A/N : Yo~ I'm back with the other Len/Rin fic~ hehe… Ini adalah birthday fic khusus untuk Kagamine twins! Maaf telat 3 hari DX idenya mampet! Dan lagi sebenarnya fic ini mau saya bikin ONE-SHOT! Ternyata hasilnya bakal panjang banget, tentu ga akan ada yang mau baca fic panjang 'kan? Makanya saya potong sebagian ceritanya untuk chapter depan… Gomen~ oke happy reading~ XD

Warning : twincest, two shots and a lil' bit of Len/Neru - Rinto/Rin but of course the main is Len/Rin!

Disclaimer : Yamaha corp dan Crypton corp


Our Birthday is Sucks

Chapter 1

"Len! Ayo lanjutkan game yang kemarin~!" Rin dengan tergopoh-gopoh membawa kedua PSP di tangannya. Pada salah satu yang Rin bawa adalah milik Len yang berwarna biru tua dan di tangan lain adalah milik Rin yang berwarna merah kehijauan. Len yang tadinya sedang asyik memakan pisangnya—yang kini hanya tinggal setengah, segera menghentikan kegiatannya dan memperhatikan Rin yang berjalan mendekatinya.

"Em-hem? Hem haha hi? Hau huha haha hehahi ha? (Game apa sih? Kau sudah kalah kemarin 'kan?)" Len yang mulutnya penuh pisang berbicara dengan amat tidak jelas. Di telinga Rin terdengar seperti bahasa hewan.

"Telan dulu baru ngomong!" Dengan kesal dilemparkannya PSP milik Len ke arah yang punya. Sambil terburu-buru menagkapnya Len berusaha pula menelan pisang yang berada di mulutnya sehingga dia tersedak.

"Uhuk, uhuk! Ohoek!"

Bukan menolong Rin malah menertawakan Len sejadi-jadinya. Len yang masih dalam keadaan tersiksa—entah karena meratapi nasib PSP-nya yang remuk atau dirinya yang tersedak, segera terduduk di lantai sambil memegangi perut dan mulutnya. Rin yang sudah tersadar dari tawanya segera membaca situasi dan membawakan segelas air ledeng dari dapur.

"Ini! Minum cepat!"

Rin terlihat mau tertawa lagi karena melihat ekspresi yang Len tampakan sekarang. Wajah merah padam, keringat bercucuran dengan air mata yang keluar dari kedua matanya yang sayu. Len yang melihat bantuan surga dari seorang Iblis kecil, merasa lega sekaligus kesal sambil meraih gelas yang Rin sodorkan dan meminumnya sampai habis. Diangkatnya gelas yang sudah kosong di atas kepala dengan kepala yang keadaannya tertunduk kesal.

"Fuh, lega…"

"Ahaha… Gomen ne, Len! Habis kau lucu sih… Buh… Hahaha! Ingat lagi jadi bikin ketawa…!"

"Memangnya kau pikir salah siapa?" Len mendelik. Rin yang menyadari kesalahannya segera menampakan ekspresi bersalah pada Len. Entah maksudnya tulus atau bohong yang jelas Len telah terbawa dengan ekspresinya itu.

"Yah… Aku juga salah sih, bicara sambil makan." Len menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menatap Rin dengan bingung. Suasana di ruangan menjadi sedikit kikuk, Rin yang membenci suasana seperti ini segera mencoba mencari topik pembicaraan yang lain. Kalau membicarakan soal natal yang diadakan kemarin mungkin kurang bagus ya? Hm… Acara yang akan datang… 27 Desember… Ah! Ulang tahun kami! Rin yang pikirannya lambat entah karena apa segera cepat tanggap kalau menyangkut masalah yang sedang dirundungnya. Rin menatap Len dengan mata berbinar andalannya, bibirnya mengerucut dengan lucu membentuk mulut anak kucing.

"Kita makan di restoran yuk? Untuk merayakan ulang tahun kita besok?"

"Hah?"

"Tidak mau ya?"

"Bu…bukannya tidak mau. Tapi bukankah akan lebih baik diadakan di rumah?"

"Eh… Maksudku kita makan di restoran itu HANYA BERDUA! Besok tanggal 27 Desember tepat hari ulang tahun kita!"

"Be…berdua?" Len membelalakan matanya, entah karena apa wajahnya memerah. Rin yang pikirannya dangkal malah mengira Len terkena sakit panas karena musim dingin dan mendekatkan dahinya yang lebar pada Len.

"Kamu engga apa-apa 'kan? Kok mukamu merah?"

