Disclaimer : Naru-can ituuuu milik wii-DUUUAAAAKKKKK #ditendang. Okeh2, milik Masashi kishimoto-sensei tp bentar lagi bakalan jd milik si Sasutemee... hohohoho

Pairing : SasuNaru

Gender : family, friendsip(mungkin), romance(mungkin), hurt/comport

Warning : AU, OC, OOC, Tyipo(s), alur yang kecepetan, menulisan bahasa yang amburadul, masih Sho–ai jadi aman di konsumsi(?) buat yang lurus(?), autor baruuuuu banget dan peringatan peringatan lainnya(?)

Reter : T (kayaknya)

I WILL DO EVERYTHINK FOR YOU

By. Himawari Wia (Dewi ruang dan waktu?)

"TOLONG MAAFKAN NII-SANKU SENSEI!"

Uchiha Naruto membungkukkan punggunya sedalam yang iya bisa. Memohon maaf kepada salah satu wakil kepala sekolah di KHS (Konoha Hight School) agar memberikan keringanan hukuman kepada sang kakak-Uciha Sasuke- yang baru saja berbuat kurang sopan-jika tidak mau di katakan bebal- pada guru olahraganya, Killer Bee-sensai.

-888-

Saat istirahat siang tadi, Naruto memang mendengar jika Sasuke-kakaknya- membuat masalah dengan salah satu guru mereka. Pemuna berambut pirang itu tidak habis pikir, 'kenapa dari sekian guru yang bisa di pilih untuk membuatmasalah-walaupunn akan lebih baik tidak membuat masalah dengan guru manapun- Sasuke harus memilih bermasalah dengan Killer Bee-sensei?!' Naruto hanya menggelenggkan kepala dan mendesah pasrah ketika mendengar berita itu.

Yang ia kawatirkan bukanlah kemarahan ataupun hukuman dari senseinya itu, sensei yang selalu berbicara dengan bahasa yang khas-jika tidak bisa di katakan aneh- itu terlalu baik 'atau mungkin cuek' -batin Naruto- untuk memberikan hukuman kepada muridnya. Ia tau itu karena Killer Bee-sensei sering sekali memberinya makanan yang iya bawa ketika mereka sedang bercakap – cakap.

Tapi sang kakak dari sensei reppernya itulah yang Naruto takutkan, salah satu dari 2 wakil kepala sekolah yang ada di KHS –Raikage-Sensei- itu tidak segan - segan dalam meberi hukuman, apa lagi jika sudah menyangkut adiknya. Dan, rasa takut pemuda beriris sebiru langit tersebut terhujud ketika ia -yg saat itu dengah berjalan dengan tergesa - gesa menuju ruang kepala sekolah- bertemu Iruka-sensei, yang kemudian memberitaunya babwa sang kakak akan di keluarkan dari sekolah karena membuat lengan kanan adik sang wakil kepala sekolah tergarang se-KHS itu patah. Sekalilagi, PATAH! Keputusan itu di ambil langsung oleh Raikage-Sensei sendiri.

-888-

Naruto masih membungku dalam – dalam, memohon keringanan untuk sang kakak-pantatayam-tercintanya. Bohong jika naruto bilah ia tidak ketakutan melihat ekspresi marah sang wakasek yang di tujukan padanya, tapi menyelamatkan nasib pendidikan sang kakak adalah hal yang paling penting baginya saat ini. Iya tau, Tou-sannya akan sangat kecewa pada Sasuke jika hal tersebut sampai terjadi, dan pemuda pirang itu benar-benar tidak ingin melihat terjadi pertengkaran antara Sasuke dan Tousan mereka lagi di rumah. (jika ada mood akan wia ceritakan pertengkarannya. tehee)

"Uchiha Sasuke akan di skorsing selama seminggu lalu akan membersihkan halaman belakang sekolah selama 2 minggu setelahnya" Tsunade –sang kepala sekolah- angkat bicara.

Membuat si Blone yang tadi membungkuk langsung mendongak menatap sang kepala sekolah yanag baru saja memasuki ruangan kepala sekolah –tempat mereka bicara saat itu- lengkap dengan cengiran lima jarinya. Urat pelipis Raikage mengkerut, memunculkan perempatan di sana. Pertanda bahwa iya marah dan tidak setuju dengan keputusan sang kepal sekolah awet muda itu.

