Sang matahari sudah bangun dari tidurnya semalam dan mulai memancarkan cahaya dan kehangatannya untuk memulai aktivitas para makhluk di bumi.

Cahaya matahari menembus gordyn sebuah kamar yang dimiliki oleh seseorang yang sedang bergelung dalam selimut tebalnya.

Namja manis pemilik kamar ini masih terlelap dikala matahati sudah menebarkan cahayanya menerangi penjuru dunia.

Tok...tok...tok...

Terdengar suara ketukan pintu. Sebuah suara lembut terdengar dari luar sana.

"Baekhyun... baekby bangun. Ini sudah pagi.." ucap suara tersebut.

Hening. Tidak ada jawaban dari orang yang dipanggil.

"Kalau begitu eomma masuk, ya?"

Tanya orang itu yang ternyata ibu dari namja manis itu. Iapun memasuki kamar anak laki-lakinya.

"Baekhyun.. Byun Baekhyun bangun.. ini sudah pagi" ibunya menyibak selimut tebal yang di gunakan anaknya lalu mengusap kepala anaknya lembut.

Namja manis itu terbangun dari tidurnya karena perbuatan sang ibu.

Namja manis ini adalah Byun Baekhyun, anak dari direktur ByunH International Hospital (BHIH). Yang merupakan rumah sakit terbesar di korea yang memiliki cabang di Jepang dan juga China. Ayahnya adalah Byun Hankyung dan ibunya adalah Kim Heechul.

"Eommma, aku masih mengantuk.. biarkan aku tidur sebentar lagi, ya??" Ucap Baekhyun dengan mata tertutup.

"Kau harus bangun Baekhyun. Bukannya hari ini kau ada kelas pagi? Hari ini juga ada praktek, kan?" Jawab Heechul.

Baekhyun membelalakan matanya kaget,

"ASTAGA! Jam berapa sekarang, eomma?!" Baekhyun panik. Heechul melirik ke arah jam tangannya,

"Jam 07.25" jawab Heechul santai.

"APAA?!! Astaga, aku telat!! Eomma aku mandi dulu!" Baekhyun kalang kabut memasuki kamar mandi yang ada di kamarnya.

Heechul mengelengkan kepalanya melihat perilaku anaknya itu. Usianya sudah 22 tahun, tapi ia masih kekanakan.

Seketika Heechul murung, ia rasa keputusannya dan Hankyung salah. Tapi mau bagaimana lagi? Ini memang impian mereka dan sahabatnya sejak Baekhyun lahir. Dan mereka juga sudah berjanji.

"Eomma harap kau bisa, Baekhyun"

*

Baekhyun menyudahi acara mandinya dan segera menuju ruang makan untuk sarapan bersama orang tua dan adiknya.

Walaupun ia hampir telat masuk kelas kuliahnya, setidaknya ia harus sarapan untuk mengisi perutnya. Itu bisa menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan.

"Selamat pagi semuanya!" Sapa Baekhyun ceria seraya mendudukan dirinya di kursi.

"Pagi nak, ayo kita sarapan" sahut Hankyung, ayah Baekhyun.

Baekhyun melirik ke arah adiknya yang ternyata sedang menatapnya sinis, "ada apa dengan anak ini? Mau ribut pagi-pagi?" Pikir Baekhyun.

"Kenapa menatapku seperti itu, adik alien? Tidak usah sirik dengan ketampananku" ucap Baekhyun pede.

Taehyung adik Baekhyun menjawab dengan muka yang masih sinis,

"Percaya diri sekali. Aku heran denganmu hyung, kau ini manis bukan tampan. Berapa kali aku katakan padamu sih?"

"YA! KAU-" Baekhyun mengabil sendok siap untuk memukul kepala Taehyung namun segera ditepis Taehyung dengan sendoknya,

"Astaga, hyung! Kau mau membuatku dilarikan ke rumah sakit karena gegar otak? Kau ini sadis sekali, sih!"

"Rasakan itu" Baekhyun tertawa sadis.

