BLUE

by jajakkun

Disclaimer Masashi Kishimoto


Malam hari.

Bukan waktu yang tepat untuk melakukan perjalanan.

Namun tampaknya rombongan ini sangat bersikeras untuk pergi.

Tandu itu berwarna hitam tampak kontras dengan suasana malam, tirai yang menutupi pintu kecil itu berwarna kuning, manik-manik dari tirai itu tampak berkilauan saat sesekali terpapar sinar rembulan. Tandu itu dibopong empat orang yang mengenakan pakaian serupa. Diikuti orang lain yang berbaris rapi dibelakang tandu dengan berjalan kaki. Penunggang kuda mengenakan pakaian siap tempur, terseliip pedang dan anak panah dipunggung dan pundak. Masing-masing berjalan di barisan paling belakang, dan dua didepan tandu, menunjukkan bahwa betapa pentingnya orang yang duduk nyaman diatas tandu.

"Apa anda perlu sesuatu tuan?" tanya salah seorang pelayan wanita yang berjalan disisi tandu, dengan langkah seirama menyamakan diri dengan langkah orang-orang yang membopong tandu.

Tak ada balasan dari dalam sana, menunjukkan bahwa ia tidak memerlukan apa-apa. Sang pelayan pun mundur dan kembali memasuki barisan dibelakang tandu.

Tiba-tiba Kuda memekik saat anak panah meleset hampir mengenai moncongnya. Tandu berhenti, begitupula barisan.

"LINDUNGI YANG MULIA!"

Barisan pelayan langsung berkeliling disekitar tandu, prajurit berkuda masing masing berdiri di setiap penjuru tandu. Panah kembali menghujani arah mereka. Pekikan pelayan tak terbendung saat teman mereka tertancap panah.

"AAKKK!"

Prajurit berkuda segera mengeluarkan panah mereka, namun sulit untuk menentukan target karena gelapnya malam, penerangan mereka hanya pelita yang dibawa dua orang pelayan namun kedua pelayan itu telah roboh terhujam panah. Mereka hanya bisa menembakkan panah kearah datangnya hujaman panah berharap harap kalau panah mereka bisa menganai sasaran.

"Lindungi yang mulia! Pergilah! Kami akan menahan mereka disini!"

"Baik!"

Salah seorang prajurit berkuda turun dari kuda dan segera menghampiri tandu.

"Kita harus pergi yang mulia!" serunya dari luar.

"Ya. Aku mengerti." Seseorang kelua rdari tandu, dengan wajah datar dan sikap tenang, sekan tidak terjadi apapun. Namun ia jelas ketakutan, kedua tangannya menggenggam erat ujung lengan kimono miliknya. Keduanya menaiki kuda dan melesat kencang menjauhi pertempuran. Sejenak pemuda itu menoleh ke belakang, teriakan dan hujaman panah terdengar, ia semakin jauh terdengar samar hingga-,

Ia membelalak saat anak panah melesat melewati pipinya dan sukses menancap dipunggung prajurit.

"Akh!"

Anak panah kedua kembali menghujam kaki kuda. Kuda itu memekik dan ambruk membuat keduanya jatuh terpental ke tanah.

"Yang Mulia!" prajurit memekik khawatir.

Pemuda itu meringis, darah mengalih deras di dahinya.

"Pergi yang mulia!"

Pemuda itu tersentak saat mendengar derap kaki kuda yang semakin mendekat, ia menoleh ke perajurit dan kuda bergantian.

"Pergi!" prajurit itu tertelungkup ditanah dengan panah menancap di punggungnya.

"T-tapi kau-,

"Pergi! CEPAT!"

Pemuda itu segera bangkit, ia berlari gopoh, sesekali ia tersandung namun kembali bangkit dan mencoba berlari sekuat tenaga, namun itu tak bisa. Ia lemah, kakinya bergetar, darah yang terus saja mengalir di dahinya membuat wajahnya pucat pasi.

"JANGAN LARI!"

Nafasnya tak tekrontrol, dadanya naik turun, tubuhnya berkeringat dingin, derap jantungnya bergetar hebat membuat tubuhnya semakin sulit digerakkan, ia terjatuh tertelungkup diatas tanah, ia tak bisa bergerak saking takutnya. Suasana gelap disekitar, pepohonan yang tinggi dengan suara dedaunan yang berdesis semakin membuat suasana hatinya mencekam. Ia berbalik mendapati dua ekor kuda yang menuju kearahnya salah satu penunggang tampak besiap meluncurkan anak panah ke arahnya. Pemuda itu berusaha menyeret tubuhnya menjauh, namun nihil, ia tak bisa menjauh sedikitpun.

"Aku... akan mati."

"No."

Tiba-tiba saja muncul seseorang berjubah kusam berdiri membelakangi pemuda itu, Suiingg! Ia menangkis panah yang harusnya sudah menancap di tubuh pemuda itu. Lagi, panah kedua meluncur namun berhasil ditangkis pria berjubah itu dengan lihainya.