"Apa mak-"

"Kau boleh keluar dari ruangan ini gaki, dan surat mengenai kelakuan kakakmu sudah ku kirim ke wali kalian" Tsunade berbicara memotong ucapan sang wakasek sangar itu.

Senyum cerah masih menghiasi wajah manis berisi tiga pasang garisan halus itu. Naruto membungkuk dalam dalam –sekali lagi- namun kali itu di tujukan untuk sang kepala sekolah KHS.

"ARIBATOU BAA-eh TSUNADE-SAMAA!" ucap si Blone dengan riang, ia kembali membungkuk sebentar ke arah sang wakasek yang masih setia memasang tampang sangarnya lalu berlalu meninggalkan ruangan itu.

"hah, bocah itu.." Tsunade mendengus menatap pintu yang baru saja di tutup oleh Naruto, ia tersenyum kecil menyadari bocah yang sudah ia anggap sebagai cucunya sendiri itu tiba-tiba berubah menjadi soban begitu mendapatkan apa yang ia mau.

"kau terlalu memanjakannya." Tsunade menoleh ke arah Raikage.

"kita memang harus memanjakannya kan?" Sang kepala sekolah berjalan menuju mejanya tanpa menunggu balasan dari pertanyaannya, melewati Raikage yang hanya menunduk menatap sepatunya.

-888-

Uchiha Sasuke menaikkan satu alisnya dan memandang tak suka.

Ia baru saja berniat untuk menaiki motornya dan pergi menuju markas hebbi secepat mungkin karena hari sudah cukup sore. Tapi yang di temukannya di parkiran sekolah tidak hanya sang motor tercinta, tetepi juga sang adik –lengkap dengan tangan yang di lipat di depan dada dan wajah yang di tekuk sedemikian rupa- menatapnya jengkel.

"apa?" tanyanya ketus tanpa rasa berselah, karena ia memang tidak merasa melakukan kesalahan apapun.

"KAU HAMPIR DI KELUARKAN DARI SEKOLAH HARI INI DAN SEKARANG KAU BERTANYA 'APA'?!" Naruto berteriak marah menumpahkan kekesalanya. Setengah karena marah atas kelakuan sang kakak dan setengahnya lagi karena menunggu Sasuke begitu lama di parkiran.

"Hn"

"AKU MEMOHON DI KEPADA WAKASEK KARENA MENGKAWATIRKAN MASADEPANMU! DAN HANYA ITU TANGGAPANMU?! TEMEEEE!" Naruto mencak – mencak tidak suka. Tapi kemudian berhenti untuk mengambil nafas, hari semaki sore dan ia semakin sulit untuk bernafas. Dalam hati Sasuke menghela nafas, kalau sudah begini ia harus mengurungkan niatnya untuk pergi ke markas hebbi.

"Hn. Kita pulang dobe" Sasuke melangkah mendekati sang adik kemudian memasangkan sebuah helm di kepala naruto yang masih mencoba menstabilkan nafasnya pasca acara teriak - teriaknya, kemudian menaiki sang motor dan menghidupkan mesinnya.

Naruto yang mendengar suara motor menghentikan acara tarik-buang nafasnya dan berbalik secepatmungkin dan setengah berlari menyusul sang kakak agar tidak ditinggal pulang duluan. Tapi beberapa langkah sebelum pemuda Blone itu menuju motor Sasuke, sebuah jaket mendarat muluh di kepala pirangnya. Ia menatap jaket yang di lempar Sasuke, kemudian sebuah cengiran manis bertengger di wajahnya.

"Hehehee" Naruto masih cengegesan ketika menghampiri Sasuke yang sudah dari tadi menunggunya, kemudian naik keatas motor memegang ke dua sisi seragam Sasuke dan merapatkan diri ke punggung bidang sang kakak mencari kehangatan di senja yang semakin mendingin itu.

"Arigatou teme-niichan!" Naruto berkata sambil menempelkan kepalanya di pundak lebar sang kakak beberapa saat sebelum Sasuke menarik gas motornya menuju rumah mereka.

