Tittle : Failed Romantic
Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki
Warning : OOC, typo(s), light shounen-ai, humor garing krenyes bin maksa
Author's note : Terima kasih kepada teman di kelas yang memberi saya refrensi untuk project fic ini. dan terima kasih juga atas ide kalian tentang bagaimana sosok pria yang romantis
.
.
.
Tim basket Seirin merasa kehilangan akhir-akhir ini. Furihata Kouki, salah satu anggotanya, selalu bermuram durja dalam seminggu ini. Tak jarang sang pemuda berambut cokelat itu terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu pada rekan setimnya, tapi tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Hari itu, Hyuuga, Kiyoshi, Kagami, Kuroko, Kawahara, dan Fukuda sedang berkumpul di gym. Entah apa yang sedang mereka diskusikan dengan wajah yang begitu serius
"Oi Kuroko, apa kau tahu kenapa Furi menjadi seperti itu?" sang kapten, Hyuuga Junpei bertanya pada adik kelasnya
"Aku khawatir sekali padanya" Kiyoshi berucap dengan wajah bak orang tua yang takut anaknya diculik penjahat
"Entahlah senpai. Furihata-kun tidak mengatakan apa-apa padaku" Kuroko mengangkat bahunya tanda tak tahu
"Bagaimana kalau kita tanya langsung?" Kagami mengajukan usul yang langsung ditolak mentah-mentah
"Furi tidak seperti kau yang bisa mengatakan masalahnya dengan gampang!" Hyuuga menjitak kepala Kagami, membuat pemuda berambut merah darah itu meringis kesakitan
"Mungkin Furi mau bicara pada kami" dua sobat Furihata, Kawahara dan Fukuda angkat bicara
"Kalau begitu kebahagiaan Furi kuserahkan pada kalian" Kiyoshi mencengkram pundak kedua adik kelasnya dengan wajah dramatis
"D'Aho!" Hyuuga kembali menjitak Kiyoshi. Sang kapten berkacamata itu heran kenapa anggota timnya banyak yang bodoh
"Aku permisi dulu, minna" Kuroko beranjak dari tempatnya dan berpamitan
Sedikit raut khawatir dapat dilihat dari wajah Kuroko Tetsuya. Jujur ia juga heran kenapa rekannya yang biasanya ceria itu bisa menjadi murung begitu. Keheranan yang ada di kepalanya semakin bertambah saat ia menemukan seorang pemuda berambut cokelat sedang berdiri di depan rumahnya
"Furihata-kun?" panggil Kuroko pada pemuda itu
Furihata menoleh dan wajahnya menunjukkan kelegaan yang luar biasa. "Kuroko!" entah sejak kapan sang point guard kelas satu Seirin itu ketularan Kise Ryouta, suka memeluk orang lain
"Ada apa Furihata-kun?" tanya Kuroko yang berusaha menahan kekesalannya karena dipeluk sangat erat
"A-Akashi-kun..." Furihata tak bisa melanjutkan kata-katanya karena beragam ucapan tak jelas keluar dari mulutnya. Wajahnya menggambarkan perasaan antara ingin menangis dan kekesalan yang memuncak
Mendengar nama mantan kaptennya disebut dengan suara seperti itu, Kuroko hanya bisa menatap iba pada Furihata dan mengelus surai cokelat di hadapannya dengan lembut. Ia melepaskan diri dari pelukan Furihata yang melemah dan membukakan pintu untuknya. Furihata duduk di sofa ruang tamu Kuroko sementara sang pemilik rumah sudah beralih ke dapur untuk membuatkan minum untuk tamunya
Furihata mencengkram ujung baju seragamnya, menunjukkan kegelisahan yang dirasakan sang pemilik. Tak lama, Kuroko kembali sambil membawa segelas teh dan diletakkan di hadapan Furihata
"Jadi, sebenarnya ada apa Furihata-kun?" Kuroko kembali membahas topik pembicaraan mereka yang sempat tertunda
"Kuroko..." tangan sang pemuda berambut cokelat itu bergetar memegang cangkir teh. "B-bantu aku untuk putus dengan Akashi-kun"
Hening. Kuroko tak pernah berpikir kalau pendengarannya rusak, tapi untuk sekarang ia ingin sekali mencoba membersihkan telinganya. "Ya? Bisa tolong ulangi Furihata-kun?"