"Mundur!" ujar salah satu penunggang kuda.

"Ch! Siluman itu lagi! Awas saja!" kedua penunggang itu berbalik dan melaju memacu kuda mereka.

sang pria berjubah keluar dari mode bertarung, ia meletakkan pedangnya ke sarung pedang yang bertengger di sisi pinggangnya.

Pemuda itu masih terdiam ditempatnya, tak bergerak, situasinya benar-bena rsemakin memburuk, setelah dihadapkan dengan dua pemanah, kali ini dia dihadapkan dengan seorang ahli pedang yang bisa saja langsung menebas lehernya disini. Ia menelan liur, ketakutan namun pandangannya masih menatap lekat punggung pria berjubah itu.

Pria berjubah itu menoleh.

Perasaan takutnya seakan terkuras habis tergantikan dengan perasaan kagum saat ia melihat sepasang bola mata berwarna biru yang mengkilap dimalam hari.

"Kau baik-baik saja?" tanya pria berjubah itu dengan aksen asing

Tak menjawab, pemuda itu malah terdiam kaku dengan tatapan lekat. Baru kali ini ia melihat seseorang dengan bola mata berwarna biru, ia tersentak saat pria berjubah itu jongkok disisinya, hingga mampu membuatnya melihat dengan jelas garis wajah pemuda bermata biru itu. Rahang yang tegas, hidung yang teramat mancung dengan bentuk mata yang tajam membuatnya tak bisa mengalihkan pandang.

"Kau hantu?"

Pria berjubah itu tersenyum menunjukkan deretan giginya yang putih.

"Biar kuantar kau pulang."

Pemuda itu segera mengangguk karena tidak ada alasan untuknya menolak. Peria berjubah memegang lengan pemuda itu membantunya untuk berdiri namun pemuda itu oleng, ia terjatuh dan tak sengaja menarik jubah pria itu hingga memperlihatkan rambut berwarna pirang yang membuat pemuda itu kagum untuk kesekian kalinya.

"Maaf."

"Tampaknya kakimu terkilir." Pria berjubah itu menyibak celana kimono pemuda itu memperlihatkan pergelangan kaki yang bengkak. "Ini cukup parah, dahimu juga terluka. Aku akan membawamu pulang."

Pemuda itu hanya diam, fikirannya berkecamuk, seumur hidup dia lahir didunia ini baru kali ini ia melihat manusia bermata biru dan berambut pirang. Apa benar ada manusia seperti ini ditempat nun jauh disana? Fikirnya.

"Kau dengar?"

"Y-ya." Pemuda itu mengangguk.

"Apa yang kukatakan tadi?"

"Mengantarku... pulang?" tanya pemuda itu ragu.

"Ayo-,

"YANG MULIA!"

"TUAN DIMANA ?"

"TUAN SASUKE!"

Pria berjubah itu tampak was-was. "Ayo cepat, biar kubawa kau ketempat yang aman."

"Tunggu! Itu sepertinya pelayanku." Ujar pemuda itu sumringah.

"Pelayanmu?"

"Em." Pemuda itu mengangguk cepat.

"Syukurlah kalau begitu, begitu tiba ditempatmu kau harus segera mengobati lukamu. Dan lain kali jangan pergi malam-malam, disini sangat berbahaya." Jelas pria berjubah itu terkadang berujar dengan kata-kata yang tidak jelas, seperti lidah yang tidak didesain untuk bahasa jepang.

"T-tung-,

"YANG MULIA?!" pemuda itu segera menoleh, dikejauhan pelayan dan prajuritnya berlari menuju kearahnya.

"YANG MULIA SYUKURLAH!"

"Tuan Sasuke syukurlah!"

Namun saat pemuda itu hendak menoleh kearah Pria berjubah tadi, ia telah tiada, ia menghilang seakan menyatu dengan kegelapan.

TBC

Malam itu, aku masih sangat kecil, mungkin aku berumur 15 atau 16 tahun.

Penjahat itu memanggilnya siluman, Pelayanku bilang kalau itu adalah hantu. Tapi aku yakin dia adalah manusia. Manusia berambut pirang dan bermata biru dengan wajah yang benar-benar asing. Postur tubuhnya yang tinggi dan cara bicaranya juga aneh. 10 tahun telah berlalu namun aku masih belum bisa melupakannya.

Jika saja aku bisa bertemu dengannya kembali, aku ingin mengucapkan sesuatu yang malam itu belum sempat kuucapkan.


Catatan Penulis : sebenarnya saya ini tidak ada bakat menulis, tapi imajinasi saya seringkali membayangkan cerita-cerita yang kadang membuat kesendirian saya terhibur. jadi saya mencoba untuk menuliskan cerita cerita itu kedalam ffn ini dan semoga bisa menghibur teman-teman sekalian yang juga seringkali merasa sepi. jadi maaf kalau tata bahasa saya yang buruk, penyusunan kalimat yang mungkin terbaca aneh. selamat menikmati.

salam hangat jajakkun.