-888-

"TADAIMAAA~~~!" Teriak Naruto sepenuh hati ketika membuka pintu depan rumah dua lantai itu. Di ikuti sang kakak yang hanya menggumamkan "Hn" andalanya.

Rumah itu adalah rumah berlantai dua tipe rumah mewah minimalis, semenjak orang tua mereka, 5 tahun yang lalu memutuskan untuk membiarkan cabang jepang di pimpin sang kakak tertua-Uchiha Itachi- sebagai hadiah ulang tahun ke 21 untuknya. Fugaku dan Mikoto pergi ke Paris dan mengambil alih perusahaan di sana.

Sasuke yang habis ke sabaran karena di ganggu sang adik bungsu yang setiap tengah malam menyuusup ke kamarnya-dengan alasan takut hantu- semenjak kedua orang tua mereka pindah, memutuskan untuk mengancap Aniki mereka agar menempatkan mereka di rumah yang lebih kecil dengan ancaman dia tidak akan pulang ke Mansion Uchiha-tempat mereka tinggal saat itu- sebelum keinginannya di penuhi, dan dengan senang hati di penuhi oleh sang kakak.

Sebenarnya Itachi sudah merencanakan untuk pindah rumah, kareana pernah suatu hari mendapati naruto yang meringkuk di sofa ruang tamu mereka ketika ia baru saja pulang dari lemburnya -saat itu Sasuke tidak di rumah-, dan mebetapa kagetnya dia ketika mendapati si sulung berlari ke arahnya dan memeluknya dengan punggung yang bergetar halus dan ketika di tanya apa penyebabnya, Sang Blone menjawab ia takut hantu. Ironis...

-888-

Sasuke duduk di sofa ruang tamu mereka dengan sebuah buku di tangannya. Ia bisa mendengar senandung merdu-merusakdunia- dari Naruto yang sedang memasak di dapur. Setelah membaca seperempat buku yang di pegangnya, Sasuke berdiri dan berjalan menuju dapur ketika tidak lagi mendengar senandung dari si blone untuk memastikan sang adik bungsu tidak menghancurkan dapur mereka.-dan kemudian mendapati makanan sudah terjasaji di meja makan-

Makan malam itu disi dengan celotehan Naruto mengenai sekolahnya hari ini, seperti Kakashi-sensei yang terlambat karena tersesat di jalan yang bernama mencintai Iruka-sensei ataupun Sikamaru yang membua buku catatan Chouji –yang saat itu di pinjamnya- basah terkena iller, serta para siswi sekelasnya yang mengngerubungi Gaara-senpai Naruto dan teman sekelas Sasuke- dan menanyakan ayeliner apa yang di gunakan oleh pemuda panda itu sehingga bisa tahan lama seperti itu.(yang tentu saja di balas pelototan oleh sang sabaku). Yang kemudian di tanggapi dengan gumaman tidak jelas dari Sasuke.

-888-

Jam menunjukan pukul 8 ketika pemuda refen itu menyelesaikan tugas cuci piringnya –bagian memasak di ambil Naruto hari ini- dan kembali duduk di sofa ruang tamu melanjutkan bacaanya. Sedangkan Naruto sendiri langsung melesat menuju kamarnya di lantai dua –lantai satu berisi ruang tamu dapaur dan kamarmandi, lantai dua berisi kamar Itachi, Sasuke dan Naruto lengkap dengan kamarmandi di masing-masing kamar- dan Sasuke tidak mau ampil pusing untuk mengetahui apa yang di lakukan sang adik bungsu.

Suara langkah kaki yang terburu-buru dari lantai dua menghentikan aktifitas membaca Sasuke ketika buku yang di bacanya sudah habis setengah, dan ketika bayangan rambut blone sang adik lengkap dengan kaor orenge dan buku tulis serta sebuah buku paket tebal bertuliskan MATEMATIKA, pemuda mermata onixs itu hanya dapat menghelas nafas dan menutup buku bacaanya. Lalu merosotkan diri dari sofa dan duduk di karpet –mengikuti yang di lakukan oleh sang adik sebelumnya-.

"yang mana yang tidak kau mengerti?"

"semuanya Nii-chan"

Dan sang anak kedua dari pasangan Uchiha hanya bisa menghela nafas pasrah ketika mendengar jawaban –sangat- jujur dari sang adik-dobeusoratankochi- tercintanya.

