Another Fated

Cast :

Jung Yunho

Kim Jaejoong

Park Yoochun

Kim Junsu

Shim Changmin

Rated : T—M

Warning : Boys love, Yaoi, [Cerita ini murni hasil pemikiran Author dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun dan apapun.]

Disclaimer :

Seluruh pemain disini bukan milik Author. Mereka adalah milik diri mereka sendiri, Management serta Tuhan YME. Author hanya meminjam sebentar, ne!

.

.

Warning! Yaoi, OOC, DLL

.

.

_This story Original _

by

HinaRiku-chan a.k.a Nyangiku

.

.

''If you don't like, Don't read it"

Tidak suka? Jangan baca!

.

.

Bagi yang sudah menyempatkan untuk membaca—

.

.

Onegaishimasu

~Selamat membaca~

.

.

Chapter 1 – Model?

.

.

"Kau harus segera memutuskannya secepatnya Kim Jejung. Ujiannya akan berlangsung dua minggu setelah ujian kelulusan. Aku hanya berharap kau bisa melanjutkannya dan kembali menjadi Kim Jejung yang biasa." Pria paruh baya itu menggeser kursinya kemudian meninggalkan ruangan konseling yang hari itu terlihat sibuk dalam keterdiaman.

"Hah.. Bagaimana?" Jaejoong menghembuskan nafasnya dengan perlahan menggeser kursi yang ia duduki sampai menimbulkan suara berderit yang samar.

Untuk kesekian kalinya ia dipanggil ke dalam ruangan konseling yang berisi siswa-siswa bermasalah. Bukan—dia berada diruangan itu bukan karena suatu masalah serius yang menjeratnya, namun sebuah keputusan yang membuatnya beberapa hari belakangan ini pusing.

Tiga bulan lagi ujian kelulusan akan diadakan. Dan ia belum memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Universitas. Selain itu beasiswanya juga bermasalah. Sudah dua ujian berturut-turut Jaejoong mendapatkan nilai dibawah ketentuan yang ditentukan sebagai penerima beasiswa full di sekolah yang terkenal dengan lulusannya terbaik se-Jepang. Walaupun bukan sekolah elit dengan bayaran tinggi, namun para siswa sekolah ini diperhitungkan sekali di masyarakat. Tidak sembarangan orang bisa menuntut ilmu di sekolah ini kalau hanya bermodalkan dengan otak yang pas-pasan.

Nilainya turun akhir-akhir ini bukan karena dia malas belajar atau karena terlalu banyak bermain. Justru dia berusaha sangat keras sejak ia menginjakkan kakinya di hari pertama ia masuk ke sekolah itu.

Setiap hari ia harus bekerja membanting tulang di beberapa tempat guna membiayai hidupnya di Jepang yang sudah diakui didunia tidak murah dan juga untuk tabungannya masuk ke Universitas. Dia juga harus belajar dengan giat agar beasiswa yang selama ini ia dapatkan disekolahnya tidak dihapuskan. Dia berusaha lebih keras dari yang orang bayangkan. Karena entah kenapa ia merasa kalau saat masuk universitas nanti ia tidak akan mendapatkan beasiswa full lagi, karena jam belajarnya akan lebih tersita dengan pekerjaan-pekerjaan paruh waktu yang ia ambil.

Mengingat menjadi mahasiswa itu sangat membutuhkan biaya yang tidak sedikit, seperti membayar KKS belum lagi tugas-tugas yang akan diberikan dosen nanti.

Sempat ia berpikir untuk tidak melanjutkan pendidikannya, namun Yama-Sensei yang mengurusi dan bertanggungjawab mengenai beasiswanya selama ini menyarankan padanya agar melanjutkan study nya dengan alasan otaknya yang jenius itu akan sia-sia akan tidak di asah dan dikembangkan lagi. Yama-Sensei tau Jaejoong memiliki kemampuan yang terpendam didalam dirinya yang pendiam itu.

Hah..

Memikirkannya saja membuat kepalanya serasa pecah. Belum lagi dua hari yang lalu ia baru saja dipecat dari pekerjaannya yang selama ini memberikannya gaji lumayan. Pemilik rumah kedai ramen yang sangat disiplin dalam ketepatan waktu itu sudah tidak dapat lagi mentoleransi keterlambatan Jaejoong yang sudah terjadi lima kali berturut-turut dalam sebulan terakhir. Dengan berat hati ia memberhentikan Jaejoong.

Keuangannya semakin menipis. Saking stresnya ia sampai tidak bernafsu makan dua hari ini, perutnya sama sekali belum terisi makanan. Pikirannya sedang berputar bagaimana caranya agar mendapatkan pekerjaan yang lain selain kerja paruh waktu sebagai kasir minimarket yang tersisa. Apalagi dengan gaji yang kecil dan tentu saja tidak akan muat memenuhi kebutuhannya selama satu bulan penuh.

Biasanya dalam sehari ia bekerja dua kali, menjadi pelayan di restoran ramen sampai waktu makan malam tiba lalu menjadi kasir minimarket sampai tengah malam. Sisanya akan ia gunakan untuk beristirahat dan belajar.

Kemana dia harus melangkah sekarang?

Entah kenapa hari ini begitu panas, membuat tenaganya semakin terkuras saja. Sedangkan jaraknya berada sampai menuju ke apartemen mungilnya harus melewati lima blok lagi. Entahlah ia akan sampai disana dengan selamat atau tidak.

Di sisi lain jalanan yang ramai itu, sesosok pemuda berambut gondrong berdiri sambil sesekali menebar pesona pada gadis cantik yang lewat. Aura cassanovanya begitu kuat keluar apalagi kala senyum manis itu terkembang di pipi chubby nya. Seakan sengaja memamerkan dua lesung pipi yang mempermanis senyumnya. Membuat gadis-gadis lajang tentu saja akan menjerit kegirangan kala mendapatkan perlakuan dari pemuda tampan sekelasnya.

Entah apa yang di lakukannya disana hampir seharian. Kalau diperhatikan ia hanya berdiri, mengedipkan sebelah matanya dan sesekali tersenyum aneh. Sambil sesekali mengecek ponsel keluaran terbaru pabrikan negaranya, pemuda cassanova itu nampaknya mulai bosan dan memutuskan untuk menyudahi 'pencariannya' hari itu.

Namun saat ia akan keluar dari persembunyiannya, tiba-tiba sesosok pemuda cantik melintas didepannya dan segera menyedot perhatiannya. Pemuda itu berjalan gontai tanpa semangat, sesekali mulutnya menggumamkan sebuah kata yang tidak terdengar olehnya, namun bagi si pemuda berambut gondrong sosok itu bagaikan sebuah permata berkilauan incarannya selama ini.

Seperti setetes air di gelas terakhir minumannya saat musim panas yang akan menghilangkan segala rasa hausnya.

Walaupun banyak yang berlalu lalang disekitarnya, entah kenapa hanya sosok itu yang bercahaya.

Dengan tekad dan semangat yang seketika terkumpul di ujung lelahnya, pemuda itu memutuskan untuk mendapatkan 'incarannya' itu segera apapun yang terjadi.