"Lagipula hyung, untuk orang yang akan menikah sebentar lagi sikapmu ini kekanakan sekali tau! Apa kata calonmu nanti?" Ucap Taehyung kesal lalu menyuapkan serealnya ke dalam mulut.

Baekhyun langsung menghentikan tawanya karena ucapan Taehyung.

"Ya! Maksudmu apa aku akan menikah? Eomma... Taehyung bicara sembarangan nihh"

"Taehyung benar, Baekhyun"

Ucapan Hankyung membuat Baekhyun sontak menengok ke arah ayahnya,

"Maksud appa apa? Apanya yang benar? Taehyung itu ngawur sekali lho.." Baekhyun berekspresi aneh.

"Tapi kau memang akan segera menikah Baek" ujar Heechul.

Baekhyun kaget,

"A-apa? Menikah? Aku bahkan tidak punya pacar!! Dan aku juga masih kuliah! Kalian bercanda.. haha.." Baekhyun tertawa maksa lalu menyendok serealnya gugup.

"Sebenarnya kau kami jodohkan Baekhyun." Ucap Heechul.

"Dengan Park Chanyeol" ucap Hankyung menambahkan.

"A-APA?!"

*Baekhyun POV

"Tapi kau memang akan segera menikah Baek" ucap ibuku.

Apa? Menikah? Apa mereka salah makan? Tentu saja aku kaget, SANGAT KAGET malahan.

"A-apa? Menikah? Aku bahkan tidak punya pacar!! Dan aku juga masih kuliah! Kalian bercanda.. haha.." aku tertawa maksa.

Mana mungkin aku menikah? Pacar saja tidak ada.. dan aku juga tidak memikirkan menikah sama sekali.

Hey! Umurku masih 22 tahun! Aku masih mau menghabiskan masa mudaku. Menikah? Aku tidak mau...

Dan ucapan Eomma dan Appa lagi-lagi membuatku hampir saja menyemburkan serealku,

"Sebenarnya kau kami jodohkan Baekhyun." Kata eomma ku.

Apa lagi ini? Di jodohkan? Memangnya ini jaman kapan?

"Dengan Park Chanyeol"

Brusshhh...

Jus strawberry ku sukses tersembur dan mengenai si alien

"HYUNG!! KAU JOROK!!" Pekik Taehyung sambil mengelap wajahnya dengan tissue.

Ini gila! Aku di jodohkan? Dengan Park Chanyeol?!

Kenapa eomma dan appa melalukan ini?

Chanyeol teman-tidak sahabatku dulu..

Ya.. dulu sebelum semuanya terjadi.

"Kenapa Chanyeol?! Apa kalian lupa dengan kejadian itu? Apa kalian mau membuatku terpuruk seperti dulu? Kenapa kalian jahat padaku? Eomma dan Appa juga tau,kan?"

Aku marah, aku kecewa. Jujur, SANGAT KECEWA!

Kenapa mereka seakan-akan mau membawa masa-masa buruk itu kembali lagi?! Aku tidak habis pikir dengan mereka!

"Bukan begitu, sayang. Kami punya alasan.. kau akan mengerti" ucap eomma berusaha memberikan penjelasan.

"Alasan apa? Apa ini... tentang rumah sakit? Aku akan menamatkan kuliahku dan mengurus perusahaan! Aku sengaja mengambil jurusan kedokteran untuk hal itu, appa!! Aku.. hiks"

Aku menangis. Bagaimana tidak?

Aku berusaha melupakan sebuah nama yang membuatku sempat terpuruk.. dan jika perjodohan ini karena rumah sakit, aku..

"Bukan karena rumah sakit! Percayalah! Ini untuk kebaikanmu! Kami-"

"Cukup"

Itu bukan suaraku, itu adalah suara..

"Aku juga kecewa dengan kalian. Bagaimana bisa kalian mengorbankan hyung demi ego kalian?"

Itu suara Taehyung.

"Jujur, saat kalian mengatakan padaku kalau hyung mau di jodohkan, aku sangat senang. Kupikir Hyung juga akan bahagia dengan orang itu. Dan aku juga tidak menanyakan siapa orang itu karena aku yakin pilihan kalian pasti adalah orang yang baik, tapi..."

