Unknown

KHR punya Amano Akira

Unknown punya Teito a.k.a Minami

Prequel dan squel dari Tanjoubi Omedeto Mukuro san dan Arigato Tsunayoshi kun

Warning… Shonen-ai, Semi AU, OOC, ablay, lebay, humor garing, bila tidak suka tinggal klik back yang telah disediakan oleh sang pembuat aplikasi sehingga kalian tidak perlu membaca sesuatu yang kalian tidak sukai.


Masih teringat dengan segar kejadian saat itu… bunyi teriakan, hujan deras dan genangan berwarna merah dari seonggok tubuh, ya… tubuh seseorang yang telah meninggalkan dunia ini, Irie Shoichi.

"Mukuro san! Kenapa… kenapa harus Mukuro san! Padahal… aku mempercayaimu tapi mengapa?" teriak Tsunayoshi tak percaya apa yang dilihatnya sekarang ini. Tubuh seseorang yang telah dianggapnya sebagai sahabat sampai saat ini, telah terbujur kaku didepan mata kami.

Aku hanya bisa membelalakkan mataku tak percaya apa yang aku lakukan, didepanku terbujur seonggok tubuh berlumuran darah yang sangat aku kenal. Kurasakan air hujan telah membasahi tubuhku sehingga apa yang ada diluar saat ini pasti telah basah oleh air.

Kulihat Tsuna yang berada didepanku sekarang menangis, menangis sejadi-jadinya. Teman yang sangat berarti baginya sekarang telah terkulai lemah tak bernyawa. "Bukan… bukan aku yang telah membunuhnya, mengertilah. Tsunayoshi-kun!" teriakku histeris.

Tsunayoshi menutup telinganya, berharap tidak mendengar apa yang telah kukatakan saat ini. "Tidak… aku tak mau dengar, aku membencimu Mukuro-san!" teriak Tsunayoshi-kun ku sambil berlari meninggalkanku.

Kakiku terasa lemas, aku menyesali perbuatanku, aku hanya bisa jatuh terduduk menyesali hari ini. 'Tidak… ini bukan perbuatanku, ya… hanya satu orang yang dapat memanipulasi kejadian ini… ya, hanya dia' batinku aku segera berlari meninggalkan tempat tersebut.

Hari demi hari terus berjalan tanpa sempat bertemu dengan Tsunayoshi, orang yang sangat kucintai. Apa boleh buat, aku harus mengusut kasus ini secepatnya agar aku bisa menemui Tsunayoshi-kun tanpa beban apa-apa.

Aku terus menanyakan keberadaan seseorang yang menghilang beberapa hari ini, Byakuran Rokudo. Adikku sekaigus orang yang telah mencuri ciuman dariku beberapa kali. Apa dia tidak sadar bahwa akulah seme-nya dan tentu saja Tsunayoshi uke-nya? sedangkan dia bukan apa-apa bagi hubungan kami.

"O-ho… jadi kau mencari orang yang bernama Byakuran?" tanya orang bernama Kikyo itu. 'Humm… orang yang aneh, tapi… apa salahnya bertanya padanya?' pikirku. "Ya… apa kau tau dimana dia?" tanyaku padanya.

Orang bernama Kikyo itu memegang dagunya, sepertinya dia sedang berpikir dengan keras. "O-ho… sepertinya Byakuran itu sedang berada di Italia," ujar Kikyo sepertinya setelah selesai berpikir. Italia? Memangnya ngapain si anak sial itu ke Italia? Mau bikin malu keluarga Rokudo lagi? Walau kau adikku tapi kau hanya adik tiri… buat apa dia ke Italia seenaknya saja.

Cih, kenapa tou-san harus menikah dengan ibu si Byakuran itu? Tsunako Millefiore… memang namanya sangat bagus, malah hampir mirip nama Tsuna kalo -ko nya hilang. Chrome yang sakit-sakitan harus diam dirumah, aku agak khawatir dengan kesehatannya. Apa dia dan Tou-san akan baik-baik saja? Yah, mengingat ada Tsunako san… sepertinya mereka tidak akan apa-apa.

Baiklah sudah kuputuskan aku akan pergi ke Italia… dia pasti ada di kediaman Millefiore saat ini. "Aku pasti akan menangkapmu, Byakuran!" ujarku sambil mengepalkan tanganku.


xxxxx

"Aku pasti akan menangkapmu, Byakuran!" ujar Mukuro sambil mengepalkan tangannya.

Pemuda berkepala nanas ini telah sampai di Italia dalam sekejap, sebenarnya sudah dua hari dia berada d Italia tapi dia tidak kunjung juga menemukan kediaman Millfiore karena dia sama sekali tidak mengetahui alamatnya.