Furihata hanya menarik napas dalam-dalam. "Tolong bantu aku putus dengan Akashi-kun"
Kuroko tak tahu harus menjawab apa. Di satu sisi ia merasa kasihan dengan temannya yang satu itu karena ia tahu pasti Furihata sedang mengalami masa sulit dalam menjalani hubungannya dengan Akashi. Sementara jika ia membantu Furihata, ia pasti terkena siraman api neraka yang dikirim langsung dari rajanya
"Furihata-kun" Kuroko menepuk pelan pundak Furihata dan memberikan tatapan yang tak bisa dibaca. "Bisa ceritakan dulu masalahmu?" tanyanya setelah memikirkan jalan terbaik untuk pasangan iblis dan malaikat ini
"Kau tahu Kuroko, sebenarnya aku sudah lama ingin berpisah dengan Akashi—"
"Apa Furihata-kun sudah tidak mencintai Akashi-kun?" potong Kuroko cepat
Rona merah menghiasi wajah orang yang ditanya. "Bu-bukannya aku tidak mencintainya..." kepalanya menunduk dan jarinya sibuk bertautan satu sama lain. "Aku hanya lelah dengan segala tingkahnya. Dia tidak pernah memperhatikanku dan terkadang selalu menanggapi ucapanku dengan serius" ocehan panjangnya terhenti sejenak
"Dia tidak pernah meminta dengan normal. Maksudku, dia selalu menggunakan nada memerintah dan tatapan mengintimidasinya sangat menakutkan. Padahal tanpa menggunakan semua itu aku akan menurutinya. Aku juga merasa terkekang selama berhubungan dengannya. Dia bahkan tidak mengijinkanku pergi bersama Kawahara dan Fukuda"
"Satu hal lagi, dia selalu melakukan hal yang tidak pada tempatnya. Kau tahu Kuroko, saat kami berkencan dia selalu mencium punggung tanganku dan dengan wajah tampan berkata" Furihata berdiri dan bersiap untuk mempraktekan sang kekasih. ""Selamat siang tuan putri, kau terlihat cantik sekali hari ini"! aku bahkan bukan seorang perempuan!" Furihata kembali duduk dengan wajah merah karena malu
"Kau tak akan pernah membayangkan betapa memalukannya saat setiap pasang mata menatapmu dengan tatapan aneh!"
Kuroko hanya menatap datar pada rekan satu timnya yang sekarang terdiam, memberikan waktu untuk menenangkan diri. Sang pemain bayangan itu tak pernah menyangka akan terlibat dalam hubungan percintaan yang menurutnya konyol itu. Baru ia ingin membuka mulut, dering ponsel sudah mendahuluinya
"Ukh—" terlihat raut ketakutan di wajah Furihata. "Akashi-kun meneleponku. Aku pergi dulu Kuroko. Terima kasih karena sudah mau mendengarkanku" Furihata berdiri dan Kuroko mengantarnya menuju depan rumahnya. "Oh ya, tolong jangan beritahu Akashi-kun mengenai yang tadi" pesan terakhir Furihata sebelum meninggalkan Kuroko Tetsuya
Kuroko hanya mengangguk dan kembali masuk ke rumahnya. Kepalanya masih sibuk memikirkan ocehan rekan setimnya itu. Melirik jam dan ia mendapati waktu menunjukkan bahwa hari telah sore. Sang pemuda berambut baby blue itu memutuskan untuk menghilangkan pusingnya dengan tidur sejenak di ranjang empuknya. Belum lama mata biru langit itu terpejam, bunyi ponsel membangunkannya kembali
Siku-siku kekesalan muncul di dahi Kuroko. "Ada apa Akashi-kun?" tanyanya setelah mengangkat telepon dengan suara yang dibuat setenang mungkin
"Tetsuya, bisa berkumpul sekarang?" balas suara di seberang telepon