"Nona! bisa bicara sebentar?" Jaejoong menghentikan langkahnya saat seseorang menarik seragamnya dari belakang membuat tubuhnya yang kurus dan jelas tanpa tenaga karna tidak beri asupan makanan jadi terhuyung menubruk tubuh tegap orang itu. Orang itu berbicara menggunakan bahasa Jepang yang lumayan fasih dan tentunya di mengerti oleh Jaejoong.

"Lepaskan! Aku ini namja bukan yeoja!" Jaejoong menepis tangan laki-laki bersuara husky itu. Ia mengomeli namja itu menggunakan bahasa Korea tanpa ia sadari. Tanpa berniat menoleh satu sentipun pada orang yang sudah menganggunya, Jaejoong kembali berjalan menyusuri jalan pinggiran kota Tokyo berusaha secepat mungkin untuk sampai ke apartemennya untuk beristirahat guna menenangkan fisik dan pikirannya.

Tapi laki-laki itu kelihatannya tidak mudah menyerah begitu saja, ia terus berjalan bahkan sambil berlari kecil guna menyamakan langkahnya dengan Jaejoong. Berkali-kali menarik-narik lengan seragam Jaejoong dan berkali-kali pula tangan itu di tepis.

"Sebentar saja, aku perlu bicara denganmu lima menit saja." kata laki-laki berjidat lebar itu lagi, dia masih belum menyerah sebelum ia mengutarakan maksudnya mengajak Jaejoong bicara. Kali ini namja itu menggunakan bahasa Korea karena mendengar Jaejoong berbicara padanya menggunakan bahasa Korea tadi.

Jaejoong menghentikan langkahnya. Guna melihat sebentar wajah orang yang dari tadi membuat emosinya perlahan naik.

Jidat lebar bagai lapangan sepak bola. Pipi chubby dengan senyum mesum ala playboynya. Gaya berpakaian seperti orang kaya dengan kemeja yang di padukan dengan jeans dan sweater yang disampirkan ke pundaknya juga kacamata yang terbingkai dikedua matanya, Jaejoong tau semua barang itu barang branded walaupun ia tidak pernah sama sekali membelinya.

Yang ditatap malah memamerkan senyuman mautnya. Playboy berpipi chubby itu berpikir kalau Jaejoong mau mendengarkannya sebentar, sambil masih memasang senyuman lebarnya sambil memikirkan macam-macam tentang 'malaikat' yang berada di hadapannya. Tapi ternyata dugaannya salah.

Ugh. Jaejoong jadi ingat kalau di jalan ini sering sekali di jadikan tempat strategis bagi om-om bertampang mesum yang mencari mangsa untuk dijadikan model film biru. Biasanya yang terjerat itu para pelajar ataupun mahasiswa bahkan pengangguran yang membutuhkan uang seperti dirinya saat ini dengan iming-iming bayaran yang tinggi tentu saja.

TIDAK!

Jaejoong masih waras untuk memilih jalan pintas seperti itu. Walaupun ia akui wajahnya itu cukup cantik dan menggoda. Tapi tentu ia tidak rela kalau harus menjual asetnya yang berharga itu. Walaupun saat ini memang hanya uanglah yang ia butuhkan.

"Bagaimana nona cantik? Aku akan memberikanmu sebuah penawaran yang menggiurkan," ucapnya lagi sambil tersenyum mesum—menurut Jaejoong. Suara husky nya itu terdengar menyeramkan di telinga Jaejoong.

Jaejoong merasakan bulu kuduknya merinding mendengar kalimat yang terakhir itu. Eh—tapi tunggu kata yang dia ucapkan sebelumnya itu adalah—

"AKU BUKAN YEOJA! DAN AKU TAMPAN BUKAN CANTIK!" Jaejoong berteriak kencang. Ia benar-benar kesal bila ada orang yang memanggilnya dengan sebutan 'Nona' jelas saja ia marah, dia itu adalah laki-laki! Apalagi laki-laki yang Jaejoong akui berwajah playboy itu juga mengatakan dia 'cantik'.

Sungguh dua kata keramat dalam satu kalimat yang paling Jaejoong benci!

Menghiraukan tatapan orang-orang ke arahnya akibat teriakannya yang membahana. Keningnya masih berkedut-kedut akibat menahan kesal, nafasnya tersengal-sengal setelahberteriak tadi.

Sebenarnya ia ingin sekali menghajar jidat lebar orang itu, namun tenaganya hanya cukup untuk kabur dan berlari saat ini juga. Daripada ia ditarik paksa untuk di bawa ke hotel dan di nodai, lebih baik ia kabur detik itu juga.

Jaejoong mengambil ancang-ancang untuk berlari dan—

"HEI! TUNGGU!"

Tap

Tap

Tap

Tap

Jaejoong berlari dengan sisa tenaganya. Sambil sesekali menoleh ke belakang. Laki-laki itu mengejarnya. Terus mengejarnya.

"TOLONG AKU MAU DI NODAI!" entah mendapat tenaga sekuat itu dari mana, Jaejoong terus menambah kecepatan berlarinya sambil berteriak berharap ada orang yang akan menyelamatkannya. Ia berlari panik dan melupakan segala rasa lelahnya. Berharap ada orang yang menolongnya.

"HEI!" tentu saja namja itu terus mengejarnya mengingat selama pengintaiannya selama ini hanya sosok Jaejoong lah yang pas dan sesuai dengan kriterianya. Tentu saja ia tidak akan semudah itu melepaskan incarannya. Sampai kemana pun ia akan mengejar Jaejoong dan tidak akan melepaskannya.

Tap

Tap

Tap

"JUNSU-YA!" panggil laki-laki bersuara husky yang terengah-engah karena mengejar siswa SMA itu. Ia berhenti untuk menstabilkan nafasnya. Ia memanggil namja montok yang berada di depannya yang tengah berjalan berlawanan arah dengannya, menuju ke arahnya. Bermaksud agar pemuda berpantat seksi itu membantunya mencegah pemuda berseragam sekolah itu tidak lepas alias agar menangkapnya.

Pemuda berjidat lebar itu tersenyum lega. Sedikit lega karna 'mangsa'nya telah berada di tangan yang tepat. Ia akan menyergapnya bersama Junsu.

BRUK!

AHH

"Yak! Jidat mesum apa yang sudah kau lakukan padanya?!" namja berwajah imut yang sedang membawa tumpukan lembaran kertas dalam map transparan itu berteriak keras saat didapatinya seorang siswa SMA tiba-tiba menabrak tubuh montoknya. Untung saja arahnya berlawanan sehingga siswa sekolah menengah senior itu dengan sukses jatuh di pelukannya. Kalau saja anak sekolahan itu menabrak pantat seksinya itu akan berbahaya.

Telat satu detik saja mungkin tubuh kurus dan lemah itu akan terjatuh di jalanan dengan keras.

"Nanti saja ku jelaskan oke? Kita bawa dia ke apartemen Yunho sekarang sebelum kita kehilangan dia." ucap namja berjidat lebar tadi. Jaejoong masih terdiam di dalam pelukan Junsu, tenaganya sudah benar-benar habis sekarang. Pandangannya mulai kabur perlahan tubuhnya merosot ke tanah dan tidak sadarkan diri.