Dala asumsinya Byakuran lah yang membunuh Irie, tapi… manamungkin adiknya mau membunuh orang yang sangat dicintainya? Aneh!

"Byakuran-sama, ini berkas yang anda minta" ujar seorang pemuda berambut hitam pendek sambil menyerahkan sebuah berkas pada pemuda yang sedang duduk sambil meninkmati marshmallow kesukaannya, Byakuran.

"Terima kasih, Reo-kun," ujar Byakuran mengambil berkas tersebut dan memulai membacanya diselingi dengan acara memakan marshmallow kesukannya itu sambil tersenyum. Pemuda yang dipanggil Reo tersenyum, "sama-sama Byakuran-sama, saya permisi dulu," ujar Reo pamit dan keluar dari ruangan Byakuran.

Sebelum keluar Reo menyunggingkan sebuah seringai yang tidak dapat diartikan. Byakuran sama sekali tidak melihat seringai ang disunggingkan oleh Reo tersebut.

"Huh, Byakuran-sama? Yang benar saja…" ujar Reo yang telah sampai di ruangannya. "Menyebalkan… mengucapkan kata-kata seperti itu rasanya bulu kudukku berdiri, haa… Tsunayoshi-kun sedang apa dia sekrang, apa sekarang dia bersama dengan seseorang yang sangat dicintainya? Kangen…" ujar Reo atau bisa kita sebut sebagai Mukuro.

Mukuro sang ahli illusi, menyamar menjadi Reo, sekertaris Byakuran. Sudah lima bulan dia menyamar menjadi "Reo". Entah apakah Byakuran yang jenius itu bisa tertipu atau sebenarnya dia sudah tau bahwa Reo adalah kakaknya, Mukuro? Yah itu hanya Byakuran lah yang mengetahui.

"Tsunayoshi ku tersayang… abang sangat kangen padamu Tsuna ku…" ujar Mukuro dengan tatapan sedih terpampang diwajahnya. Wajahnya yang sedang duduk di dekat jendela memantul dari kaca yang diterangi oleh sinar bulan purnama saat itu. Bulan yang tampak begitu indah.

"Tsuna… apa kau tahu? Bahwa aku mencintaimu? Pasti kau tak tahu… tentu saja, karena aku tidak bilang padamu saat ini… karena engkau tidak berada disisiku," ujar Mukuro menatap bulan purnama dilangit malam, dalam asumsi Mukuro langitlah yang menyatukan pulau satu dengan pulau lainnya, ya… seperti Tsunayoshi yang menyatukan kami semua para Guardian.

'Apakah sekarang Tsuna bersama si arashi, kaminari dan ame? Apa Tsuna sehat-sehat saja? Semoga saja… aku tidak tenang bila dia kenapa-napa' batin Mukuro mengkhawatirkan Tsunayoshi.


wwww

Yang benar saja! Mengapa Tsuna bisa kemari? Apa yang di rencanakan si anak sialan itu? Pokoknya aku harus sampai disana sekarang juga, semoga tidak terjadi apa-apa.

Aku terus berjalan dengan santai tapi pikiranku terus saja berlari, mengkhawatirkan kekasih yang telah lama tidak bertemu. Memang sudah setengah tahun berlalu… entah apakah Tsunayoshi masih menganggapku sebagai kekasihnya atau tidak. Yang penting hanya satu, keselamatan Tsunayoshi.

Setelah sampai diruangan dimana ada Byakuran dan Tsunayoshi didalamnya, aku mengetuk dengan perlahan. Setelah ada suara dari dalam untuk mempersilahkanku masuk kedalam, akhirnya kubuka saja pintu tersebut.

Terlihat wajah-wajah yang kukenal setelah sekian lama tak bertemu, para Guardian tentu saja si Hibari juga ikut, tumben =='. Tak lupa ame, arashi, kaminari dan taiyou pun datang. Dan yang paling ingin kutemui adalah sora-kun, ya Tsunayoshiku tersayang.

Aku sangat kangen padanya, kangen setengah mati. Tapi akhirnya terobati juga rasa kangen ini… walau hanya menatapnya saja. "Byakuran-sama… ini berkas anda, dan…" ucapku pura-pura tidak kenal dengan Tsunayoshi.

"Terima kasih Reo-kun" jawabnya kulihat Byakuran tersenyum, sangat memuakkan. Aku pun membalasnya dengan tersenyum juga, Byakuran meletakkan berkas tersebut dan sepertinya bersiap untuk menjawab pertanyaanku.

