Naruto © Masashi Kishimoto

Saskayfr, 17044102

Warning: AU, OOC, Mainstream Drama, Accidentally Typo(s).

Proudly Present

Classical

Chapter 1

...

"Naruto! Ayo cepat bangun! Kalau kau terlambat nanti kau dihukum pembinamu, kan?!" Suatu suara di rumah keluarga yang sederhana saat fajar baru muncul di ujung timur pun menggema di dalam rumah tersebut.

"Hmmm, sebentar lagi buuu..." Jawab orang yang dipanggil 'Naruto' tanpa membuka matanya. Ia justru mempererat pelukannnya ke guling miliknya dan menarik selimut yang tadi disingkirkan oleh ibunya.

"Kau ini! Ibu kan sudah menyiapkanmu ramen untuk sarapan. Ibu maka-"

"Baik, aku sudah bangun. Jangan makan ramenku, ibu!" Naruto langsung bangun dan berlari menuju kamar mandi sambil men-death glare ibunya agar tidak memakan ramennya.

Ibunya pun hanya tersenyum sambil menggeleng – gelengkan kepala melihat anak semata wayangnya yang masih bertingkah seperti anak kecil, padahal umurnya sudah mau menginjak 16 tahun.

...

Tahun ajaran baru telah tiba. Naruto baru masuk ke suatu sekolah tingkat atas di kotanya. Dia bukan pindahan, tapi memang sebagai murid tingkat pertama. Dan sebagai murid tingkat pertama atau biasa disebut 'Junior', dia harus mengikuti suatu kegiatan berupa pengenalan sekolah di 3 hari pertamanya. Tak lupa, kegiatan ini pun diadakan sebagai penguatan mental dan pelatihan dasar dari sekolah tersebut.

"Naruto, sudah kau bawa semua barang yang disuruh oleh pembinamu?" Tanya Kushina, ibu Naruto. Ia terus menanyakan hal tersebut, karena dia tau kalau anaknya itu pelupa.

"Sudah, bu. Aku berangkat ya."

"Ayah antar saja. Ini kan hari pertamamu sekolah. Sekolahmu juga searah dengan tempat kerja ayah." Tawar ayahnya, Minato, untuk berangkat bersama.

"Oke, baiklah. Jadi aku bisa hemat uang, lumayan untuk membeli ramen di Ichiraku. Hehehe." Katanya senang sambil tertawa. "Kami berangkat ya, bu!" Teriaknya dari dalam mobil sambil melambaikan tangan ke arah ibunya yang menunggu mereka pergi di depan gerbang rumah sambil membalas lambaian tangan Naruto dan ayahnya.

"Naruto, apakah kau gugup?" Tiba – tiba ayahnya bertanya saat melihat Naruto hanya diam saja di dalam mobil sambil memegang tangannya seperti sedang berdoa.

Naruto sedikit kaget karena ternyata ayahnya memperhatikannya. Naruto pun melihat ke arah ayahnya, dan ia hanya mengangguk sambil tersenyum dengan manis, tetapi sedikit terpaksa. Tangannya berkeringat, matanya pun terlihat tegang. Dengan rambut dikepang ke samping dan berpenampilan 'culun'–karena memang diharuskan berpenampilan begitu selama 3 hari kedepan-, ia terlihat seperti anak yang ketakutan akan dimarahi oleh ibunya.

"Tenanglah, itu hanya 3 hari, kan? Lagipula, kalau kau dimarahi atau sesuatu yang lebih buruk, itu hanya akting, kok. Kau harus kuat. Mana anak ayah yang pemberani? Masa' dengan yang begini saja sudah ketakutan?" Kata ayahnya sambil tersenyum penuh semangat kepada Naruto. Naruto pun akhirnya terlihat sedikit lebih tenang dan tersenyum cerah seperti biasa.

"Baiklah, ayah. Terima kasih. Oh iya, turunkan aku di depan saja, karena pembinanya melarang anak baru diantar ke sekolah."