"H-hei? Ada apa? Kenapa dia pingsan?! " Junsu berteriak panik melihat Jaejoong tidak sadarkan diri.

Pingsan. Jelas saja Jaejoong pingsan, masih ingat bukan sudah dua hari ini ia tidak makan sama sekali, ditambah dengan kurang tidur karena belajar untuk tes tadi pagi. Ditambah lagi ia berlari dengan kencang guna kabur dari kejaran namja tersebut.

"Baiklah kita bawa sekarang. Kau yang menggendongnya!" titah Junsu. Ia sedang sibuk mengumpulkan kertas-kertas berharga miliknya yang berserakan di jalanan akibat insiden tabrakannya dengan Jaejoong.

"Yaampun tubuhnya ringan sekali. Lihatlah bibir merah cherrynya itu, pasti rasanya manis."

PLAK!

Playboy berjidat lebar itu meringis saat map berisi tumpukan kertas yang sudah dirapihkan pemiliknya mendarat di pipinya. Bukan saatnya untuk pikiran mesum playboy stadium akhir itu keluar. Untung saja tubuh Jaejoong yang berada dalam gendongannya tidak terjatuh akibat kerasnya pukulan dari namja berpantat bebek itu.

Junsu menghembuskan nafasnya lega. Semua kertas-kertasnya selamat. Untung saja tidak ada selembar kertas pun yang terbang terbawa angin, kalau sampai hilang satu. Sudah di pastikan si jidat lebar itu akan menerima akibatnya.

Tanpa Jaejoong tau, kalau kejadian ini adalah awal dari semua yang akan merubah hidupnya. Di mulai dari jalanan yang ramai dengan deretan toko-toko yang menjual berbagai macam barang hingga menuju ke masa depannya yang cerah.

.

.

.

"Junsu-ya, bagaimana keadaan anak itu?" Junsu berusaha sepelan mungkin melepaskan jas almamater yang di gunakan Jaejoong agar Jaejoong tidak kepanasan, mengingat saat ini cuaca diluar cukup panas. Junsu menggeleng. Tangannya kembali terulur memegang kening Jaejoong untuk memastikan kalau namja cantik itu tidak demam. Melihat wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang lemah juga kurus.

"Yoochuna, dia sungguh cantik." Junsu tersenyum manis kagum pada wajah malaikat Jaejoong yang sedang tidak sadarkan diri diatas sofa ruang tamu apartemen Yunho. Terpejam dalam damai. Kulit putih nan halus, hidung bangir, rahang yang tegas, dan bibir merah cherry. Benar-benar sempurna dan memiliki karakter yang kuat.

Benar-benar pas dengan apa yang diinginkan Junsu dan yang lainnya.

Namja berjidat lebar yang diketahui bernama Yoochun itu mengangguk. Ia berdiri di sebelah Junsu sambil melipat kedua tangannya. Ia tersenyum bangga, bangga akan penemuannya atas namja cantik yang kini tengah berbaring di depan mereka. Semoga dengan penemuannya ini bisa membantu kesulitan yang tengah menghampiri mereka. Meskipun tadi ia harus kejar-kejaran dengannya.

"Pilihanku tidak salah kan?" ujar Yoochun dengan sombongnya. Kedua tangannya terlipat didepan dada, kedua alisnya naik turun.

"Pilihan apa maksudmu?" namja tampan berwajah musang keluar dari dalam kamarnya sambil menguap, ia baru saja bangun dari tidur nyenyaknya. Bukan karena terusik oleh pembicaraan antara Junsu dan Yoochun, ia terbangun karena tenggorokannya terasa kering sehingga membuatnya terpaksa untuk bangun. Ia menghampiri Junsu dan Yoochun yang sedang berdiam diri didekat sofa ruang tamu apartemennya setelah kembali dari dapur untuk meminum segelas air..

"Ah, Yunho-hyung. Maaf membuat tidurmu terganggu. Kami sudah menemukan model untuk kita."

Yunho melotot ke arah Junsu dan Yoochun yang sedang tersenyum lebar sambil menunjuk sesosok malaikat yang terbaring tak jauh dari tempatnya berdiri.

.

.

"MWOYA? MODEL?"

Junsu dan Yoochun mengangguk kompak. Sedangkan Jaejoong berusaha untuk menenangkan keterkejutannya, ia baru saja sadar dari pingsannya dan sekarang ia mendapat pernyataan sepihak kalau dia akan menjadi seorang model.

"Model pakaianku dan model untuk agensi model yang Yunho-hyung kelola lebih tepatnya." namja imut bersuara lumba-lumba namun merdu itu tersenyum lebar dengan antusias.

"Sebelum itu, apa kau baik-baik saja? Aku khawatir sejak tadi kau terus saja mengingau menyebut-nyebut gajah. Aku pikir kau sedang sakit." Junsu kembali meletakkan telapak tangannya tanpa ijin ke kening Jaejoong untuk memastikan lagi kalau ia tidak sakit.

Jaejoong mengangguk pelan. "Lalu, dimana aku sekarang?" tanya Jaejoong. Sebenarnya sejak pertama sadar tadi itu lah pertanyaan yang ingin ia ajukan namun pertanyaan Junsu yang terus menerus membuatnya ragu untuk menanyakan itu.

"Di apartemen Yunho-hyung." Junsu menunjuk Yunho yang kini sedang duduk di sofa seberang mereka bersama Yoochun.

"Tadaima~! Hah.. Jepang itu memang surganya makanan enak. Ah, hyung, hyung aku membawakan makanan—" namja jangkung berwajah kekanakan itu tersenyum lebar sambil mengangkat beberapa kantung berisi berbagai macam makanan. Makanan yang ia beli menggunakan uang yang ia ambil diam-diam dari dalam dompet Yunho semalam.

Keempat namja yang berada di ruang tamu apartemen mewah itu sontak memandangnya kaget. Pasalnya ia menutup pintu apartemen cukup keras sehingga membuat suara gaduh.

DEG!

Mata bambi itu terpaku pada satu titik.

Pada satu objek indah yang sedang duduk dengan tenang.

Benar-benar terpesona pada pandangan pertama, sosok indah itu bersinar seakan baru turun dari langit. Benar-benar bisa membuat foodmonster itu bahkan melupakan kekasih makanannya.

"MALAIKAT!" pekik namja jangkung itu, ia melemparkan kantung-kantung makanannya lalu berlari ke arah Jaejoong yang sedang duduk diatas sofa. Tanpa aba-aba namja itu menarik tubuh kurus Jaejoong ke dalam pelukannya. Memeluk Jaejoong gemas.

"YA! JUNG CHANGMIN!"

"Jadi, apa kau mau menjadi model untukku? Maksudku untuk kita?" Junsu memandangi Jaejoong penuh harap, menghiraukan teriakan kagum dari Changmin. Dan teriakan kesal Yunho. Ia mengatupkan kedua tangannya sambil berlutut di depan Jaejoong kini tengah duduk di atas sofa dan itu sudah Junsu lakukan selama lebih kurang lima belas menit. Membuat Jaejoong yang sedang memakan makanan yang Changmin berikan agak terganggu.