Taehyung menggantungkan ucapannya. Kami semua terdiam, tak ada yang berbicara.

"... ternyata aku salah. Kalian justru malahan membawa orang itu pada hyung. Bukankah kalian dulu sangat menginginkan hyung untuk bangkit dari keterpurukannya?"

Mata elang Taehyung mengilatkan rasa kecewa dan marah.

Ternyata adikku sangat peduli padaku..

Eomma menjawab dengan nada putus asa,"Tentu saja, Tae. Kami melakukan ini karena-,"

"Jika begitu, kenapa kalian membawa keterpurukan hyung kembali?!" Taehyung mengeraskan volume suaranya.

Eomma dan appa terdiam.

Aku melangkah menuju kursi Taehyung di hadapanku, aku menyentuh pundaknya halus.

"Tae, sudahlah... ayo kita berangkat ke kampus.." ajakku pada Taehyung.

Taehyung segera menyambar tasnya yang ia letakkan di ruang tamu, lalu melangkah ke luar rumah tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Aku menatap kedua orang tuaku kecewa... aku ingin pergi tanpa pamit saja.

Namun saat aku menatap eomma, aku melihatnya menunduk sedih, dan appa seakan berusaha menyampaikan sesuatu padaku melalui tatapannya padaku.

"Eomma, Appa aku dan Taehyung pergi ke kampus dulu." Pamitku.

"Baekhyun, kalau sudah pulang kau ke rumah sakit untuk menemui Appa, ya. Kita harus bicara" ujar Appa akhirnya.

"Hmm"

Aku melangkah keluar, Taehyung sudah menungguku di mobil.

Kamipun berangkat dengan perasaan yang berkecamuk.

*Baekhyun POV End

*

Seorang namja berpakaian rapih dengan jas dan tataan rambut yang menampilkan keningnya berjalan menuju sebuah rumah atau lebih tepatnya mansion megah dan mewah dengan raut yang menampilkan bahwa emosinya sedang meletup-letup.

Kaki panjangnya memasuki mansion dengan terburu-buru. Terlihat dengan jelas kalau suasana hatinya sedang buruk sekarang.

Ia melewati beberapa maid yang menyambutnya dengan tidak peduli.

BRAKK!

Namja itu membuka sebuah pintu dengan kasar.

"Apa maksud dari perjodohan itu?! Apa-apaan ini?!!" Tanya namja itu berteriak.

Nafasnya menderu kencang, akibat dari keterburu-buruannya tadi.

Sedangkan kedua orang yang ia tanyai memandangnya dengan ekspresi tenang seakan-akan namja tadi berbicara dengan lembut.

"Ada apa kau datang pagi-pagi? Bukankah harusnya kau di kantor? Kalau karyawanmu macam-macam bagaimana?" Tanya seorang namja berusia sekitar 50 awalan.

"Itu tidak penting Appa! Aku mau penjelasan tentang perjodohan itu!" Ujar namja tadi kesal.

"Hmm, kau sudah tau? Baguslah.

Lalu, bagaimana menurutmu Chanyeol?" Tanya seorang wanita berusia sekitar 40 akhiran.

"Bagaimana apanya?!"

Namja tadi adalah Park Chanyeol, anak dari direktur perusahaan bernama ParkDC Corp. Yang merupakan perusahaan raksasa yang mempunyai cabang di berbagai negara di Asia. Ayahnya adalah Park Donghae dan ibunya adalah Lee Sungmin.

"Ya... maksud eomma perjodohan ini. Bagaimana pendapatmu?" Tanya Sungmin sambil menaik turunkan alisnya.

"Gila"

"Maksudmu gila itu apa? Kau mengatai kami gila? Anak durhaka!" Sungmin mencak-mencak(?)

"Maksudku, perjodohan ini hal gila eomma. Bukan kaliannya. Aku tidak mau! Aku menolaknya dengan keras!" Chanyeol menolak hal ini mentah-mentah.

"Kalau kau tidak mau jabatanmu sebagai CEO akan Appa cabut" ujar Donghae santai lalu menyeruput kopinya.