"Eh? Bukankah kita baru saja berkumpul minggu kemarin?" tanya Kuroko lagi, masih tak terima tidur nyenyaknya diganggu
"Kita akan berkumpul sekarang. Maji Burger" sesaat setelah ucapan penuh penekanan dari sang emperor, sambungan telepon telah terputus
Kuroko melemparkan tatapan kesal pada layar ponselnya. Sadar bahwa berdiam diri tak akan menyelesaikan masalah, ia memutuskan untuk menuruti permintaan (perintah) sang raja iblis. Dari kejauhan ia dapat melihat enam buah kepala warna-warni sedang duduk melingkar di sebuah meja di ujung restaurant tempat mereka berkumpul
"Baiklah, karena kita semua sudah berkumpul di sini, aku akan mengatakan permasalahan kali ini" Akashi berucap bak seorang pengusaha sedang memimpin rapat
"Bisa cepat sedikit Akashicchi? Aku masih ada pemotretan ssu" Kise yang berkutat dengan ponselnya berucap
"Aku juga ada masih ada urusan nanodayo" Midorima menyilangkan tangannya di dada
"Aku ingin meminta pendapat kalian" Akashi kembali membuka suara
"Tumben sekali Akashi-kun. Ada masalah apa?" Momoi bertanya dengan alis terangkat
"Akhir-akhir ini Kouki seperti menjauhiku"
Kuroko menatap kosong pada Akashi. Ia tak habis pikir kalau sepasang kekasih paling absurd yang pernah diketahuinya sama-sama bercerita masalah mereka padanya pada hari yang sama. Entah itu kebetulan yang sangat hebat, takdir, atau sang singa dan sang chihuahua memang berjodoh
Semua anggota Kiseki no Sedai (min Kuroko Akashi) saling bertatapan. Antara ingin tertawa, kesal, dan heran. Jarang sekali mantan kapten mereka meminta pendapat, dan sekalinya meminta pendapat, itu mengenai hal yang paling konyol yang pernah mereka tahu
"Mungkin itu karena kau terlalu menakutkan Akashi" Aomine menyahut di tengah keheningan. Dan suara benda terlempar ke arahnya menyusulnya
"Dai-chan!" Momoi berseru heboh dan mencoba menyadarkan teman masa kecilnya yang sedang tak sadarkan diri karena merasakan dinginnya sang gunting sakti saat melewati pipinya
"Itu berbahaya Akachin~" Murasakibara menggeleng dengan gerakan childish-nya
"Jadi, apa ada yang tahu kenapa Kouki menjauhiku?" Akashi kembali bertanya setelah emosinya sedikit mereda
"Mungkin dia menyukai orang lain ssu!" Kise mengutarakan pendapatnya dengan semangat
Semua anggota Kiseki no Sedai (minus Akashi) menatap horror pada teman blonde mereka. Ya, mereka tahu kalau Kise Ryouta adalah orang yang bodoh, tapi tak disangka kalau kebodohannya akan separah ini. Tak ingin ada pertumpahan darah di tempat makan favoritenya, Kuroko segera mengalihkan perhatian Akashi
"Aku yakin Furihata-kun mencintai Akashi-kun" ucapnya kalem
Aura hitam yang ada di sekitar sang emperor secara perlahan mulai menipis. Helaan napas lega dapat terdengar dari setiap orang yang ada di sana
"Kita tidak tahu apa yang membuat Furihata seperti itu nanodayo" Midorima angkat bicara sambil membenarkan letak kacamatanya
Akashi menghela napas. Ia masih sangat menyayangi Kouki-nya. Ia bersumpah apapun yang terjadi ia tak akan melepaskan kekasihnya begitu saja. Kise hendak membuka mulut, tetapi tangan Aomine sudah membekapnya. Lelaki dim itu tak mau kekasihnya mati di tangan mantan kaptennya
"Akachin~ kenapa tak mencoba menjadi romantis?"