"Berhenti lah memohon seperti itu Kim Junsu! Seakan kau tidak punya harga diri saja." omel Yunho dari sofa seberang Jaejoong tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas bergambar desain pakaian milik Junsu. Ia jengah dengan tingkah Junsu merendahkan dirinya sendiri dengan memohon kepada bocah yang tidak jelas asal-usulnya.

Junsu tetap dalam posisinya dan tidak bergeser sedikit pun, mengacuhkan perkataan Yunho.

Sedangkan Changmin yang duduk disebelah Jaejoong sedang memandangi Jaejoong dengan tatapan terpesona. Mengamati setiap gerak-gerik Jaejoong, mulai dari cara memegang sumpitnya, membuka bibir merah cherrynya sampai saat Jaejoong mengunyah makanan hingga menelannya tidak luput dari dua mata bambi Changmin.

"Dan kau! Jung Changmin, sejak kapan foodmonster sepertimu mau berbagi makanan hah?" ucap Yunho lagi, ia juga jengah melihat tingkah adik satu-satunya itu yang terus saja menatap Jaejoong seolah Jaejoong itu adalah sebuah makhluk menakjubkan yang sayang untuk dilewatkan barang satu kedipan matapun.

Yunho meletakkan lembaran kertas milik Junsu dengan kasar, membuat sang pemilik kertas sontak melotot ke arahnya. Hasil jerih payahnya siang dan malam mencoret-coret kertas putih itu di lempar begitu saja oleh Yunho. Seakan tidak dihargai.

Yunho tidak habis pikir, baru kali ini ia menemukan adik kesayangannya yang seorang foodmonster dan pelit itu berbagi makanan pada orang lain, bahkan bukan berbagi tapi dengan senang hati memberikan makanan yang ia beli pada orang asing yang Junsu dan Yoochun bawa beberapa menit yang lalu.

Ia yang notabene adalah kakak kandungnya saja tidak pernah merasakan dibagi makanan oleh Changmin dengan cuma-cuma alias selalu ada imbalannya.

"Sejak ada malaikat yang muncul di apartemen kita, hyung." ucap Changmin santai. Ia masih terpana dengan pemandangan Jaejoong yang tepat berada disampingnya dengan jarak kurang dari setengah meter.

"Uhuk! Uhuk!" entah kenapa Jaejoong malah terbatuk saat Changmin mengatakan dirinya adalah seorang malaikat.

Dirinya? Memangnya sebutan itu ditujukan untuknya?

Namun mengingat hanya dia satu-satunya orang asing diantara mereka berlima maka Jaejoong simpulkan kalau yang Changmin maksud itu adalah dirinya.

Melihat Jaejoong kesulitan bernafas karena tersedak, Changmin dengan sigap mengambilkan minum dan menyodorkannya pada Jaejoong. Tidak lupa memberikannya selembar tisu untuk Jaejoong usapkan diatas bibir penuhnya yang belepotan.

Yunho mendelikkan kedua matanya lalu mendengus kesal. Lihatlah sikap Changmin yang sok perhatian itu. Juga Junsu yang masih saja memandang Jaejoong dengan penuh harapan. Ck. Dua manusia yang sudah ia kenal sejak kecil yang kini berada di depannya sedang keranjingan Kim Jaejoong.

"Kim Jaejoong? Itu namamu dalam bahasa Korea, kan?" tanya Yoochun setelah membaca name tag yang berada di sebelah kiri jas almamater Jaejoong yang tersampir di lengan sofa.

Jaejoong meletakkan sumpitnya setelah menyelesaikan makannya dan berdoa sebentar. Bersyukur atas nikmat yang diberikan kepadanya yang memang sangat membutuhkan. Perlu diingat kembali kalau ia sudah dua hari tidak makan? Itu lah yang menyebabkan dirinya pingsan saat hendak kabur dari kejaran Yoochun tadi bukan karena terlalu keras menabrak tubuh montok dan berpantat seksi milik Junsu.

Jaejoong mengangguk. Ia menatap Yoochun, Junsu dan Changmin bergantian dengan tatapan polos dari mata bulatnya. Memperhatikan dengan seksama wujud dan penampilan tiga namja asing yang baru saja ia temui beberapa menit yang lalu, bahkan Jaejoong tau nama mereka bukan dari perkenalan formal. Dan bahkan ia mengacuhkan Yunho yang tepat berada di seberangnya.

Ya, mereka belum secara resmi memperkenalkan diri setelah berada dalam satu ruangan dan beberapa percakapan kecil. Sebenarnya hanya percakapan antara empat namja dengan berbeda pribadi didepannya itu tanpa ada sedikitpun satu kalimat atau kata yang keluar dari mulut Jaejoong. Ia terlalu asik dengan acara makannya.

Bahkan tanpa Jaejoong sadari sejak tadi mereka berbicara menggunakan bahasa Korea yang tentu saja Jaejoong mengerti juga, ia mengerti bahasa Korea dan bahasa inggris lumayan fasih selain bahasa Jepang yang selama ini ia gunakan.

"Kau orang Korea?" tanya Changmin lagi dengan aura penasarannya yang menguar-nguar dari dalam tubuhnya, ditambah dengan Junsu yang akhirnya menghentikan aksi mengharap pada Jaejoong. Ia kini ikut duduk di sebelah kiri Jaejoong. Dengan Jaejoong yang berada di tengah-tengah dan Changmin di sebelah kanannya, Jaejoong yang berada diantara mereka merasa seakan dua manusia itu mengurungnya tidak ingin melepaskannya.

Jaejoong yang sedang memperhatikan wajah kecil bermata musang yang sejak tadi terus saja membuang muka tersentak oleh pertanyaan Changmin. Buru-buru ia mengalihkan pandangannya pada Junsu dan Changmin. Ia terdiam sebentar. Berpikir.

Ia selalu bingung saat orang-orang menanyakan perihal kewarganegaraannya. Yang ia ketahui namanya memang berasal dari bahasa Korea, namun selama ini ia menggunakan terjemahan namanya dalam bahasa Jepang. Ia sendiri juga tidak tau mengapa namanya berasal dari bahasa Korea. Selama ini ia meyakini bahwa ia tinggal di Jepang dan itu otomatis membuatnya sebagai 'orang Jepang'. Lagipula, selama delapan belas tahun hidupnya ia sebatang kara.

Ia tidak mengingat apapun selain namanya. Marga kim merupakan marga suami pemilik panti asuhan tempatnya tinggal yang kebetulan berwarganegara Korea. Marga itu diberikan oleh istrinya kepada Jaejoong saat ia bergabung di panti tersebut. Dan selain itu darimana ia berasal ia juga tidak tau.

Ia tidak memiliki siapapun selain anak-anak yang bernasib sama di panti asuhan tempatnya tinggal selama ini.

Changmin menggerakkan tangannya didepan wajah Jaejoong yang begitu terlihat sedang larut dengan alam bawah sadarnya.

"Ah, Maaf. Bukan, hanya namaku saja yang kebetulan berasal dari bahasa Korea." Jaejoong menggeleng. Membuat tiga pemuda yang dari tadi menunggu jawabannya berpikir keras.

Yunho yang mendengar jawaban dari Jaejoong pun ikut berpikir. Meskipun wajahnya belum ia arahkan untuk memandang Jaejoong.