Chanyeol membelalakkan matanya kaget. Melepas jabatannya? Hell, ia baru saja diangkat 2 bulan lalu!

Masa mau dicabut begitu saja?

"APA?! Dicabut?! Appa bercanda ya? Aku baru diangkat 2 bulan lalu!"

"Kalau tidak mau, terima saja perjodohan ini." Donghae meneguk kopinya santai-lagi-.

"Tidak."

Sungmin berdecak kesal, heran dengan sikap anaknya ini.

"Kenapa sih kau menolaknya? Memang apa alasanmu?"

"Karena aku punya kekasih, eomma."

Sungmin memincingkan matanya menatap Chanyeol lekat.

"Apa dia yeoja? Siapa dia?"

Chanyeol mengangguk,

"Ya, eomma. Ia seorang yeoja. Namanya adalah Kang Seul Gi. Putri menteri kehutanan."

"Putuskan dia. Eomma tidak mau menantuku seorang yeoja. Kau lupa kalau aku namja, Chanyeol?"

"A-apa?! Tidak bisa, eomma! Aku mencintainya. Kami saling mencintai dan memiliki!" Tolak Chanyeol sambil mengacak rambutnya.

"Putuskan yeoja itu dan terimalah perjodohan ini atau jabatanmu akan dicabut Park Chanyeol" kali ini Donghae angkat bicara.

"Terima perjodohanmu dengan namja pilihan kami." Ujar Donghae tajam.

"Terimalah Byun Baekhyun"

Chanyeol menggeram frustasi,

"TERSERAH!"

Chanyeol melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu dengan emosi yang membuncah.

*

Baekhyun menatap kosong buku tebal dihadapannya.

Kelas sudah selesai semenjak 20 menit yang lalu. Mahasiswa dan mahasiswi pun sudah meninggalkan ruangan itu.

Namun tidak sama halnya dengan Baekhyun. Ia lebih memilih tetap du ruangan itu sampai pikirannya mulai tenang.

Selama mata kuliah berlangsung tadi, ia tidak memperhatikan dosennya sama sekali.

Pikirannya hanya fokus pada masalah tadi pagi mengenai perjodohannya dengan Park Chanyeol.

Untung saja Baekhyun sudah menguasai materi ini sebelum dosen membahasnya, tentu saja ia di ajari oleh ayahnya. Dokter nomor 1 di korea.

Ngomong-ngomong tentang ayahnya, Baekhyun menjadi teringat dengan janjinya dengan ayahnya untuk menemuinya di rumah sakit sepulangnya dari kuliah.

"Kau akan kami jodohkan dengan Paek Chanyeol"

Baekhyun tersenyum lemah mengingat kata-kata itu. Perjodohannya dengan seseorang yang pernah menjadi titik keterpurukannya selama ia hidup.

Sebenarnya apa yang membuat orangtuanya menjodohkannya dengan Chanyeol?

"Kenapa harus Chanyeol?"

Baekhyun menghela nafasnya pasrah. Ia melihat jam di tangannya,

"Pukul 11.30 a.m, masih ada waktu" ujarnya sendirian.

Iapun bangkit dari kursinya kemudian melangkah keluar kelas menuju Cafe yang ada di kampus tersebut.

Saat di koridor ia bertemu dengan adiknya yang sedang bersama temannya.

"Hyung, kau mau kemana?" Tanya Taehyung.

Baekhyun menjawab, "Ke Café. Kau mau ikut?" Tawar Baekhyun.

Taehyung menggeleng, "Aku mau mengerjakan tugas bersama temanku, hyung. Hyung sendiri saja, ya?"

Baekhyun melirik ke teman Taehyung. Ia manis.

Lalu Baekhyun mengarahkan matanya ke tangan Taehyung yang menggenggam tangan temannya.

Baekhyun tersenyum paham.

"Kalau mau kencan bilang saja, tidak usah ngeles(?) mau kerja kelompok.

Annyeong, Siapa namamu?" Ejek Baekhyun lalu menyapa teman Taehyung.

"Jeon Jungkook, hyung. Jurusan kedokteran semester 2." Jawabnya tersenyum sopan.