Wua… Terlalu dekat, pikir Len galau. Wajahnya malah makin memerah. Rin mengernyitkan dahi dengan bingung melihat reaksi Len yang makin tidak jelas menurut tafsiran dirinya. Namun menurut pandangan orang itu adalah reaksi yang umum untuk orang yang sedang fell in love~

"Eng…engga apa-apa! Baiklah, boleh saja kita rayakan ulang tahun berdua. Sekali-sekali." Len menjauhkan diri dari Rin yang masih menatapnya dengan tatapan ada-apa-sih-dengan-dia? Len pun berusaha sekuat mungkin untuk tetap tenang. Padahal jantungnya sedang berdetak gila-gilaan. Dengan mempertahankan gaya itu, Len berjalan menuju kamarnya. Beberapa saat kemudian Rin dikejutkan oleh teriakan dari arah kamar Len

"Sepertinya senang sekali. Apa dia berhasil menemukan cara untuk mengalahkanku lagi di game terbaru? Ckck…"

trurururu~

"Hoahm… Apaan sih? Pagi-pagi ada yang mengirim e-mail… Pasti engga penting deh." Len bergumam dengan nada kesal, namun tetap saja dia berusaha meraih handphone-nya yang berbunyi itu. Luput. Namun karena tersentuh jarinya sedikit maka handphone Len yang tercinta jatuh ke lantai dengan keras.

"Wah…!" dalam sekejap Len tersadar dari kantuknya. Buru-buru meraih handphone-nya untuk melihat apakah kondisinya masih baik untuk digunakan. Masih hidup. Len menghela napas lega, namun segera ditahan setelah melihat siapa yang mengirim pesan. Heck, Neru Akita? Kenapa dia mengirim mail pagi-pagi? Pikir Len curiga Dia 'kan selalu ketus kalau bicara denganku (A/N : Neru itu tsundere~). Walau curiga, bumbu penasaran yang ada pada diri Len mendorongnya untuk membuka pesan tersebut.

Opening Message

From : Akita Neru

Subject : Otanjobi Omedetto

Message :

Otanjobi Omedetto Len. Sekarang kau berulang tahun ke-15 ya? Sebenarnya aku tidak peduli, namun karena kau temanku maka aku tetap harus mengucapkan selamat padamu. Yah, walau sebenarnya aku kesal.

"Sebenarnya dia mau bicara apa sih?" Len berkomentar sebelum akhirnya melanjutkan membaca.

Kebetulan aku punya waktu luang hari ini. Bagaimana kalau kita pergi berdua saja? Jangan ajak Kakakmu, Len. Memangnya kau mau menjadi anak pengecut yang selalu mengekor kakakmu? Yah, itu terserah padamu saja sih. Bye. Kutunggu jam 10 pagi di taman dekat rumahmu.

"'Mengekor' katanya…?" Len membelalakan matanya.

Apa aku memang terlihat seperti itu? Len berpikir dengan hati yang bimbang. Kalau dipikir-pikir memang dia selalu bersama dengan Rin, tapi 'kan bukan hanya dia yang selalu mengikuti Rin. Kakaknya itu juga hampir selalu menghampirinya duluan. Namun tetap saja Len tidak suka disebut sebagai 'pengecut' atau 'mengekor'. Len berpikir sebentar, dia sudah ada janji makan di restoran bersama Rin. Namun hal itu bisa diundur nanti malam. Sekarang yang terpenting adalah membuktikan pada Neru bahwa Len masih memiliki pendirian. Dan alasan lain, untuk menutupi perasaan sesungguhnya terhadap Rin.

"Huh… Kalau begitu akan kutunjukan kalau aku tidak mengekor Rin…" muncul aksen marah di dahi Len. Tangannya dengan lihai memencet tombol di handphone-nya. Membalas pesan Neru.

To : Akita Neru

Subject: reply:otanjobi omedetto

Message :

Baiklah. Kita akan pergi BERDUA. Aku tidak akan mengajak Rin. Karena aku memang tidak MENGEKOR dia.

Sending Message

Len menekan tombol 'send' dengan perasaan campur aduk. Antara kesal, marah atau perasaan bersalah. Sebenarnya dia agak kurang senang kalau harus pergi tanpa Rin. Itu hal yang jarang dilakukannya, karena memang dia dan Rin selalu bersama-sama.

Len's PoV

"Otanjobi Omedetto! Rin! Len!" semua anggota Vocaloid di rumah ini berkumpul di ruang keluarga. Miku-nee mulai menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada kami. Meiko-nee menciumi pipiku dan Rin secara bergantian sebagai ucapan selamat. Sedangkan Kaito-nii hanya memakan es krim Haagen dasz-nya seperti biasa. Rin memperlihatkan tawa riangnya pada semua dan mulai menyanyi bersama Miku-nee.