"Ah, iya hampir lupa… Tsunayoshi-kun… ini Reo-kun, sekertarisku" ujarnya sok akrab, kurang ajar memang sejak kapan kalian saling kenal, huh? Mau tak mau aku hanya bisa mengumpat dalam hatiku saja, perkataan dan sikapku sama sekali bertolak belakang, tentu saja. Sekarang aku sedang menyamar.

"Salam kenal," ujarku seraya menunduk. Tsunayoshi berdiri dari duduknya dan ikut menunduk, sopan seperti biasa.

Setelah acara berkenalan aku berdiri disamping Mukuro, kurasakan hawa menusuk mengarah kepadaku. Seperti biasa, Hibari sangat peka, dia tahu bahwa ini aku. Aku menoleh kepadanya dan menyunggingkan sebuah seringa dan itu berhasil membuatnya menatapku dengan sangat tajam lebih dari tadi.

Pertemuan berlangsung kurang lebih 2 jam, setelah kuamati sepertinya Tsunayoshi telah melupakanku. Dia sama sekali tidak menanyakan keadaanku pada adikku sendiri. Dan satu lagi yang kupahami, sepertinya tsunayoshi-kun telah mendapatkan tambatan hati, ya… Guardian of Cloud… dialah yang telah mendapatkan hati sang langit.

Keakraban mereka… walau sedikit canggung karena sepertinya rasa ketakutan Tsunayoshi pada Hibari belum hilang, aku sangat iri… ingin rasanya aku menjadi Hibari dan dapat memeluk Tsunayoshi. Lupakan! Saat ini aku harus fokus pada Byakuran. Jangan pikirkan yang lain, aku harus menemukan bukti-bukti bahwa Byakuran lah yang membunuh Irie, walau hanya secuil saja.

Aku terus menatap punggung mungil Tsunayoshi hingga menghilang, setelah punggung mungil itu menghilang dari pandanganku, aku berjanji pada diriku sendiri. Aku harus menyelesaikan kasus ini lalu setelah itu aku bisa bertemu dengan Tsunayoshi dan menjelaskan semuanya padanya.


xxxx

"Hmm… Reo-kun, apa kau tertarik pada Tsuna-kun?" tanya Byakuran tiba-tiba tanpa menatap Reo. Sepertinya dia tau seperti apa tatapan Reo saat ini. "Apa kau tau? Ada seorang pria bodoh yang tergila-gila juga padanya, setelah sahabat Tsuna terbunuh didepan matanya dan melihat snag pembunuh tersebut. Pria itu langsung terpuruk, pria it uterus menerus meyendiri, tdak ingin makan tatapannya kosong. Sepertinya dia terus memutar kejadian yang telah membuatnya trauma… aku yang melihatnya menjadi kasihan, tapi apa boleh buat… hal tersebut telah terjadi," ujar Byakuran menceritakan ceritanya dengan sesingkatnya pada Reo.

Apakah dia sekarang menjadi bodoh? Tidak mengetahui bahwa pemuda disampingnya itulah pria yang ia ceritakan tersebut. "Humm… aku jadi ingin melihat pria bodoh itu…" ujar Reo berjalan meninggalkan Byakuran sendiri.

"Ya… tidak hanya pria bodoh itu saja… tapi aku juga terpuruk dengan perbuatan orang itu," ujar Byakuran seperti bisikan, tidak… lebih pelan dari bisikan, seperti tidak memperbolehkan siapa saja tau apa yang telah ia ucapkan.

Reo terus berjalan meninggalkan Byakuran yang sekarang sedang menunduk, sepertinya saat ini lantai lebih menarik dari apapun juga saat ini.

"Irie-kun…" bisiknya pelan.


=x=x=x=x=x=x=x=

"Ohayou, Reo-kun…" sapa byakuran tersenyum seperti biasa dengan memakan marshmallow kesukaannya seperti biasa pula. Seperti tidak terjadi apa-apa kemarin malam.

"Ohayou, Byakuran-sama… jadwal hari ini…" balas Reo dan memulai pekerjaannya, memberitahu rancangan jadwal untuk hari ini, dari pagi hingga malam.

"Dan hanya ini saja untuk hari ini…" ujar Reo mengakhiri ucapannya, "terima kasih Reo-kun, kau bisa pergi sekarang" ujar Byakuran tersenyum sambil memakan marshmallownya dengan semangat.

Reo menunduk dengan hormat lalu pergi meninggalkan Byakuran sendiri yang duduk di sofa yang menghadap jendela yang menampilkan pemandangan yang sangat kota di pagi hari.

