UCHIHA-SAN
Disclaimer : There is always one truth! Masashi is the truth!
Story by: Miyuki'u', of course!-bombed-
Kyaaa... Dei-koi! ! Gomenna! – bombed again -
**
UCHIHA SASUKE
Entah kenapa nama itu terus bergaung di telingaku. Sudah beberapa kali aku mencoba melupakan nama itu. Ayolah, dia kan cuma seorang teman yang tak sengaja menabrakku. Argh! Sasuke sialan! kenapa namamu terus berterbangan di otakku? Semakin aku berusaha melupakannya, namanya tertanam makin dalam, kau tahu? Gah! aku pusing sendiri mengingatnya.
Sebenarnya apa yang salah pada diriku? Tidak biasanya juga inner-ku bertingkah macam-macam. Yeah, mungkin hanya perasaanku saja. Aku merasa di alam bawah sadarku seperti ada sesuatu yang berdegup luar biasa kencang disana. Dan puncaknya ketika hari ini secara tidak sengaja aku bertemu dengannya pada rapat OSIS. Ya ampun, rasa-rasanya diriku kehilangan kendali saat itu. Aku jadi tidak memahami diriku sendiri. Rasa percaya diriku mendadak hilang, dan yang ada hanyalah kegugupan.
Aku marah. Ya, aku marah.
Karena dia selalu mengganggu pikiranku. Menghancurkan konsentrasiku. Membuat wajahku selalu memanas tiap kali bertemu. Anehnya pula, saat dia melempar seringai tajam padaku justru kurasakan sebaliknya. Aku– aku merasa ada yang lain dengan tatapannya. Oh, kamisama, apa yang terjadi padaku?
Uchiha . . . Uchiha– Sasuke . . .
**
**
" SAKURAA!!" Pekik seseorang di ujung koridor menyapaku. Rambut pirangnya berkibar-kibar mengikuti arah angin ketika dia mulai mengejarku. Tak lupa sifatnya yang lincah selalu menyertainya.
" Tidak sopan, Ino-pig." protesku. Ino yang sudah mencapai tempatku berdiri cuma menjulurkan lidahnya. Nafasnya kedengaran terengah-engah. Salah satu tangannya disandarkan ke bahuku. Tak lama kemudian, dia mengacungkan kedua jemarinya.
"Peace!" Ucapnya dengan tersenyum mengejek.
Huh, aku cuma bisa mendengus menahan tawa. Ino adalah sahabatku sedari kecil. Kami sudah seperti saudara sendiri. Berbagi kesenangan dan rahasia-rahasia kecil sudah jadi hal biasa diantara kami. Tapi, dulu aku sempat kesal mendengar Ino memanggilku 'Forehead! Oi, Forehead, Blabla Forehead, Blablabla Forehead'
TENG! TENG!! TENG!!
Bel sekolah sudah berbunyi. Pertanda kelas akan segera dimulai. Ino segera menarikku berlari menuju kelas kami yang terletak di ujung koridor lain. Aku mengangguk. Jam-jam seperti ini tentunya akan banyak anak yang tergesa-gesa masuk kelas. Singkatnya, harus hati-hati kalau tidak mau tertabrak.
" Ino! hati-hati!" Sergahku ketika dia nyaris menabrak serombongan kakak kelas. Ino hanya nyengir melihat kekhawatiranku. Aku juga terus berlari. Berusaha mencapai kelas sebelum si tukang telat itu datang. Dengan kecepatan tinggi kami melesat, menghindari tabrakan anak yang berlari juga dan tak lupa menjaga keseimbangan. Tunggu! kenapa jadi begini sih deskripsinya? Back to topic, menjaga keseimbangan sampai akhirnya . . .