Ayahnya pun hanya mengangguk. Naruto pun turun, tak lupa melambaikan tangan ke ayahnya. Naruto berjalan menuju sekolahnya yang katanya terkenal di kotanya tersebut.

...

'Wah, besar sekali ternyata sekolah ini.' Batinnya terkagum – kagum saat sampai di depan gerbang sekolahnya. Ia tak menyadari bahwa salah satu seniornya sedang melihatnya dengan tatapan tajam nan menusuk, siap menerkam Naruto untuk menyeretnya masuk ke dalam sekolah.

"Hey, anak baru! Kau mau masuk atau aku hukum kau bernyanyi di lapangan?!" Senior itu meneriaki Naruto yang sedang sedikit bengong dan hal tersebut sukses membuatnya sedikit terlonjak. Ia pun langsung berlari masuk menuju lapangan, berbaris dengan anak baru yang lain.

-and the three days later-

"Aku pergi ya, ibu. Doakan semoga aku mendapat banyak teman hari ini ya!" Teriak Naruto di depan rumah sambil melambai sedikit ke ayah dan ibunya.

"Pasti kau dapat banyak teman. Hati – hati ya, Naru." Jawab ibunya sambil tersenyum tulus. Ayahnya melambai sambil membaca koran di depan rumah.

Selama perjalanan, Naruto hanya senyum – senyum membayangkan hari pertamanya belajar di sekolah. Karena tiga hari kemarin hanya masa pengenalan sekolah, jadi kelasnya belum dibagikan. Hari ini adalah penentuan kelas untuk anak tingkat pertama.

Saat ia sedang berjalan menuju gerbang sekolah, tiba - tiba ada suara di belakangnya.

"Hey, a-ano, bo-boleh aku bertanya?" Sapa seseorang kepada Naruto. Karena dia merasa dialah orang yang dipanggil, ia pun langsung menoleh ke sumber suara di belakangnya.

"Iya, ada apa?" Jawab Naruto dengan senyum andalannya. Dia mencoba seramah mungkn kepada semua orang agar dia mendapatkan banyak teman. Dia senang memiliki banyak teman.

"Emm, apa k-kau a-anak baru?" Tanyanya dengan suara pelan dan malu – malu. Rambutnya berwarna indigo dan terlihat begitu polos. Naruto langsung berpikir kalau anak ini pasti anak baik.

"Oh, iya. Kau juga?" Jawabku dengan semangat. 'Ya, dia pasti anak baru.' Batinnya senang.

"Ah, s-syukurlah. Iya, bolehkah a-aku mencari kelas bersamamu? Aku t-takut tersesat." Perempuan itu langsung menunjukan ekspresi tenang.

"Boleh! Wah aku senang sekali. Oh iya, namamu siapa?"

"Na-namaku Hyuuga Hinata. Namamu si-siapa?" Katanya sedikit tergagap. 'Mungkin dia gugup.' Batin Naruto.

"Namaku Namikaze Naruto. Semoga kita menjadi teman sekelas ya." Jawab Naruto dengan senyum tulus dan langsung melesat menuju gedung untuk anak tingkat pertama bersama teman barunya, Hinata.

Saat menuju ke papan pengumuman pembagian kelas, Naruto pun langsung mencari namanya berada di kelas mana. Ternyata, ia dan Hinata menjadi teman sekelas.

"Wah, kita sekelas ya, Hinata – chan! Senangnyaaaa." Kata Naruto saat melihat namanya dan Hinata berada di kelas 1-D. Kelasnya berada di sebelah ruang musik.

"Kelas ki-kita sebelah ruang mu-musik ya?" Hinata bertanya sambil sedikit tersenyum.

"Iya. Kenapa? Kau senang bermain alat musik ya? Alat musik apa?" Tanyaku sumringah. Menanyakan kesukaannya untuk awal pertemanan, wajar kan?

