Hai, Anne kembali lagi dengan sequel terakhir dari anak-anak Potter. Mulai dari Bakat Tersembunyi Lily sampai I'm Sorry kemarin aku mau ngucapin banyak terima kasih fic-fic aku sudah direspon baik oleh pembaca sekalian. Nah, akhir sequel kali ini datang lagi dengan kisah dari anak ke dua Potter. Albus Severus Potter. Ada apa dengan dia? Penasaran?
Yuk ikuti kisahnya Al. Happy reading! - Anne ^_^
"Catat dulu yang ada di papan. Ini akan membantu kalian saat praktek minggu depan. Jangan sampai salah tulis. Karena di buku pegangan kalian tidak begitu lengkap. Aku sudah mempelajarinya tuntas sejak aku masih di tingkatan yang sama dengan kalian,"
Prof. Longbottom menjelaskan beberapa tahapan projek praktek lapangan untuk murid-murid tingkat 2. Beberapa tulisan yang tertera di papan menjelaskan tentang bagian tumbuhan sihir, bahaya, manfaat sampai tahapan tugas apa yang akan dilakukan oleh murid-murid itu minggu depan.
Semua anak sudah sibuk dengan pena bulunya, kecuali Al.
Posisinya yang berada di baris kelima dari bangku depan membuatnya memicingkan matanya kecil untuk memperjelas pandangannya ke depan. Lumayan membantu, batinnya.
"Jika sudah selesai mencatat, segera berkemas. Tidak apa, kalian bisa langsung meninggalkan ruangan. Saya masih ada keperluan di sini." Perintah Neville pada murid-murid kecilnya. Beberapa anak sudah tampak membereskan buku-buku mereka dan meninggalkan ruangan.
Satu persatu anak-anak dari empat asrama yang berbeda keluar meninggalkan Neville dan.., "Mr. Potter? Kau belum selesai mencatat? Lama sekali? Lebih lama saat aku masih seumuran denganmu dulu." Tanya Neville kebingungan. Al menatapnya takut.
Neville tersenyum melihat anak baptisnya itu. 'Aku seperti melihat Harry,' batinnya sambil tersenyum. Al memiliki warisan fisik Harry. Dari mata hijau, hidung mancung, bibir tipis, rambut acak-acakan sampai postur tubuhnya. Kecuali luka sambar petir dan kacamata bulat yang setia di wajah sahabatnya itu. Neville mengingat betul itu semua.
Baru Al sadari, hanya tinggal dia sendiri di bangku. Sebelumnya memang Scorpius sempat mengajaknya kembali ke kamar, tapi ia mempersilakan temannya itu untuk kembali duluan. "Nanti aku nyusul," pintanya.
Al berdiri dari tempatnya, bukan untuk keluar tapi maju ke bangku paling depan.
"Maaf, Unc.. ah Profesor. Saya tak jelas melihatnya," Al melanjutkan tugas mencatatnya.
Neville heran mendengar jawaban dari Al. Tak jelas? Ia melihat tulisannya di papan. Neville mengakui kalau tulisannya tak begitu bagus, tapi masih jelas dan bisa dibaca. Toh banyak murid lain yang mampu mencatat semuanya dengan baik. Tanpa ada protes tulisan tak jelas atau tak terbaca.
Lalu Al, ia tahu Al cukup pandai di kelasnya. Tapi apa yang terjadi dengan hari ini? Ia lambat menulis catatannya. "Saya permisi dulu, Profesor. Saya sudah selesai. Selamat siang." Pamit Al sembari keluar meninggalkan Neville sendirian.
Dari balik punggung copyan sahabatnya itu, Neville mengamati Al heran dengan tingkah lakunya hari ini. Dan sebelum Al menutup pintu, Neville melihat Al sedang.. mengucek mata hijau itu dengan tangan kanannya.
"Ada apa dengan anak itu?"
- tbc -
Singkat? Iya, singkat dulu.. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Al? Wah udah ada yang mulai paham tuhh. Lebih jelasnya lagi tunggu chapter selanjutnya, ya. Yuk tinggalkan review!
Thanks,
Anne ^_^