Sayang sekali bukan seorang Jung Yunho belum juga menyadari keindahan seorang Kim Jaejoong?

'sejak kapan ada orang Jepang bermarga kim' pikir mereka bertiga, ditambah Yunho juga. Lagipula, dilihat dari sisi manapun ia tidak terlihat seperti orang Jepang. Kulitnya terlalu pucat dan kelopak mata kecilnya itu pun khas Korea sekali. Wajah cantiknya jauh sekali dari kata imut yang selama ini menjadi image orang Jepang.

Pasti ada sesuatu yang tidak beres di dalam diri makhluk indah ini.

"Lupakan. Sekarang sudah sore. Lebih baik kau cepat pulang." kalimat Yunho menginterupsi lamunan Junsu, Changmin serta Yoochun. Sedangkan Jaejoong hanya tersenyum kecut merasa dirinya sudah diusir secara terang-terangan. Lagipula, tanpa disuruhpun ia memang akan pulang. Karna sejak awal ia memang akan pulang ke apartemennya kalau saja dua makhluk berpantat seksi dan berjidat lebar tidak membawanya kesini. Ke apartemen si wajah kecil.

"Aku tidak punya orang tua. Aku tinggal sendirian. Tidak akan ada yang menghkawatirkanku." ucap Jaejoong pelan menggunakan bahasa Jepang tentunya. Ia tersenyum miris, mengingat kalau selama hidupnya tidak pernah ada orang tua yang mengkhawatirkannya ataupun menunggunya pulang sekolah. Yang setia menunggunya hanyalah Jiji, kucing peliharaannya yang berwarna abu-abu.

Jadi mau pulang jam berapapun tidak berpengaruh apapun untuknya.

"Aku tidak bertanya tentang orang tuamu. Aku hanya menyuruhmu untuk cepat pulang." kata Yunho datar. Ia benar-benar menginginkan Jaejoong pergi sekarang juga dari dalam tempat tinggalnya. Entah kenapa alasannya, mungkin akibat moodnya yang akhir-akhir ini sedang buruk akibat masalah yang melandanya.

"KAU! Aku pamit sekarang!" ucap Jaejoong dengan kesal. Ia mengambil tas sekolahnya yang tergeletak diatas karpet juga jas almamaternya dengan kasar. Changmin yang melihat Jaejoong bangkit buru-buru mencegahnya, ia menarik tangan Jaejoong agar gerakannya terhenti. Sedangkan Junsu membentangkan kedua tangannya guna menghalangi jalan yang akan dilalui Jaejoong.

"Jangan pedulikan dia hyung. Lebih baik kita berkenalan satu sama lain, kita belum berkenalan secara resmi bukan?" Changmin tersenyum lebar. Mengacuhkan usiran Yunho pada Jaejoong. Ia malah membawa Jaejoong kembali untuk duduk ditempatnya semula. Jaejoong hanya bisa memanyunkan bibir cherry nya menahan sebal.

Jaejoong menghela nafasnya kasar. Emosinya yang tadi mulai terpancing turun perlahan saat melihat wajah polos Changmin yang sedari tadi terkesima padanya. Setidaknya ada tiga orang yang masih penasaran dengan dirinya, abaikan saja musang berwajah kecil disana.

"Benar kata Changmin." Junsu menimpali ia mengambil jas juga tas Jaejoong untuk diletakkan kembali pada tempatnya semula. Tatapannya berubah sendu mengingat perkataan Jaejoong sebelumnya yang mengatakan kalau ia tidak punya orang tua. Lagipula ia juga ingin berlama-lama memandang 'modelnya' untuk mendapatkan inspirasi dalam menghasilkan karya.

"Namaku Jung Changmin, umurku lima belas tahun hobiku adalah makan. Salam kenal hyung." Changmin tersenyum lebar sambil mengulurkan tangannya pada Jaejoong.

"Aku Kim Junsu dan playboy berjidat lebar yang tadi mengejarmu bernama Park Yoochun. Atau kau bisa memanggilkan Micky karna dia mirip tikus." sindir Junsu pada Yoochun yang sedang menebar aura playboynya pada Jaejoong. Yoochun yang sadar telah di ejek oleh Junsu pun hanya bisa diam, karena saat akan protes Junsu lebih dulu melototinya.

"Dan kau kucingnya hyung." tambah Changmin. Junsu sontak mengalihkan mata melototnya ke arah Changmin yang sudah mengatainya. Changmin yang sudah biasa kebal dengan bentuk ancaman apapun hanya cuek.

Jaejoong hanya mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Mencerna setiap kata yang mereka ucapkan dalam bahasa Korea. Jujur saja, walaupun ia bisa berbahasa Korea lumayan fasih namun baru kali ini ia berhadapan dan berbicara langsung dengan orang Korea sungguhan. Tentu saja ia perlu waktu agak lama untuk mencerna kalimat mereka dan menemukan kata yang pas untuk menjawab apa yang mereka ucapkan sejak tadi.

"Kim Jejung. Salam kenal." ucap Jaejoong kemudian tersenyum malu-malu. Ia takut bahasa Koreanya berantakan.

"YA! KALIAN!"

"Aku tidak dengar hyung."

.

.

"Jadi bagaimana dengan tawaranku? Menjadi modelku dan Yunho hyung." Junsu kembali menatap Jaejoong dengan penuh harap.

Namun Jaejoong meresponnya dengan tatapan ngeri. Mendengar kata 'model' membuat pikirannya penuh dengan hal-hal negative. Seperti menjadi model majalah pria dewasa, menjadi model telanjang, hingga menjadi model film porno.

Aish! Sepertinya di awal pembicaraan Junsu tadi Jaejoong tidak menyimak.

"Perusahaan kami sedang membutuhkan model baru dan kebetulan karaktermu cocok dengan pakaian yang aku rancang selama ini, apa kau berminat? Aku berharap sih kau mau menyetujuinya berhubung kami sangat membutuhkan model sepertimu." ekspresi Junsu mendadak berubah sendu. Entah apa yang telah terjadi diantara mereka Jaejoong tidak tau. Mungkin saja mereka sedang krisis keuangan atau bahkan krisis model.

Tapi tunggu—model pakaian yang Junsu rancang?

Jaejoong kembali mencerna setiap kata yang baru saja Junsu utarakan.

"Kau seorang designer?" tanya Jaejoong untuk memastikan kalau dugaan yang berputar-putar di dalam otaknya adalah salah. Junsu dan Yoochun juga Changmin bukanlah dari agensi yang mencari model dewasa. Dan yunho bukanlah bos mereka yang memiliki perusahaan seperti itu.

Junsu mengangguk semangat lalu mengambil tumpukan kertas berisi rancangan yang memang sejak tadi tergeletak berantakan diatas meja. Ia menyerahkan lembaran kertas itu pada Jaejoong.

"Sugoii.." Jaejoong memandangi satu persatu gambar rancangan Junsu dengan kagum. Bukan—bukan karna hasil gambarnya yang bagus, namun rancangan-rancangan buatannya yang benar-benar menakjubkan.

Hanya saja ada satu hal yang membuat Jaejoong tersenyum kecut dan mempoutkan bibirnya dengan imut.

Semua rancangan Junsu itu rata-rata adalah pakaian PEREMPUAN.