"Entah dimana… mungkin saat ini, Irei sedang tersenyum ditemani Zakuro, Kikyo, Bluebell, Genkishi dan …. Irie… aku ingin bertemu denganmu, walau kau membenciku sekalipun" ujar Byakuran sambil menatap kota dari tempat duduknya. Kota pada pagi hari memang sangat ramai hingga menimbulkan kemacetan dimana-mana.

"Hhhh…" hela Reo sangat amat berat, betapa lelahnya ia. Sudah satu tahun tidak bertemu dengan Tsunayoshi, betapa tersiksanya hatinya. Entah apakah dia masih mengingat dirinya atau tidak, Mukuro saja sudah lupa-lupa ingat dengan wajah dan suara Tsuna, bagaimana dengan Tsuna sendiri? Apakah dia sekarang sedang bahagia dengan Hibari di Jepang sana?

'Sudah kuduga… memang bukan Byakuran yang membunuh Irie, sepertinya sudah cukup sampai disini saja aku menjadi sekertaris anak sialan itu,' batin Reo memijit-mijit pundaknya yang terasa pegal.

Reo berjalan meninggalkan ruangannya setelah menulis surat pengunduran dirinya. Dia terus berjalan dengan berbagai pikiran menjadi satu dikepalanya, sehingga menimbulkan sakit kepala yang sangat.

Reo mengetuk pintu ruangan Byakuran, setelah mendengar suara balasan dari arah dalam Reo memasuki ruangan tersebut dan setelah masuk ia melihat Byakuran sedang duduk di sofa sambil terus menatap kearah luara dari jendela besar miliknya.

"Ada apa, Reo-kun?" tanya Byakuran pada Reo yang telah memasuki ruangan miliknya.

Reo terus berjalan sehingga dapat melihat Byakuran sekarang, "saya ingin mengundurkan diri… saya di hubungi oleh orang tua saya untuk pulang dan melanjutkan restoran milik mereka," ujar Reo sambil menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Byakuran.

Byakuran hanya menerimanya dan mengangguk, "baiklah…" ujarnya dengan tenang.

Reo menunduk hormat, "terima kasih selama ini anda sangat baik pada saya hingga memberikan sebuah kamar untuk saya, permisi" ujar Reo berdiri tegap lagi dan berjalan keluar.

"Sama-sama, Reo-kun," ujar Byakuran sebelum Reo menutup pintu ruangan Byakuran, sebelum benar-benar tertutup, Reo menundukkan kepalanya tidak perduli apa Byakuran melihatnya atau tidak.

Sekiranya sudah jauh dari tempat Byakuran, Reo merubah wujudnya menjadi Mukuro wajah aslinya. "Kufufu~ sudah lama tidak melihat wajah ini…" ujarnya seraya memandangi dan menyentuh wajahnya dengan seksama.

"?" kaget Mukuro pada sesuatu yang terdapat pada wajahnya. "OMG! Betapa tampannya aku! XD" ujar Mukuro kegirangat sedangkan sang author hanya bisa sweatdrop melihat tingkahnya yang sangat, umm… aneh dan tiba-tiba?

"Humm… ada apa ini…" ujarnya memeriksa sesuatu dalam long coatnya, untung saja Mukuro membawa long coat miliknya karena di sini sedang musim dingin, tak terasa sudah satu tahun dirinya meninggalkan Jepang. Bagaimana dengan jepang saat ini? Bagaimana dengan orang tuanya? Chrome? Apakah Tsunako masih bersama Makuro ayahnya?

Memang kangen tapi ini semua demi meluruskan kesalahpahaman maka dia harus mengesampingkan perasaannya. Tapi memang tidak bisa dihilangkan rasa kangen dirinya terhadap Kokuyou, Joshima… Chikusa… M.M… Lanchia… sedang apa mereka sekarang? Apa mereka masih berada di Kokuyou? Atau sudah pindah entah kemana? Atau apakah Kokuyou masih ada?

Banyak sekali pertanyaan yang mengganjal di hatinya… padahal dirinya hanya meninggalkan Jepang selama satu tahun.

Setelah sekiranya dia mendapatkan sesuatu dari kantung miliknya dia mengeluarkannya, betapa terkejutnya dirinya. Syal berwarna ungu bergambar teratai pemberian seseorang yang sangat berarti bagi dirinya. Siapa yang tak mengenalnya, tentu saja. Tsunayoshi Sawada.

"Tsunayoshi…" ujarnya dengan nada pilu, antara kangen dan sedih. "Aku kangen padamu," ujarnya memeluk dan mencium syal tersebut. Bila diibaratkan sesuatu mungkin seperti bunga teratai yang menambang di danau yang kosong. Bila disana tak ada Tsunayoshi, maka tidak ada artinya untuk hidup.

