.
.
Boku no Hero Academia © Horikoshi Kohei.
Story (c) Raawrrr.
Warning! Standard applied.
Saya tidak mendapatkan keuntungan material apapun terkait pembuatan fiksi ini.
~ Happy Reading ~
.
.
tddk
.
Pikirannya masih berkelana; mereka ulang kejadian saat ia dan Bakugou bertarung— tidak, lebih tepatnya pada perasaan Bakugou yang baru saja ia ketahui. Ia sama sekali tidak berpikir bahwa Bakugou memikul beban seperti itu.
"… Midoriya?"
"Ah— Todoroki-kun."
Karena hal itu, ia bahkan tidak bisa mengontrol langkah kakinya sendiri, yang membawa raga menuju kamar milik Todoroki.
Kenapa... kamar pemuda itu yang ia pilih tanpa sadar?
"Kau terluka." Raut muka Todoroki yang biasa datar berubah sedikit—sangat sedikit—, menunjukkan bahwa ia khawatir akan penampilan Midoriya yang tidak rapih.
"Ahaha." Midoriya menggaruk pipinya dengan canggung, "hanya luka kecil."
"Karena?"
Midoriya diam, tidak mau menjawab pertanyaan Todoroki— tidak, lebih tepatnya ia bingung bagaimana harus menjelaskan kejadian tadi pada Todoroki.
Midoriya kalut dan Todoroki menyadarinya.
"Eh—?"
Mata Midoriya mengerjap ketika Todoroki tiba-tiba saja memeluk tubuh mungilnya. Hangat…
Tanpa sadar, Midoriya membalas pelukan Todoroki.
"Aku hanya punya satu futon. Tidak masalah 'kan?"
"Mh-hm." Midoriya mengangguk malu.
Sekarang, ia sadar kenapa kakinya menuntun untuk kemari.
Todoroki bisa membuatnya tenang.
.
.
krbk
.
.
Pintu kamar di sebelahnya tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok pemuda berambut merah yang berantakan.
"Oh, Baku— EH?! Kau terluka!"
"Berisik, shitty hair."
"Hei, hei, jangan galak begitu." Dia, Kirishima Eijirou, mendekati Bakugou yang tadinya hendak membuka pintu kamarnya sendiri, "man, apa yang membuatmu terluka malam-malam begini?"
Midoriya. Damn nerd satu itu yang membuatnya begini.
Ingin sekali Bakugou menjawab demikian, namun lidahnya kelu.
"Bakugou?" Kirishima memanggil namanya karena pertanyaan yang ia ajukan tak kunjung dijawab.
Tangan Bakugou terkepal erat, ia menarik baju yang Kirishima kenakan pada bagian dada dengan erat.
Lalu… ia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Kirishima. Sial, sial, sial. Bakugou ingin marah, emosinya masih ingin diluapkan. Perasaannya campur aduk, ia sendiri tidak mengerti dan sangat membenci hal ini.
Sekilas, Kirishima melihat ekpresi wajah Bakugou yang redup— lalu tersenyum maklum.
"Tak perlu menjawabnya kalau kau memang tidak mau."
Tangan kekar Kirishima memeluk tubuh Bakugou, sesekali ia mengelus punggung Bakugou agar membuatnya nyaman.
Bakugou diam, tidak protes sama sekali. Kalau boleh jujur… ia menyukainya— perlakuan manly (jika tidak mau disebut lembut) Kirishima yang membuat hatinya tenang.
"Sudah malam, lebih baik kita tidur."
"Cih."
"Kau boleh menjadikanku gulingmu jika kau mau."
Bakugou bersyukur karena Kirishima disini.
.
.
— Part I ; Cuddle : END!
Cuddle : an affectionate hug.