-888-

Naruto hanya mengangguk–mencobauntuk-paham apa yang telah di jelaskan kakanya mengenai aritmatika dan memberhatikan tangan berkulit putih porselen milik sang kakak yang dengan rapi menuliskan jawaban di buku Prnya. Sebenarnya ia bisa saja menyontek PR ini besok ke Shikamaru, sehingga tidak berlu mendengar ejekan dobe ataupu usoratankochi dari sang kakak ketika sedang mengajarinya.

Tapi naruto mempunyai tujuan lain, perlahan-lahan tangan tannya terulur dan menarik ujung kaos biru dongker yang di kenakan Sasuke, ia tau kelemahan kakaknya adalah ketika sedan membantunya membuat PR ataupun ketika ujuk bajunya di tarik seperti saat ini, Sasuke tidak pernah membentaknya –tidak peduli berapa kalipun Naruto mangataka ia tidak mengerti- ketika mengajarinya sebuah mata pelajaran. Naruto tau itu. Dan pemuda refen itu juga akan lebih memikirkan perminttaanya ketika ia menarik ujung baju sang kakak. Naruto hafal itu.

Sasuke menghentikan penjelasanya mengenai aritmatika dan antek-anteknya-yangsebenarnya tidak perlu- ketika merasakan ujung bajunnya di tarik, ia menoleh kesamping dan mendapati sang adik yang menunduk. Ia hafal betul pose ini, Naruto akan meminta sesuatu kepadanya, dan Sasuke hanya bisa berharap itu bukanlah pergi ke ichiraku malam-malam begini.

"Nii-san..." Naruto mulai membuka pembicaraan, tanpa melepas cengkramannya dari ujung baju sang kakak.

"Hn?" Sasuke menaikan alisnya-walau tidak kentara-, hanya ada 3 hal yang membuat adik pirangnya memenggilnya 'Nii-san'. Pertama ketika Naroto sedang merasa menjadi pengganggu dan merepotkan-saat dia sakit atau saat acara perkumpulan keluarga Uchiha contohnya- . kedua saat si blone merasa menyesal dan bersalah. Dan ketiga-

"bisakah, bisakah kau keluar dari hebbi?" -ketika menyuruhnya keluar dari hebbi. Dan Uchiha Sasuke tidak pernah menyukai satupun dari ketiga alasan mengapa Uchiha Naruto memanggilnya 'Nii-san'.

Naruto merasa matanya memanas. Ia mengumpulkan keberanian yang cukup banyak untuk mengatakan kalimat itu, terlalu sering menerima penolakan membuat sang Uchiha termuda itu takut. Tapi rasa kasih sayangnya kepada sang kakak membuatnya selalu mendapatkan keberaniaan untuk mengatakannya, lagi dan lagi tak peduli seberapa banyakpun sang kakak menolak.

Uchiha Naruto akan melakukan apapun demi kebaikan sang kakak.

Seberti saat ini, ketika cengkramannya di kaos sang kakak terlepas-karena Sasuke yang berdiri secara tiba- tiba- dan langkah kaki yang menjauh, Naruto merasakan ngilu di dadanya.

"kita sudah membicarakan ini berkali-kali" dan kata terakhir dari pemuda refen sebelum sosoknya menghilang-naik kelantai dua- #bukan ngilang kayak setan loo yaaa..

Naruto merasakan ada airmata yang jatuh nan mengenai pahanya-yang saat ini duduk bersila-.

Ia memeluk kedua kakinya yang di tekuk dan menenggelamkan kepalanya di sana –menahan isak tangis yang keluar-. Takut. Naruto tidak pernah tau kenapa ia begitu takut dan kawatir dengan kakaknya yang bergabung dengan sebuah Geng bernama Hebbi, baginya sebuah organisasi seperti geng, mafia atau yang sejenisnya itu hanya akan membuatmu sakit dan kehilangan orang yang kau sayangi, ia tidak tau darimana dia mendapatkan asumsi seperti itu, sasuke memang pernah beberapa kali pulang dengan wajah lebab-akibat tawuran- tapi tidak lebih dari itu. Tapi ia selalu saja merasa akan kehilangan sang kakak jika Sasuke berlama-lama di Hebbi seolah-olah hal terebut sudah tertanam di otaknya dan sulit untuk di jelaskan. Sama seperti ingatan ketika ia berumur limatahun yang tidak pernah dapat ia ingat.