Bila dia melakukan itu, itu artinya sudah tidak ada pilihan lain. Tetapi saat ini… pilihan lain itu sedang mendatanginya, bukan keinginan untuk mati, tetapi keinginan untuk bertemu secara hidup, sehat tak kurang suatu apapun.

"Tsunayoshi… aku kangen, I miss you so much, my dear Tsunayoshi," ujar Mukuro terus menciumi syal tersebut.

Begin of Flash Back…

"Dingin…" ujar Mukuro meniupi tangannya agar tidak hangat. Tsuna terus menatap Mukuro yang sepertinya sedang kedinginan itu. Memang udara hari ini sangat dingin, malah mungkin bisa dibawah 0 derajat.

"Mukuro-san… apa kau kedinginan?" tanya Tsuna dengan polosnya sambil memiringkan kepalanya. Mukuro membelalakkan matanya, dia kaget dengan pertanyaan Tsuna yang seharusnya dirinya tau bila seseorang sedang meniupi tangannya sendiri tentu sedang mencari kehangatan. Tetapi Mukuro hanya diam dan mengangukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Tsuna.

Mukuro menyeringai, "memang kalau aku kedinginan, Tsunayoshi-chan mau ngasih apaan?" tanya Mukuro pada Tsuna. Tsuna menunduk malu mendengar pertanyaan Mukuro, "baka! Memangnya kamu mau apaan?" bentak Tsuna malu.

Mukuro tertawa, "tidak… tidak apa-apa, ahahaha… hanya saja kau sangat lucu," ujar Mukuro mencubit pipi Tsuna sehinga sang empu pipi mengaduh kesakitan, "itte… sakit Mukuro-san!" ujar Tsuna mengusap pipinya.

"Uuuhh… Mukuro-san baka, ah… iya hampir lupa, ini…" ujar Tsuna setelah mengingat apa yang telah ia persiapkan untuk kado natal tahun ini. "Ini mungkin terlalu cepat tapi… merry xmas" ujar Tsuna tersenyum sambil mengalungkan sebuah syal berwarna ungu bergambar teratai berwarna merah semerah darah.

Mukuro sangat senang dengan hadiah pemberian Tsuna, tapi dia sama sekali tidak membawa apapun untuk dijadikan hadiah. "Umm… ah itu dia," ujar Mukuro menatap sebuah kios didepan sana. "Ini…" ujarnya memberikan sesuatu, sebuah strip hp bergambar singa oranye dan seekor burung hantu bermata bi-color yang mirip dengan mata milik Mukuro.

"Wah… keren…" ujar Tsuna setelah melihat strip pemberian Mukuro. "Bagaimana bisa ini mirip sama Nat-su dan Mukuro-chan," ujar Tsuna kelihatan senang sekali. Mukuro yang melihat Tsuna senang ikut tersenyum, "karena aku sudah lama memesannya tapi katanya baru jadi besok tapi aku menyuruh mereka untuk mempercepatnya. Jadi… ini hadiah pengganti syalnya, maaf kalo kelihatan murahan," ujar Mukuro sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Tsuna menggelengkan kepalanya, "tidak… ini adalah barang berharga pemberian Mukuro-san," ujar Tsuna tampak sangat tidak… tidak hanya sangat tapi amat sangat senang sekali. "Baiklah kau akan kuberi nama Kurosu," ujar Tsuna sangat senang.

"Tunggu sebentar… Kurosu? Kaya Hibari-san aja ngomong kami korosu kalo lagi terganggu," ujar Tsuna sweatdrop. Mukuro memincingkan matanya, "Hibari humm…" ujar Mukuro merasa sedikit iri pada Hibari yang ternyata terus diperhatikan oleh Tsuna.

"Bagaimana kalo Namu?" ujar Mukuro memikirkan nama lain biar tidak mengingatkan pada Hibari. "Hmm… boleh juga… baiklah, sekarang namamu Namu…" ujar Tsuna tersenyum sambil mencium strip tersebut.

Mukuro ikut tersenyum menatap tingkah laku Tsuna, "oya oya… lebih baik kita cepat-cepat pulang dingin nih…" ujar Mukuro sambil merangkul lengannya agar lebih hangat. Tsuna tersenyum melihat tingkah Mukuro, sepertinya dia tidak tahan akan dinginnya suhu musim dingin ini.

End of Flash Back…


Bersambung…

gomen malah saia bikin bersambung ==' males juga kalo ngga d gini'in…