Sekali lagi PAKAIAN PEREMPUAN.

Bisa membayangkan bukan bagaimana wujud pakaian yang diperuntukkan untuk perempuan?

.

.

Jaejoong merenggangkan otot-otot tubuhnya setelah beberapa saat yang lalu Yama-sensei keluar dari kelasnya setelah menjadi pengawas dalam tes uji coba untuk ujian kelulusan nanti.

Ia mengalihkan pandangannya keluar lapangan. Menumpukan sebelah pipinya, percakapannya dengan Junsu kemarin sejak tadi terus berputar-putar di dalam pikirannya. Kalau saja ia seorang gadis tentu saja ia tidak akan menolak untuk memakai pakaian yang Junsu rancang. Semuanya benar-benar indah dan mencerminkan dirinya.

Tunggu dia kan seorang namja!

Maksudnya sangat sesuai dan tidak berlebihan untuk seseorang yang memiliki wajah secantik dirinya—coret tampan.

"Apa ada yang bernama Kim Jaejoong di kelas ini?" suara bernada tinggi dan khas menggema di dalam kelasnya kental dengan logat Korea yang begitu ia kenali. Membuat tumpuan tangan yang menopang pipinya terlepas sehingga wajahnya terjatuh dan keningnya membentur meja.

Kelasnya mendadak ramai dan riuh oleh teriakan para gadis yang menyebutkan 'tampan', 'keren', hingga 'tinggi'.

Tunggu dulu, tinggi katanya?

Sosok itu berjalan dengan perlahan menyusuri deretan bangku sambil menebar pesonanya pada beberapa gadis yang menatapnya kagum. Tanpa Jaejoong sadari kalau sosok itu sudah mengincarnya dan sekarang menuju ke arahnya.

"Ah, ternyata malaikatku sedang duduk disini," Jaejoong mengangkat kepalanya saat suara bernada tinggi itu tepat berada di depannya. Sambil sesekali mengumpat sambil mengusap keningnya yang berdenyut. Mulut Jaejoong terbuka dan membentuk huruf O. Jung Changmin. Namja yang Jaejoong tebak memiliki umur lebih tua darinya itu tersenyum manis saat mendapati tebakannya tepat sasaran.

"Changmin?"

"Aku datang untuk menjemputmu hyung," Changmin mengulurkan tangannya ala pangeran yang hendak mengajak sang putri berdansa. Membuat seluruh penghuni kelas tak terkecuali Jaejoong terkejut.

"HEEEEEEE?"

.

.

"Kita mau pergi kemana? Aku ada pelajaran tambahan setelah ini," Jaejoong berusaha mati-matian menyamakan langkah Changmin yang terbilang cepat, apalagi dengan kakinya yang jenjang itu. Satu langkah Changmin jelas saja dua langkah Jaejoong yang kenyataannya lebih pendek dari Changmin. Atau salahkan Changmin yang memiliki tinggi yang kelewatan.

Tanpa melepaskan genggaman tangannya di tangan Jaejoong, Changmin menghentikan langkahnya sejenak tepat di parkiran, disebelah mobil sedan mewah berwarna hitam yang mengkilap karena baru selesai keluar dari bengkel poles.

"Kita akan jalan-jalan hyung~!" Changmin membuka pintu mobil lalu mendorong Jaejoong untuk masuk ke dalamnya. Setelah memasangkan seatbelt Jaejoong, ia menutup pintunya kemudian masuk ke sisi lain mobil milik Yunho yang ia pinjam tanpa ijin.

Peduli setan kalau kenyatannya ia sama sekali belum memiliki ijin untuk mengendarai kendaraan. Asalkan ia mengemudi dengan menaati peraturan dan tidak ketahuan oleh polisi, tidak apa-apa bukan?

Oke. Jangan tiru Jung Changmin kawan-kawan.

Setelah sampai di kawasan pertokoan, pertama-tama Changmin membawa Jaejoong memasuki sebuah salon yang lumayan terkenal dan terpercaya. Pemiliknya yang juga orang Korea kebetulan saat ini sedang berada di Jepang adalah kenalan Changmin.

"Key-hyung!" panggil Changmin saat memasuki salon tersebut. Jaejoong yang masih di genggam erat olehnya hanya menampakkan raut kebingungan. Sikap Changmin sungguh mirip preman yang hendak mencari keributan. Memasuki salon orang seenaknya lalu berteriak memanggil entah nama milik siapa itu.

"YA! Jung Changmin tidak usah berteriak seperti itu, aku tidak tuli tau! Ada apa? OMO! Siapa gadis cantik itu?" Key atau yang bernama asli Kim Kibum, yang diketahui sebagai kenalan yang memiliki salon tersebut menatap kagum sosok Jaejoong yang sedang memasang wajah polosnya. Bibir merah cherry yang basah dan menggoda serta kulit putih pucatnya yang bersinar. Ia menyimpulkan hal yang sama seperti Changmin bahwa Jaejoong adalah seorang malaikat. Malaikat yang tersesat di bumi.

"Aku serahkan dia padamu hyung, buat dia secantik mungkin~!" Changmin mendorong tubuh kurus Jaejoong ke arah Key dan langsung Key tangkap dengan tepat. Jaejoong sendiri saat ini tengah melotot ke arah Changmin, selain meminta kejelasan ia pun meminta pertanggungjawaban Changmin karena menyuruh Key untuk membuatnya menjadi cantik.

Dengan terus meronta-ronta akhirnya Jaejoong hanya bisa pasrah duduk di kursi empuk dengan cermin besar berbentuk segi empat didepannya. Apalagi saat Key dengan senyum manis dan dua mata kucingnya yang tajam mengancam Jaejoong menggunakan gunting berukuran besar yang ia acungkan tepat di belakang pundak Jaejoong. Tentu saja dapat ia lihat dengan jelas dari pantulan cermin besar di depannya. Jaejoong tidak bisa berkutik sekarang kalau ia ingin selamat keluar dari salon tersebut.

Key tersenyum senang saat Jaejoong yang benar-benar membuat kesabarannya hampir habis kini diam dan duduk dengan manis. Dengan bantuan dari asistennya, setelah beberapa saat mengamati Jaejoong dari segala sudut akhirnya ia memutuskan pilihannya.

Ia berbicara sebentar dengan asistennya yang Jaejoong ketahui bernama Taemin. Namja yang juga berkebangsaan Korea yang berwajah polos sama sepertinya.

Jaejoong hanya bisa menghela nafasnya saat Taemin kembali dengan beberapa peralatan yang ia dorong menggunakan rak kecil. Disana ada beberapa benda yang tidak Jaejoong ketahui. Yang ia tau disana ada almunium foil serta beberapa mangkuk kecil dari plastik berwarna hitam, beberapa sisir dan benda lainnya.

Key mengambil satu gunting miliknya dari sekian banyak jenis gunting yang ia ikat di pinggangnya. Menggerakkan gunting miliknya tersebut sedikit demi sedikit memotong rambut Jaejoong yang memang panjangnya sudah mencapai lehernya. Tidak salah kalau Yoochun memanggilnya nona saat pertama kali ia bertemu, walaupun jelas-jelas Jaejoong memakai celana.