"Maaf ya hari ini kita tidak membuat pesta besar, karena pesta kalian dilakukan bersamaan dengan pesta natal. Tapi kita tetap akan mengadakan pesta kecil-kecilan kok." Meiko-nee menjelaskan. Aku melirik ke arah jam untuk memastikan sekarang pukul berapa. Sudah pukul sepuluh. Kalau tak salah aku janjian dengan Neru pukul sepuluh. Aku harus pergi sekarang.

"Ehem, semuanya… Sekarang aku ada keperluan penting…" Aku berdiri untuk bergegas pergi namun pandangan semuanya yang terlihat (amat) curiga menghentikanku. Aku memutar otak untuk mencari alasan. Aku menemukan alasan yang tepat tanpa kebohongan sedikit pun.

"Aku ada janji dengan teman…"

"Ta…tapi kita sudah janji akan ke restoran Len." Rin berusaha mencegahku. Matanya mulai berkaca-kaca. Huh… Aku paling benci dan tak tahan kalau melihat ekspresinya yang seperti itu. Ingin kupeluk~ Walah! Sadar Len! Sekarang bukan saatnya berpikir nista seperti itu! Dengan mengalihkan pandanganku ke arah lain aku mulai menyangkal pada Rin.

"Ini sudah janjiku terlebih dahulu sebelum kita janjian Rin" kataku berbohong, "Janji kita undur. Kita akan makan di restoran sekitar pukul tujuh malam. Sekarang aku pergi dulu!" dengan langkah kaku aku segera meninggalkan ruangan dengan perasaan bersalah.

End of Len's PoV

Rin's PoV

Aku melihat Len melalui jendela yang berjalan menjauh. Alisku mengernyit sebal. Kenapa dia bisa mengumbar janji seperti itu? Dan lagi dia menerbelakangkan janji dengan Kakaknya! Pikiranku terusik saat seseorang menepuk pundakku. Aku menoleh dan melihat Miku-nee yang sedang tersenyum. Jempol tangan kanannya menunjuk ke arah belakang, kuikuti arah pandanganku namun pandanganklu terhalang oleh pundak Miku-nee sehingga aku menyerah untuk melihat lebih lanjut. Tidak ada selera.

"Ada tamu untukmu Rin…" kata Miku-nee.

"Siapa?" tanyaku dengan nada bicara terganggu. Sebelum sempat Miku-nee menjawabku seseorang telah berbicara duluan,

"Rin dingin sekali padaku…" seseorang yang memiliki gaya identik denganku muncul dari arah belakang. Aku menatapnya takjub. Cowok berambut kuning dengan poni yang dijepit dengan dua jepit rambut di tiap sisinya. Rinto, gender bend-ku.

"Rinto! Kapan datang?" Aku memeluknya dalam hitungan kedua setelah melihatnya. Rinto tertawa nyaring melihat reaksiku. Dilingkarkan lengannya di pinggangku, membalas pelukanku. Setelah beberapa saat aku melepas pelukan, Rinto kembali berbicara.

"Baru saja kok… Aku ada maksud datang kemari. Hari ini Rinny berulang tahun. Bagaimana kalau kita berjalan-jalan sebentar? Nanti kutraktir es jeruk dan creepe jeruk~ eh, tapi sekarang musim dingin ya… jarang yang jualan seperti itu… Kalau begitu… Aku belikan semua yang Rin mau!" tawar Rinto dengan mata berbinar, sepertinya dia sangat bersemangat. Rin yang mendengar kata 'jeruk' (sepertinya tidak mendengar bagian selanjutnya) segera mengiyakan tawaran Rinto tanpa berpikir untuk kedua kali.

"MAUUUUUUUUU!"

End of Rin's PoV

"Sekarang kita mau ke mana?" Len bertanya dengan wajah dibuat-buat pada Neru. Perasaannya entah kenapa tidak enak. Neru, yang sedari tadi diam dengan wajah memerah dan tertunduk, kembali mengangkat wajahnya untuk menatap Len. Mata kuning bertemu dengan mata biru. Wajah Neru makin menjadi-jadi.

"Se…sekarang lebih baik kita pergi ke… em… kau mau ke mana? Sebenarnya aku tidak senang ke mana pun kalau harus bersamamu… Tapi ini untuk merayakan ulang tahunmu, jadi kali ini kau tentukan tempatnya." Neru berkata dengan suara kasar namun terdengar gugup.

Len mengernyit mendegar komentar dari Neru. Matanya kembali melihat berkeliling untuk mencari tau apakah tempat yang bisa dikunjungi. Len melihat kios aksesoris, di sana menjual berbagai macam benda-benda imut untuk perempuan. Matanya menangkap hair clip berwarna kuning dengan bentuk wajah kelinci, mengingatkan pada Rin sehingga Len tersenyum kecil. Mungkin lebih baik dia membelikan satu untuk Rin sebagai hadiah ulang tahun.