.

.

.

11.15

Sasuke bangkit dari ranjangnya, sebenarnya ia sudah sangat mengantuk tapi karena kebiasaat bodoh 'seseorang' ia terpaksa untuk bergadang. Sasuke menuruni tangga dengan perlahan, ia menghela nafas-lagi- ketika menemui 'seseorang' yang di madsud kini tengah tertidur pulas di karpet ruang tamu mereka.-lengkap dengan air mata dan ingus di wajahnya-

Sasuke berjongkok lalu menyelipkan tangan kananya di bawah leher sang adik, menghapus airmata-dan ingus- dengan saputangan yang di bawanya menggunakan tangan kiri, ia sudah hafal kebiasaan Naruto yang akan menangis setelah pembicaraan mereka. Lalu menyelipkan tangan kirinya di bawah lutut Naruto.

"Naru, kita pindah kekamarmu" Sasuke berpisik pelan di delinga Naruto ketika mendapati sang adik menggeliat tak nyaman. –kebiasan yang selalu iala lakukan-. Lalu merapatkan kepala pirang itu di dada bidangnya dan mengangkat pelan tubuh mungil yang ternyata jauh lebih ringan darinya itu menuju lantai dua. –kamar Naruto lebih tepatnya-

ee... TBC atau END ya?

Semuanya tergantung perminaan Mina-san

Ada yang mau tau kenapa tangan Bee bisa patah? Ini dia jawabannyaaaaaa... XD

OMAKE.

Siang itu adalah siang yang cerah di KHS, cukup cerah bagi anak-anak kelas 9-1 yang mendapatkan renang sebagai jadwal olah raga mereka. Di sebelah kanan kolam terlihan beberapa anak perempuan berkumpul membicarakan entah-apa-itu. Dan di tengah kolam ada beberapa anak yang berenag dengan berbagai gaya ataupun yang hanya bermain air.

Killer Bee-sense, sang guru olah raga. Saat itu tengah mengawasi murid-muridnya, mereka baru saja selesai mengambil nilai untuk renang gaya bebas dan waktu yang tersisa di gunakan sebagai waktu bebas. Tapi perhatian Killer Bee terlihkan menuju seorang gadi berambut coklat pendek –matsuri- dan beberapa siswa lainya yang sedang bergerombol di tepi kolam, dari wajah mereka yang tegang siapapun yang melihat pasti tau jika hal yang mereka bicarakan merupakan hal yang sangan serius.

Laluuuuu... sebagai guru yang baik(?) Killer Bee mumutuskan untuk menghampiri muri-muriddnya.

"kalian sedang apa yo? Serius sekali yo?" Matsuri dan teman-temannya tersentak kaget dan menoleh ke arah sang sensei repper.

"Sensei! Kau mengagetkan kami!" gadis berambut hitam panjang di samping Matsuri berteriak dan memegang dadanya-hal yang sama di lakukan oleh murid yang lain-. Killer Bee menaikan alisnya tidak mengerti.

"ada rumor yang beredar di Otto sensei.." seorang siswa beramput coklat pendek jabrik mencontongkan badannya –berbisik- ke arah Bee yang saat itu berdiri membelakangi kolam renang dengan satu tangan bersender di tiang besi di tepi kolam. "rumor?" beo sang sensei repper.

"iya sensei," seorang siswi berambut hitam pendek di kuncir satu berbisik melanjutkan setelah sebelumnya menengok kanan-kiri, memastikan objek yang di bicarakan tidak ada di sekita mereka.

"ada seorang siswi di OHS (Oto Hingt School) yang meninggal dua bulan yang lalu" lanjutnya dengan ujung mata yang masih melirik sekita mereka, memastikan tidak ada sosok gadis yang di bicaraka di salah satu sudut kolam renang.