Lagi-lagi Jaejoong hanya bisa pasrah. Karena merasa bosan, ia pun perlahan-lahan mulai mengantuk dan akhirnya pun tertidur dengan pulasnya. Jaejoong kelelahan karena semalam sepulang kerja ia langsung belajar untuk tes tadi pagi. Namun itu sama sekali tidak menganggu kinerja Key. Justru dengan Jaejoong tertidur ia bisa berkerja dengan tenang dan maksimal sehingga saat terbangun nanti Jaejoong akan terkejut.

Changmin yang duduk di sofa ruang tunggu sedang asik memakan beberapa potong pizza yang ia pesan lewat delivery service. Jangan lupakan beberapa burger dan kentang goreng serta minuman sodanya. Benar-benar food monster.

Setelah bekerja lebih kurang dua jam akhirnya pekerjaan Key selesai. Dan selama itu pula Jaejoong benar-benar tertidur pulas tanpa sedikitpun terusik. Saat ini Taemin sedang menyiapkan hairdryer yang akan digunakan sebagai finishing hasil kerjanya bersama sang boss yaitu Key.

Akhirnya karena suara bising serta hawa panas yang dikeluarkan hairdryer membuat Jaejoong terbangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan kedua matanya dengan imut sebelum benar-benar sadar.

KAMI-SAMA!

Jaejoong membulatkan kedua matanya. Berkali-kali ia mengucek bergantian doe eyes miliknya itu. Ia benar-benar berharap saat ini adalah mimpi dan ia harus terbangun secepatnya.

Ia melirik ke arah Key dan Taemin dari pantulan cermin. Mereka sedang tersenyum puas atas hasil kerjasama mereka.

Sedangkan Jaejoong yang sejak tadi masih berharap kalau semua kejadian itu adalah mimpi akhirnya lagi-lagi hanya bisa pasrah dan menerima semuanya.

Rambut hitamnya yang dulu agak panjang itu sekarang sudah terpotong dengan rapi, menurutnya mungkin potongan itu ala-ala pria Korea yang tergabung dalam sebuah grup idol atau boyband.

Jaejoong rasa itu tidak masalah, ia akui kalau ia menyukainya. Potongannya sangat pas dengan bentuk wajahnya dan membuatnya semakin imut dan cantik saja.

Tapi ada satu hal yang membuatnya masih shock hingga saat ini, Changmin pun tak kalah shock kala melihat hasil akhir make over Jaejoong.

Warna rambutnya yang semula hitam pekat dan berkilauan itu sekarang sudah berubah menjadi coklat tua, memang tidak terlalu terang dan mencolok. Namun dengan warna kulitnya yang putih pucat dan bersinar itu tetap saja membuatnya terlihat berbeda dari yang sebelumnya. Terlihat lebih bersinar dan kontras dengan warna kulitnya.

Apa boleh buat. Lagi-lagi Jaejoong hanya bisa pasrah.

Setidaknya warnanya itu bukan pirang dan membuatnya melanggar peraturan di sekolah.

Changmin tidak henti-hentinya tersenyum bangga dan takjub dengan hasil kerja Key beserta Taemin pada Jaejoong. Jaejoong benar-benar menakjubkan. Ia yang sejak awal memang sudah cantik kini semakin bertambah berkali-kali lipat.

.

.

.

"Hyung cepat!" Changmin terpaksa menarik tangan Jaejoong dengan kasar. Pasalnya Jaejoong sejak tadi menolak untuk masuk ke dalam apartemen Yunho. Mengingat kemarin Yunho mengusirnya, ia takut hal yang sama terulang lagi.

Mereka saat ini masih berdiri diambang pintu tepatnya Jaejoong sejak tadi terus memegangi daun pintu dengan erat dan hampir membuat Changmin frustasi. Sejak tadi ia tarik menarik dengan Jaejoong. Sebenarnya hanya Changmin yang berusaha menarik Jaejoong, sedangkan Jaejoong sekuat tenaga mungkin menahan tarikan Changmin. Bahkan Changmin tidak habis pikir Jaejoong mendapatkan tenaga sebesar itu dari mana, sedangkan badannya saja terbilang kurus.

"Apa yang kalian lakukan disana? Cepat masuk!" titah Yunho yang merasa terganggu dengan keributan yang mereka berdua ciptakan, membuyarkan konsentrasinya saja. Ia sedang serius dengan computer tabletnya sambil sesekali memijat keningnya yang terasa pusing ataupun membetulkan letak kacamata bacanya.

Mendengar suara bentakan Yunho akhirnya Jaejoong mengalah dan pasrah saat Changmin kembali menarik tangannya memasuki apartemen Yunho.

Mereka berdua melewati Yunho yang sedang duduk di atas sofa dengan acuh.

"Kalian sudah datang? Ayo Jaejoongie kita ke ruanganku!" ajak Junsu tanpa basa-basi saat melihat Jaejoong berjalan ke arahnya yang juga duduk di sofa yang sama dengan Yunho namun berbeda tempat. Langsung saja ia menarik Jaejoong dari genggaman Changmin. Membawanya menuju sebuah ruangan dari sekian banyak ruangan yang berada di apartemen mewah yang mereka tempati.

Jaejoong merasakan firasat tidak enak saat Junsu mengatakan 'ruangannya' Jaejoong sudah dapat menebak apa yang ada di dalam sana, mengingat profesi Junsu yang adalah seorang designer.

Mau berdoa pun sudah terlambat.

"Taraaa~!" Junsu membuka pintu kayu nan besar itu dengan semangat. Dengan bangganya memamerkan isi ruangannya yang di penuhi banyak barang yang tertata rapi.

Semua barang yang berada di dalam sana membuat Jaejoong terpana. Terutama gulungan kain-kain berbagai macam motif dan warna. Beberapa manekin yang terisi baju maupun tidak. Juga aksesoris mulai dari hiasan kepala sampai pita-pita lucu. Sebuah mesin jahit model paling canggih yang pernah Jaejoong lihat. Gulungan benang warna-warni. Dua buah rak berisi pakaian jadi dan siap pakai, sebuah cermin besar berbentuk persegi panjang.

Sebuah sofa dengan ukuran besar dan yang terakhir sebuah meja kerja dengan tumpukan kertas putih berisi rancangan Junsu.

Benar-benar sebuah ruangan yang mencerminkan profesi Junsu.

Jaejoong masuk dengan antusias satu persatu menghampiri segala yang ada di ruangan itu. Benar-benar sangat polos.

Junsu yang melihat tingkah Jaejoong hanya tersenyum kecil. Jaejoong sangat polos mirip seperti anak kecil.

"Ini semua?" Jaejoong menunjuk Junsu kagum. Hasil nyata dari sebuah gambar rancangan Junsu diatas kertas terlihat sepuluh kali lipat lebih indah aslinya. Benar-benar membuatnya terkesima. Junsu hanya merespon dengan senyuman dan anggukan kecil.

"Kau boleh mencobanya kalau kau mau," seakan tau apa yang akan Jaejoong ucapkan, Junsu duluan mempersilahkan Jaejoong untuk mencoba hasil rancangannya. Tentu saja Jaejoong yang memang sangat ingin mencoba pakaian-pakaian itu langsung melompat senang.