"A-aku senang bermain bi-biola. Aku masuk ke sekolah i-ini pun karena katanya e-ekstrakulikuler musik di sekolah ini sering mendapat pe-penghargaan." Jawabnya panjang sambil tersenyum makin lebar. Kelihatannya mulai sedikit terbuka dengan Naruto.

"Benarkah? Lain kali mainlah di depanku, ya? Aku ingin melihatnya! Sepertinya kau jago bermain biola ya? Hahaha." Kata Naruto dengan tertawa lepas dan kagum. Biola itu sulit, dan memang Naruto tidak bisa alat musik jadi dia memujinya.

"Ah, ti-tidak kok. Aku hanya bisa sedikit. Aku masih a-amatiran. Ayo, ki-kita ke kelas saja." Ajak Hinata kepada Naruto yang langsung ditanggapi dengan anggukan.

...

Seminggu telah berlalu. Naruto memiliki banyak teman, tentu saja. Dia duduk sebangku dengan Hinata. Lalu, beberapa orang mulai menghampirinya. Dia berkenalan dengan perempuan berambut pirang panjang bernama Yamanaka Ino, juga yang berambut merah muda dan terlihat pintar bernama Haruno Sakura. Mereka berdua duduk sebangku, dan katanya mereka juga teman dekat sejak kecil. Lalu Naruto juga berkenalan dengan lelaki bernama Inuzuka Kiba, Rock Lee, dan Nara Shikamaru. Kiba dan Lee terlihat aktif, kebalikannya dengan Shikamaru yang kerjaannya hanya tidur tetapi kata orang - orang, dia itu sangat pintar.

Hari ini, salah satu guru yang mengajar di kelasnya tidak masuk karena harus menemani kepala sekolah menangani sesuatu di luar sekolah. Jadi, jam pelajaran tersebut bebas. Banyak teman – teman Naruto yang pergi ke kantin, ada yang tidur, ada juga yang bergosip dan bermain game. Naruto yang sedang diam saja di bangkunya dengan Hinata tiba – tiba mendengar alunan lagu klasik dari piano di ruang musik yang berada di sebelah kelasnya. Dan seingatnya, hari ini tidak ada kelas yang memiliki jadwal seni musik.

"Hey, kau dengar alunan piano itu?" Kata salah satu teman Naruto ke teman sebangkunya. Naruto hanya mencoba menguping pembicaraan tersebut.

"Iya, keren sekali! Kalau tidak salah katanya yang bisa memainkan lagu klasik dengan piano sekeren itu hanya seorang di sekolah ini, kan?" Jawab orang yang diajak bicara itu dengan semangat.

"Dan katanya, dia anak orang kaya, ya? Senior kita, tingkat dua?"

"Benarkah? Sudah tampan, orang kaya pula."

Naruto yang mendengar perbincangan dua teman sekelasnya pun penasaran. Naruto berniat untuk mengintip dan ia pun langsung berdiri dan berjalan menuju ruang musik tersebut.

Saat Naruto menggeser sedikit pintu ruang musik tersebut, dia langsung bisa melihat seorang lelaki tampan sedang duduk di hadapan piano berwarna hitam mengkilat sambil memainkannya dengan tenang dan serius. Lelaki itu terlihat begitu menikmati saat – saat ia memencet tuts piano dan melantunkan melodi yang dia inginkan.

Tiba – tiba lelaki itu berhenti memainkan pianonya dan langsung sedikit menggebrak tuts piano tersebut dengan kasar dan sembarangan. Naruto terlonjak, dia pun langsung berhenti dengan kegiatan 'mengintip'nya. Lelaki itu berkata pelan, namun Naruto tak dapat mendengarnya.

Naruto pun membeku. Lelaki itu langsung keluar dari ruang musik, menghampiri Naruto yang sedikit ketakutan. Ia berkata,

"Aku tanya, siapa kau?"

-To be Continue-

Mind to review? Haruskah diteruskan atau jangan? Terima kasih :-)