"Ooh, satu kelas dengan Tae." Baekhyun mengangguk mengerti.

"Hyung mau ke Cafe dulu. Kau jaga Jungkook yang manis ini. Hyung lapar. Annyeong~" pamit Baekhyun.

"Ok, makan yang banyak hyung!" Ujar Taehyung. Baekhyun mengangguk mengiyakan lalu meninggalkan mereka berdua.

"Hyungmu baik sekali" ujar Jungkook.

Taehyung mengangguk

"Ya, ia sangat baik. Sayang nasibnya tak sebaik dirinya." Ucap Taehyung sedih.

Jungkook menatap Taehyung yang sedih. Ia menepuk bahunya,

"Tae, kau tak apa-apa?" Tanya Jungkook. Taehyung menggeleng.

"Kajja. Kita kencan"

*

"Sajangnim, ini berkas yang anda minta"

Seorang wanita yang sepertinya seorang sekertaris terlihat menyerahkan sebuah dokumen kepada seseorang yang diyakini sebagai seorang CEO di perusahaan ini. Namun sekertaris itu tidak dihiraukan olehnya.

"Sajangnim?" Tegur sekertaris itu.

CEO itu menoleh cepat.

"A-ah, kau taruh saja di sini." Ujarnya sambil menunjuk mejanya.

CEO yang ternyata Chanyeol itu terdiam kembali.

Lalu ia melirik jam tangannya.

"Sekertaris Han, apa aku memiliki jadwal siang ini?" Tanya Chanyeol.

"Tidak ada, Sajangnim. Selain itu ini sudah memasuki jam makan siang. Apa Sajangnim mau pergi?" Jelas sekertarisnya.

"Ya, aku mau pergi. Kau boleh keluar" ujar Chanyeol.

Chanyeol tersenyum,

"Saatnya menjemput Seulgi"

*

"Baek, kau tidak mau memakan makananmu? Buat apa di pesan kalau begitu?" Tanya namja bermata rusa heran.

"Aku makan kok, Lu!" Baekhyun menyuap pancake strawberrynya cepat.

"Kau ada masalah, ya?" Tanya seorang namja bermata belo.

"Tidak ada, Kyung. Aku tidak ada masalah kok!" Ujar Baekhyun.

Kedua sahabatnya, Kyungsoo dan Luhan memincingkan matanya menatap Baekhyun.

"Benarkah?" Ucap mereka berdua penuh selidik.

Baekhyun menatap kedua sahabatnya ragu. Ia memang tidak bisa berbohong pada sahabatnya.

"Baiklah. Aku sedang ada masalah. Jadi begini..."

Baekhyun menceritakan tentang perjodohannya dengan Chanyeol.

"APAA?!!" Luhan dan Kyungsoo berteriak setelah mendengarkan masalah baekhyun.

Baekhyun tahu kalu inilah reaksi mereka nanti. Makanya ia sudah menutup telinga sebelumnya.

"Dengan Chanyeol?!" Tanya Luhan khawatir.

"Ke-kenapa ini bisa terjadi?!" Tanya Kyungsoo tak kalah khawatir.

"Aku juga tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Aku takut Lu, Kyung.." ujar Baekhyun menunduk.

"Baek..." panggil Luhan.

"He- hey.. itu Chanyeol!!" Pekik Kyungsoo sambil menunjuk ke arah pintu masuk Cafe.

Luhan dan Baekhyun menoleh cepat dan benar saja, terlihat sosok tinggi berjalan masuk. Namun..

"Siapa yeoja di sampingnya?" Tanya Luhan.

Baekhyun menatap kedua orang disana dengan bingung.

"Bukannya itu Kang Seulgi?!" Ucap Kyungsoo kaget.

Baekhyun menatap Chanyeol diam.

Kedua orang itu berjalan ke arah meja di sampingnya.

Yeoja itu bergelayut manja di lengan Chanyeol dan Chanyeol memeluk pinggang yeoja itu santai.

Baekhyun menatap keduanya dengan perasaan aneh.

Sakit.

Itu yang ia rasakan di dada kirinya sekarang.

*TBC*

Chap 1 update. Gimana ya responnya??