BRUKK
Benar, kan? Lebih baik terlambat daripada berlari-lari menghindari hukuman Hatake-sensei. Seperti kata senpai-ku, tidaak baik main lari-larian di koridor yang tengah ramai-ramainya. Buktinya sekarang aku–
–Eeh. . . yang tadi itu apa? ayam? eh, bukan! Tepatnya seorang cowok yang– astaga . . . tampan sekali. Rambutnya hitam sedikit mencuat di bagian belakang, yang tadinya kupikir ayam. Matanya hitam gelap memandangku tajam. Aku bergidik ngeri sendiri. Tapi, tidak mengurungkan niatku mengaguminya. Ah, cukup! ini terlalu dramatistik.
" Ah, gomenna" Ucapnya singkat. Aku menyeritkan dahi. Siapa sih dia?
" Gomennasai." Ucapnya lagi menyentakkanku dari lamunanku sendiri. Ino memandang kami berdua dengan tatapan ketidakpercayaan. Mulutnya terbuka sedikit menyadari siapa yang menabrakku. Dia segera menyentak tanganku. Lalu melempar senyum lebar pada penabrakku tadi.
" Ie. ie. " Sahutku gugup. Eh? apa-apaan ini? Harusnya kan, aku marah-marah. Oke tidak penting. Tangan pemuda tadi segera meraih tanganku. Menarikku berdiri, padahal aku tidak sepenuhnya jatuh. Oh, kamisama! rasanya jantungku berhenti berdetak saat itu juga. Aku menelan ludah.
" Ah, sayonara" bisiknya sembari meninggalkan aku dan Ino yang masih terbengong. Sontak aku teringat sesuatu. BODOH! kenapa tidak tanya namanya?!, pekik innerku kesetanan. Kurasa menyumpah-nyumpah juga. Agh, aku masih terpukau wajahnya yang makin menjauh. Tiba-tiba kurasakan panas menguar dari err– Ino?
Hei . . hei . .
Aku jadi sewot sendiri melihat Ino memandang punggung pemuda tadi dengan pandangan penuh damba. Tambahan, dengan wajah sedikit memerah. .terima.
"Ino?" Aku melayangkan-layangkan tanganku ke depan mukanya. Well, sepertinya tak berhasil. Dia masih tidak bergeming.
"INO!" Barulah ketika aku mengguncang-guncang bahunya, dia baru sadar.
"Eh? Sa– mana Sasuke tadi?" Tanyanya celingukan. Matanya memutar antara kanan kiri.
"Sasuke apanya siapa? Aku tidak mengerti. Kalau yang kau maksud cowok yang tadi, dia sudah pergi." Sambil menarik lengannya ke kelas, aku menjawabnya. Astaganaga! Hatake-sensei di depan pintu! Padahal biasanya dia yang terlambat. Sial! Hukuman telah menanti.
"Ano, Hatake-sensei–" Aku menunduk dalam-dalam, tidak berani memandang wajahnya. " – maaf, kami terlambat. Tadi ada sedikit masalah kecil sensei. Jadi . . ." Tuturku tersendat-sendat. Masih tak berani memandang wajahnya. Patient Sakura! Patient!
" Hm. Begitukah? Begini–" Ucapannya terputus melihat Ino tergeletak di sebelahku. Wajahnya memucat. Ino?!
"Hm. Sepertinya dia sakit." Katanya, lalu memandangku." Bisa kau bawa dia ke ruang kesehatan?" Tanyanya. Tapi sepertinya kata 'menyuruh' lebih tepat digunakan disini. Dia memandang heran aku yang belum mengiyakan perintahnya. Apa boleh buat?
Aku mengangguk, "Hai, sensei." jawabku sembari melingkarkan sebelah tangan Ino ke bahuku. Menyeretnya ke ruang kesehatan. Tapi, sebelum sempat berbalik arah Hatake-sensei menepuk lenganku.
" Segera kembali ke kelas setelah mengantar dia." ucapnya sambil mengendikkan kepala ke arah Ino. Sensei gila! Ah, hiperbolis!