Ia mengambil beberapa potong pakaian lalu langsung melesat masuk ke balik tirai yang ia kira adalah ruang ganti tapi ternyata disana ada sebuah tempat tidur berukuran sedang berbalut sprei dengan motif bebek. Tanpa bertanya pun Jaejoong sudah tau tempat tidur itu milik siapa.

Ah.. ternyata ruangan ini merangkap kamarnya juga. Hebat sekali.

Jaejoong terus-terusan tersenyum senang mulai dari membuka kancing seragam yang ia kenakan. Dan kali ini ia sedang mencoba sebuah pakaian wanita—tidak bukannya Jaejoong sudah mengakui kalau dirinya itu cantik karna memilih pakaian wanita. Tapi entah kenapa ia sangat menyukai pakaian itu sejak pertama kali ia lihat.

Sebuah dress selutut dengan bahan sifon yang halus. Berwarna biru muda cerah. Sederhana memang, hanya ada motif tiga buah lipatan vertical dari bagian kerah sampai ke pinggang. Potongan tangannya yang dibuat tiga perempat. Jangan lupakan sebuah bros dari bahan santin warna-warni berbentuk bunga yang tersemat di tengah-tengahnya.

Sungguh manis.

OMO!

Dua orang namja yang berada diruangan itu ditambah dengan dua namja yang baru saja memasuki ruangan Junsu sontak terkejut saat Jaejoong keluar dari balik tirai menuju cermin besar yang tidak jauh dari sana.

Dengan polos dan tidak sadar akan kehadiran empat orang selain dirinya diruangan itu, dengan percaya dirinya ia memutar tubuhnya didepan cermin sambil sesekali memasang gaya imut andalannya. Mengagumi sendiri sosoknya yang memang sangat cantik, tidak salah selama ini orang-orang menatakan begitu.

Apalagi dengan gaya rambut barunya, warna coklat tua membuat tampilannya fresh.

Merasa ada yang kurang dari penampilannya, Jaejoong pun mengambil sebuah jepit rambut yang tergantung di gantungan aksesoris milik Junsu. Ia mengambil sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu berwarna biru tua. Lalu menjepitkannya pada sedikit poninya.

Pas sekali.

Ia kembali berpose imut. Mulai dari menggembungkan kedua pipinya. Menangkupkan kedua tangannya di pipi itu sambil mempoutkan bibirnya. Seakan ia lupa tentang gendernya sendiri.

Tidak sadarkah kau Kim Jaejoong?

Kalau ada tiga orang namja manly yang sedang memandangimu dengan terpesona?

Minus Junsu yang memandanginya gemas sampai-sampai diam-diam ia mengambil kamera digital mininya memotret setiap gaya Jaejoong.

Yoochun menelan ludahnya secara paksa. Ia akui Jaejoong memang cantik, berbeda dengan Junsu yang imut-imut. Jaejoong cantik alami tidak sederhana namun tidak juga berlebihan. Dia benar-benar menakjubkan!

Sempurna! Mahakarya Tuhan yang SEMPURNA!

Sedang Changmin menatap Jaejoong dengan tatapan kagum, ia tersenyum kecil melihat tingkah polos Jaejoong. Melihatnya membuat dada Changmin menghangat. Merasakan sebuah getaran yang telah lama hilang didalam hatinya.

Dan terakhir adalah Yunho. Namja bermata musang itu sama sekali tidak berkedip melihat Jaejoong. Bahkan ia merasakan nafasnya tertahan begitu saja saat Jaejoong baru keluar dari balik tirai.

Jantungnya berdegup kencang. Merasakan waktu disekitarnya mendadak berhenti dan hanya Jaejoongnya yang tetap bergerak dengan polosnya dengan gerakan lambat. Ia baru menyadari kalau Jaejoong benar-benar mempesona seperti malaikat. Tidak salah Changmin mengatakan itu saat pertama kali ia melihatnya. Ia bahkan tidak percaya sama sekali kalau kenyataannya Jaejoong itu adalah seorang namja kalau kecantikannya itu saja benar-benar melebihi seorang ratu kecantikan sejagat sekalipun!

Sayang sekali bukan ia baru menyadarinya? Kemarin saat pertama kali bertemu dengan Jaejoong, Yunho terlalu angkuh untuk sekedar memandang Jaejooong. Ia terlalu meremehkan Jaejoong yang ia ketahui masih duduk di tingkat akhir senior high school.

Ternyata mata adiknya itu lebih jeli dibandingkan mata musang yang selalu menatap tajam setiap objek yang ia pandang.

Apakah ini namanya cinta pada pandangan pertama?

Ah, tidak. Cinta pada pertemuan kedua lebih tepatnya.

"KYAAAA!" suara cempreng Junsu mengakhiri semua aktivitas yang terjadi diantara mereka. Jaejoong yang mendengar teriakan Junsu sontak menoleh ke arah Junsu berada. Ia melihat tiga sosok lain yang berada disana.

Yoochun, Changmin dan Yunho..

Tap

Tap

Tap

SRAAAK!

Jaejoong menutup tirai dengan kasar. Menyembunyikan dirinya, ia sungguh sangat malu. Tanpa ia sadari semua gerak-geriknya dilihat oleh mereka.

.

.

.

.

Bersambung..

.

.

Pojokan rumah Author ::

Holla~

Balik lagi bersama HinaRiku-chan aka Nyangiku alias Hinagiku Shiroyuki alias—yak lupakan.

Sebenernya saya bukan author baru, yah baru untuk di fandom ini sih sebenernya. Selama ini saya terkena WB parah dan ga pernah bisa nyelesain fic buatan saya ampe selesai, itu karna beberapa factor.

Untuk kali ini saya memberanikan diri untuk bikin ff di fandom yang saya jujur takuti ._. Akibat fanwar, flame, bashing dan sejenisnya yang err.. sering terjadi. Berbeda dengan fandom saya sebelumnya yang menurut saya adem ayem aja.

Jujur lagi kalau saya baru kenal dengan pairing Yunjae ini pas awal 2015 dengan tidak sengaja. Pas nyari fanfic yaoi di omgugel yang muncul kebanyakan mereka dan terpaksa saya baca juga dan..

Dan yang PALING saya sesali sekarang ini adalah.. KENAPA SAYA BARU TAU TENTANG DBSK, TVXQ, TOHOSHINKI atau apapun itu lah namanya setelah mereka PISAH.. hiks.. hiks..

Yah lupakan lah ratapan saya yang ga akan ada habisnya.

By the way.. fanfic ini terinspirasi dari Dorama/J-drama yang judulnya 'PARADISE KISS' yang pernah nonton pasti tau..

Kalau diperhatikan awalannya juga emang 'mirip' walaupun banyak yang diubah tapi fic ini sama sekali beda konsepnya dengan dorama itu.. selain dari dorama itu fanfic ini juga terinspirasi dari beberapa fic yang pernah saya baca dan kalian baca.

Ne, sekian dulu bacotan saya yang panjang lebar ini.

Akhir kata review ne! terserah dah walaupun isi reviewnya menghujat saya yang 'alay' ini saya terima dengan lapang selapang jidat Park Yoochun :""

Salam,

Nyangiku.

.

.

.