hidup yang akan ia lalui di masa mendatang"
"apa? Itu tidak mungkin!" jawab Arturia tidak percaya.
"itu benar, itu tidak mungkin. Jadi, aku harus memberikan syarat kepadanya. Aku terpaksa harus mengambil setengah dari sisa umurnya, dan dia langsung menyetujuinya"
"aku tidak percaya bahwa anda mampu berbuat hal seperti itu" jawab Arturia dengan pandangan tidak percaya.
"aku harus, karena permintaanya. Aku tidak dapat mengabulkan permintaanya tanpa syarat itu. Maafkan aku Arturia!" Dewi menatap Arturia dengan sedih.
"mengapa Anda minta maaf? Anda tidak perlu minta maaf kepada saya"
"itu harus, karena-" sebelum Dewi dapat menyelesaikan kalimatnya, Arturia menyadari sesuatu.
"itu adalah ibu saya," Arturia tanpa sadar menjatuhkan air matanya. Dan tidak lama kemudian, dia tiba-tiba kehilangan keseimbangan dalam dirinya. Semua yang dapat ia lihat hanyalah kegelapan.
bersambung ...
terimakasih banyak sudah mau membaca fanfic saya
jadi, bagaimana menurut anda? saya merasa bahwa ada banyak yang perlu diperbaiki, jadi mohon ulasannya! ^^