Murasakibara yang masih sibuk dengan maiubo-nya tercinta berucap. Enam pasang mata pelangi menatapnya takjub. Sejak kapan Murasakibara Atsushi, seorang bayi besar yang hanya tahu makanan, mengusulkan ide yang sangat brilian?
"Itu ide yang sangat bagus Atsushi" Akashi menatap Murasakibara dengan tatapan tulus. "Nanti akan kubelikan snack sebanyak apapun yang kau mau" lanjutnya, membuat sang center Yosen berbinar senang
"Murasakicchi benar ssu! Kalau Akashicchi jadi romantis, Furihatacchi pasti akan nempel kembali!" Kise berseru dengan antusias, mengundang perhatian beberapa pengunjung yang ada di sana
"Itu patut dicoba Akashi-kun" Kuroko ikut menyetujui
Sementara yang lain asik berdiskusi tentang bagaimana jadinya jika Akashi menjadi romantis, orang yang dibicarakan hanya mengusap dagunya. Dahinya berkerut seolah sedang memikirkan sesuatu
"Hei kalian" panggilnya. Keenam temannya seketika terdiam dan menatap penuh tanya pada Akashi. "Bagaimana caranya menjadi romantis?"
Semua yang mendengar pertanyaannya hanya bisa ber-facepalm ria. Bagaimana bisa Akashi Seijuurou yang (katanya) mengetahui segalanya tak tahu cara menjadi romantis?
"Hmm... Bagaimana kalau Akashicchi memberi bunga pada Furihatacchi?" Kise memberi usul
"Itu terlalu biasa Kise" Aomine menolak usul Kise, membuat sang model menggerutu
"Berikan saja lucky itemnya selama sebulan" Midorima mengusulkan
"Midorima-kun, Akashi-kun bukan penggemar oha-asa" Kuroko mengingatkan sang shooter
"Belikan saja Furichin makanan~" kali ini Murasakibara yang berkomentar
"Si chihuahua itu bukan kau, Murasakibara" Aomine menyahut usulan Murasakibara
Berbagai usul absurd terus terdengar. Akashi hanya bisa menahan kemarahannya karena teman-temannya tak ada yang bisa diandalkan. Hampir saja ia mengeluarkan guntingnya untuk menghentikan kericuhan yang ada, sang manager Touou menyelanya
"Ne ne Akashi-kun, bagaimana kalau kau mengajak Furi-chan makan malam di pantai dengan dekorasi lilin berbentuk love? Bukankah itu sangat romantis?" satu-satunya gadis yang ada di sana akhirnya memberikan usul
Kelima pemuda yang sedari tadi ribut mulai memikirkan ide dari Momoi. Terdengar beberapa gumaman menyetujui. Akashi yang sedari tadi terdiam mengangguk
"Ide bagus Satsuki. Kalau begitu kalian boleh pulang sekarang. Sisanya biar aku yang mengurus"
Para pemain basket dengan rambut pelangi itu berpamitan pada Akashi. Sang kapten Rakuzan berterima kasih pada Momoi yang telah menyelamatkannya dari ide-ide aneh mantan rekan satu timnya. Momoi hanya tersenyum sebagai balasan
.
.
.
Kuroko Tetsuya yang sedang berjalan pulang ke rumahnya masih sibuk memikirkan cara untuk memperbaiki hubungan temannya dan mantan kaptennya. Yah, mau tak mau sang pemuda bernomor punggung 11 itu harus membantu, karena ia sudah terseret oleh keduanya
TBC
gak tau author kesambet apa sampe bikin fic romance multichap-
yah pokoknya terima kasih untuk yang udah baca
the last, review?