"ia adalah atlit renang andalan Oto, sensei bisa melihat fotonya di majalah musim semi tahun lalu." Matsuri menengguk ludahnya-yang entah kenapa terasa begitu sulit- lalu berusaha melanjutkan ceritanya. "ia meningggal karena kepalanya terbentur tepi kolam ketika ia terpeleset saat latihan sendirian di kolam malam itu." Bee benar-benar merasa tengkuknya merinding dan udara mulai terasa berat ketika mendengar cerita-yang sepertinya masih ada lanjutannya- itu.

"dan ketika esok paginya petugas kolamrenang menemukan mayat sang gadis.." kali ini gadis berambut hitam panjang yang melanjutkan, ia menunduk dan sedikit gemetar "mata gadis itu terbelalak dan mulutnya terbuka lebar sensei.." oke. Kali ini Killer Bee benar-benar merasa takut.

"Tapi bukan itu masalah utamanya.." Bee langsung menoleh ke arah pemuda coklat jabrik yang menyambung cerita si gadis berambut itam 'masih ada lagi?!' batinnya horor. "sejak hari itu, ada beberapa siswa yang mengatakan ada yang menarik kaki mereka, baik saat mereka berenang maupun saat mereka berjalan di tepi kolam"

GREP!

Mata Killer Bee-Sensei mendelik horor ketika merasakan sebuah tangan yang dingin dan basah mencengkram pergelangan kakinya –begitu pula dengan murid murid yang di ajaknya bercerita tadi-. Bee menoleh ke bawah dan mendapati tangan putih pucat-sepertimanyat- yang basah memegangi pergelangan kakinya, dan dari dalam kolam menyembul kepala dengan rambut hitam yang masih mengambang di kolam memanggilnya.

"sensei..."

"UWAAAAAAAAAAAAAA...!"

"KYAAAAAAAAAAAAAAA!"

"HANTUUUUUUUUUUU..!"

BRAK!

CRAK!

DUKK!

BYUURR!

"KYAAAA...! BEE-SENSEI..!"

NINOO! NINOO! NINOO! (tolong anggap ini suara ambulan ya readers-san o")

-888-

Itachi menghela nafas pasrah setelam membaca sebuah E-Mail dengan judul 'AKTIFITAS PARA OTOTOKU TERCINTA' yang baru masuk pagi itu, ia harus menginap selam 4 hari di Suna karena sebuah proyek dan tidak bisa mengawasi para adiknya di Konoha. Ia memijat pangkal hidungnya pelan, pemuda berkulit putih mulus itu tau, ia tidak bisa menyalahkan Sasuke terhadap insiden ini.

Sasuke saat itu baru saja mencapi tepi kolam setelah berenang dari tepi yang satunya, dan siapa sangka saat ia ingin menyentuh tepi kolam, kaki sang senseilah yang ia sentuh. Dan ketika pemuda dengan gaya rambut mencuat kebelakang-yang saat itu menunduk- meminta sang sensei untuk menjauh, senseinya itu malah berteriak dan menggerakan tangan dan kaki dengan hebohnya –bahkan sebelum Sasuke menyelesaikan kalimatnya- sehingga membentur tiang di tepi kolam, kehilangan keseimbangan, terjatuh ke dalam kolam, dengan tangan yang sama terbentur-lagi- dengan pinggirin kolam. Yang berakhir dengan retaknya tangan sang sensei. Retak lo ya bukan PATAH!

Eng of Omake

Author note :

Mina-san, ogenki desuka? Wia bener-bener seneng dengan reader yang mau baca fic pertama wia sampai sini.. #hug maaf banget ama alur yang membosankan n mudah di tebak inii... wia orang baruuu banget di sini jadi maaf kalau ada salah,, dan wia bakalan senang sekali jika reader tachi dan para senpai sekalian mau memberitau kesalahan wia lewat revie ya? Ya? Ya? (v)/

Ah soal nama Reikage, wia tau nama aslinya itu Killer A kan ya? Tapi kayaknya aneh aja make nama gitu jadi wia pake nama Reikage aja,, gak papa kan? Dia bakalan jarang muncul koooookkk.. heheee

Jika ada pertanyaan, saran dan kritik silahkan revie wia aja yaaaaa... oya fic ini mau minatachi lanjuti atau gak? Kasitau jg lewat rivie yaaaaa... di tunggu loo..! hehee

See yaa...! Himawari wia (dewi ruang dan waktu?)