"Aku mau… Ke sana…" Len mengarahkan jari telunjuknya ke kios yang dilihatnya tadi. Neru yang memperhatikan denga seksama arah yang ditunjukan oleh Len terlihat kebingungan dan penuh curiga.

"Boleh saja sih… Tapi itu 'kan kios aksesoris… Memangnya kau mau beli benda-benda untuk cewek?"

Len terdiam sejenak. Dia tidak ingin mengatakan yang seaungguhnya bahwa dia bermaksud membelikan hadiah untuk Kakaknya. Bisa-bisa Neru curiga atas perasaan Len terhadap Rin yang sebenarnya. Maka kembali dia memutar otak untuk mencari alasan. Dia mendapat suatu alasan, namun sepertinya itu ide yang berat untuknya dilakukan.

"Aku… akan membelikanmu salah satu aksesoris yang berada di sana…" kata Len dengan suara lirih tapi tetap bisa didengar oleh Neru. Wajah gadis berambut kuning gelap ini terlihat cerah, mulutnya terbuka. Seperti menampakan ketidak percayaan.

"Kukira… kamu akan membelikan sesuatu untuk Kakakmu, tapi ternyata kau masih memikirkanku.." Neru tersenyum. Yah, itu memang benar pikir Len menanggapi perkataan Neru. Len membalas senyuman Neru dengan perasaan kesal pada dirinya sendiri. Kenapa dia tidak jujur saja. Len memang anak yang selalu menjaga martabat. Entah karena apa dia selalu mencari alasan untuk hal yang akan diperbuatnya. Dia terlalu tidak jujur terhadap perasaannya sendiri.

Neru menarik tangan Len ke arah kios yang ditunjuk Len barusan. Di sana berdiri seorang wanita cantik yang memperhatikan Neru dan Len yang sedang aibuk memperhatikan aksesoris yang disajikan di kios tersebut. Wanita tersebut menyibak rambut kemerahannya ke belakang sebelum berbicara.

"Wah, ada yang bisa saya bantu pasangan manis?"

Neru menundukan wajahnya yang memerah. Len yang pikirannya sibuk dengan jepit rambut yang dilihatnya tadi tidak menghiraukan komentar dari si wanita penjual. Wanita yang memperhatikan reaksi keduanya berasumsi bahwa mereka sepasang kekasih yang baru jadi. Dia menepuk kedua tangannya, terlihat mengingat sesuatu.

"Kalau kalian tak keberatan akan kutunjukan sesuatu yang bagus untuk kalian~" wanita tersebut mengambil sebuah kotak dari dalam kiosnya. Dibukanya tutup kotak tersebut. Di dalamnya terdapat beberapa jenis kalung yang sepasang. Neru menatap kalung-kalung tersebut dengan takjub.

"Cantiknya…" Neru berkomentar. Pandangannya terarah pada sepasang kalung berwarna emas dengan ukiran hati pada bandulnya. Neru menatap Len dengan ragu. Merasa dipandang, Len balas menatap Neru.

"Len…"

"…Baiklah, aku akan membelikanmu satu kalau kau ma…"

"Oh, tidak… Tidak bisa… Kalung ini harus dibeli sepasang…" wanita penjaga kios segera memotong perkataan Len.

Wah…? Sepasang? Aku harus memakai kalung sepasang dengan Neru? Kembali pikiran Len berkecambuk di otaknya. Dia melirik ke arah Neru. Gadis itu terlihat berharap pada Len. Setelah beberapa saat berpikir, Len menghela napas dan dengan bingung akhirnya dia memutuskan.

"Beri kami kalung itu sepasang…"

To be Continued…


A/N : wohoooooooooooooo! Chapter 1 selesai dengan (tidak) selamat…. DX ah… aku benci musim dingin, jalan-jalan menjadi lebih tidak leluasa~ Akhirnya… One Shot jadi Two Shots…. Ah… Saya emang Author ga becus TwT oke, mungkin fanfic saya cukup abal. Tapi mohon dengan sangat beri saya review… Cuma satu kok tiap orang… Ya? *puppy eyes* Dengan begitu saya dengan semangat akan melanjutkan fic ini menuju chapter terakhir~ hoe~ NeruxLen-nya kental banget ya di chapter ini? Maaf… Tapi udah ada warningnya 'kan? Buat chapter besok LenxRin-nya dibanyakin deh~ OKE! REVIEW~! Cukup tekan tombol di bawah! *ha?* Oke~?