Steve Rogers & Natasha Romanoff adalah karakter milik Marvel, dalam setting Marvel Cinematic Universe, tidak ada keuntungan komersil yang didapat dari pembuatan karya ini.
Tidak seperti sebelumnya, kali ini Steve tak menegur dirinya yang menaruh kaki di atas dasbor. Steve mengemudi dengan santai, tetapi matanya awas ke depan. Tak menyadari Natasha mengamatinya dari sisi sini sambil mengulum senyum—yang sepertinya gagal. Di dunia mereka yang berubah terlalu cepat, dan ketika hal-hal yang mereka miliki terenggut dengan mudah, tetap memiliki seseorang untuk melabuh jangkar padanya adalah suatu hak istimewa. Steve tak pernah gagal mengimpresinya dalam hal kebajikan, dan sekarang: perlindungan.
Natasha menyandarkan kepalanya pada kursi sambil memejamkan mata sebentar. Tidak ada lagu; mobil ini tidak dilengkapi pemutar musik. Barangkali hilang dalam perjalanannya dijual ke sana dan sini, menjadi barang tadahan, dioper dari satu tangan kotor ke tangan kotor lainnya. Natasha memutar musiknya sendiri, bernyanyi dengan suara rendah, sebuah lagu kanak-kanak dari Rusia yang tak lekang di ingatannya. Ia tak yakin Steve mendengarnya, suara hujan di luar sana menenggelamkan apapun yang bisa mereka dengar.
Perempuan itu tenggelam dalam lelap sesaat, dan mimpi-mimpinya berkeliaran di balik kelopak mata. Mimpi-mimpi Natasha sekarang bak kaleidoskop, membuncah dalam warna-warna terang, tetapi tak pernah dalam bentuk sesuatu yang baru. Hanya pemutaran ulang memori-memori lama, terkadang dalam gabungan yang sangat tidak beraturan.
Ia melihat Clint. Hari pertamanya sebagai rekrutan baru di S.H.I.E.L.D. Lalu ruang latihan balet, seorang rekrutan Red Room lain yang bernama Yelena. Lantas invasi Chitauri. Clint lagi, hari terakhir mereka bertemu setelah Steve membebaskan mereka dari penjara. Ia tersentak bangun karena senyuman Clint—dan Steve, waspada pada gerakan apapun yang mengejutkan, menurunkan kecepatan mendadak dan menoleh.
"Tidak apa-apa. Cuma mimpi." Natasha memberikan senyum yang menenangkan, Steve langsung meresponsnya dengan hal yang sama.
Clint. Mengingatkannya lagi pada pembuka dari babak yang masih bertalian hingga detik ini, momen ini, keputusan ini. Keputusan untuk tetap berada di sisi Steve, untuk memilihnya, untuk menjalani hari-hari yang sangat tak pasti dan berbahaya di depan sana.
Ia masih berutang pada Clint, tentu saja. Apa yang seharusnya menjadi akhir baginya, diputar balik oleh Clint, sehingga ia pada akhirnya bisa sampai pada tahap ini.
Hidupnya, momen-momen yang berantai hingga masa kini, sebagian besarnya adalah karena keputusan Clint. Apakah ia sudah membalas pria itu dengan cukup? Tak mungkin ia akan menanyakannya, karena Clint pasti akan mendengkus, menyengir, lalu menggeleng-geleng, kau cukup sentimental juga, ha? Dengar, tetaplah jadi dirimu, maka aku akan menganggapnya biasa.
Jika Clint mengambil rute lain, hampir pasti ia tak akan berada di sini.
Natasha sudah terbiasa untuk percaya bahwa hal-hal dalam kehidupan terjadi untuk berbagai alasan, sebagian terungkap dengan mudah, sebagian tidak. Dan barangkali, keputusan Clint berarti hingga saat ini untuk sebuah cerita:
tentang patriotisme mitos masa kecilnya yang menjadi nyata di depan matanya sendiri;
Steve Rogers, antitesis dirinya.
Keputusan Clint adalah sebuah pematahan tentang hal-hal yang tidak bisa dipercayainya sungguh-sungguh dulu. Tentang kehidupan dengan alasan, tentang pertolongan, tentang ikatan, tentang kawan, tentang kebajikan.
Tentang Steve Rogers.
"Mimpi yang tidak buruk seharusnya tidak membuat wajahmu seperti itu."
Natasha tersenyum, tetapi memalingkan wajahnya sebentar dari Steve, menoleh ke sebelah kanan. Gelap sekali, seolah-olah dunia luar tak nyata.
Kemudian, ia kembali pada Steve, mengangkat tangannya, mengusap pipi Steve yang mulai dipenuhi cambang—kamuflase sekaligus cerminan perubahan diri dan nasib. Ia menelusuri setiap titik yang memungkinkan, membuat eksistensi Steve merasuk ke dalam dirinya seakan-akan Steve selama ini adalah sebuah bualan, imajinasi, pilihan yang tak nyata. Tujuh tahun hidup bersama dalam satu tim, satu misi, membuatnya heran mengapa terkadang Steve masih terasa seperti bayang-bayang yang ia dapatkan saat ia masih mendapat pendidikan di Red Room: sebuah dongeng patriotisme yang nun jauh di sana.
Steve tak berkata apa-apa, hanya meletakkan tangannya di atas tangan Natasha.
Keputusan Clint membawanya ke sini. Hidupnya berubah karena Clint. Hidupnya berubah karena Steve. Dan meski dua pria itu menduduki posisi yang berbeda, Natasha berutang pada keduanya.