Aku merasa ringan sekali waktu menyeret Ino. Ya, ampun! dia berjalan. Artinya tidak pingsan. Lidahnya menjulur panjang padaku seperti Orochimaru-senpai saat aku menoleh padanya. Nani?! Bisa-bisanya dia memanfaatkan kemampuannya berakting untuk menghindari hukuman. Kamisama, seseorang telah mengerjaiku.
" Ino!" Bentakku jengkel sambil menyentak lengannya kuat-kuat. Ino meringis kesakitan. Hah, apa-apaan orang satu ini. Kerjaannya cuma mengerjai teman-temannya.
Ino memutar matanya, " Kau HARUS kembali ke kelas nona Haruno!" Katanya setelah merebahkan diri di kasur ruang kesehatan. Huh, dia mulai mengeluarkan perintah-perintahnya lagi. Jujur, aku merasa sangat terganggu meski kadang perintahnya benar. Tapi ayolah, siapa yang mau jadi budak kepala pirang ini?
Ino mendengus pelan. Mengambil permen coklat dari saku roknya. Tangannya mulai mengibas; mengusirku.
" Baiiiik!" Jawabku keras-keras. Aku berbalik arah. Kembali ke kelas adalah tujuan utama. Tidak ada Ino juga tidak apa-apa.
Aku melangkah menjauh. Dekat-dekat dengan makhluk pirang bermata biru ini membuatkku untung sekaligus sial dalam waktu bersamaan. Dua ruang kelas sudah terlewati. Tinggal satu langkah kaki dan, TADAA! Hatake-sensei berdiri tegak disana. Sempurna.
" Hmm. Sakura-san" Dia menatapku dengan penuh selidik, " Cepat masuk! kau harus sebangku dengan seseorang yang baru masuk kelas ini" Perintahnya. Lambat-lambat aku memasuki kelas. Terasa asing. Ah, andai saja ini drama atau apa, aku ingin mengaktifkan slow motion mode. Ayolah, ini terlalu canggung. Apalagi ketika mereka menatapku dengan wajah cemberut berat. Hei, memangnya kenapa kalau aku sebangku dengan orang lain selain Ino? Ada masalah?
Aku masuk kelas dengan tenang meski tak setenang hatiku. Mengingat tatapan membunuh yang menguar jelas dari teman sekelas sendiri. Oh, ya! terutama anak perempuan. Aura kekesalan sekaligus kebencian tergambar jelas di raut muka mereka. Seperti tidak rela kalau seseorang duduk dengan seorang tampan seperti–
–SI ROOSTERHEAD!
" Ne, Sakura-san. Duduklah dan kita mulai pelajaran." Hatake-sensei langsung memulai pelajarannya, membiarkanku tercenung tidak-terima. Sensei no baka!baka!baka!, rutukku dalam hati. Ingin rasanya, melemparkan semua kekesalan pada Sensei ini.
Aku mendengus pelan. Ternyata rooster-head di sampingku ini cukup lumayan cool– atau mungkin malah cold. Dia memandangku iba. Apa-apaan?!
"Ah, ya! Sedikit lupa. Namanya adalah Sasuke. UCHIHA SASUKE." Kata Hatake-sensei mengejutkanku. Saking asyiknya mengajar, dia lupa kalau harus mengenalkan murid baru itu pada masyarakat dalam kelasnya. Mungkin, aku tidak akan terkejut kalau nama belakangnya selain itu.
Tapi, Uchiha?
Aku kembali terkaget. Serentak organ tubuhku kaku. Tubuhku mulai bergetar. Aku mulai tersadar kembali akan fakta penting. Dia– dia seorang Uchiha?
**
**
TBC
**
YOOSH!! Akhirnya, bisa bikin fic lagi setelah otak Mei dibekukan oleh soal ulangan Math yang cukup err– susah. Well, Mei'u' hampir kehabisan ide nih disini. Ah.. serasa pengen mengais ide– seperti halnya mengais software AVG dilaptop *readers: promosi kais-mengais nih?* Hehe...
Arigatona~
EEK! TUNGGU!! –narik-narik baju readers- Review dulu yaaa semua~
