Second Down

Chapter 1: Confusion


Disclaimer: Riichiro Inagaki & Murata Yuusuke

Pairing: Riku Kaitani x Unsui Kongo


Matahari sudah mulai menghilang dari langit di kota Deimon, warna oranye yang remang mulai menggantikan warna biru. Para mahasiswa dan dosen dari Universitas Enma tidak begitu banyak terlihat di halaman depan gedung, mayoritas dari mereka sudah pergi dari gedung tersebut sejak dua jam yang lalu. Beberapa yang masih tinggal adalah para mahasiswa yang masih melakukan kegiatan klub-nya, mulai dari kegiatan serius seperti olahraga hingga kegiatan ringan seperti genshiken. Berbeda dengan klub lain yang masih melakukan kegiatan secara penuh, hari ini klub American Football mengurangi jam latihan mereka. Hal ini dikarenakan pertandingan persahabatan dengan tim kelas berat, Takekura Babel kemarin mengakibatkan banyak anggota yang merasakan sakit di mana-mana di anggota badan mereka.

Riku yang berada di ruang loker dari klub America Football melepas kaos olahraga berwarna putih miliknya yang basah karena keringatnya saat latihan. Rambut peraknya meneteskan bulir demi bulir keringat yang masih bercucuran akibat gerakan badannya beberapa menit sebelum ini. Dengan segera ia menyeka keringatnya dengan handuk yang bergelantung di lehernya, dan sambil menghela nafas ia menoleh ke arah kanan.

Ke arah kaptennya, Unsui Kongo.

"Apa ada sesuatu di wajahku?" Tanya Unsui yang menyadari tatapan Riku pada dirinya.

"Tidak, Unsui-san... Tidak ada yang salah," jawab Riku dengan senyum tipis.

Ia masih belum bisa melupakan rasa bahagia yang ada di dalam hatinya. Saat ini ia sedang menjalin hubungan romantis dengan Quarter Back dari tim American Football tersebut. Hal yang lebih cepat dari dugaannya, namun bukan berarti buruk. Justru sebaliknya, ia bisa semakin memantapkan langkahnya ke depan dengan segera bersama laki-laki yang setahun lebih tua darinya tersebut. Meski begitu, Riku dan Unsui masih merahasiakan hubungan mereka dari semuanya, beberapa kali mereka melakukan pertemuan berdua di atas atap gedung kampus Unsui saat makan siang, mereka tidak bisa melakukannya tiap hari karena jam kuliah mereka berbeda. Unsui yang setahun di atas Riku memiliki jadwal yang lebih longgar sedangkan Riku yang masih mahasiswa semester dua memiliki mata kuliah yang cukup padat.

Riku melihat sekeliling, sudah tidak ada siapa-siapa lagi. Biasanya Unsui sudah pulang lebih cepat karena harus mengurus apartemen tempatnya tinggal bersama Agon, adik kembarnya yang berambut dread dan entah bagaimana sedang menjalin hubungan yang dirahasiakan dengan Habashira Rui, namun entah mengapa hari ini Unsui masih berada di sini.

"Unsui-san... Hari ini, Unsui-san pulang terlambat ya?"

"Eh?" Unsui mendadak tergelagap, ia menggaruk bagian belakang dari lehernya dengan gugup, "I-iya... begitulah..."

Mengapa dia gugup?

"Apa Agon-san pulang malam?" Riku kembali menyeka keringatnya, matanya masih menatap pada Unsui.

"Y-ya..." Rasa canggung masih terasa di kata-kata Unsui, "Hari ini ia tidak pulang..." Unsui masih berdiri di sana, memegang handuk di tangannya, belum menutup pintu lokernya, matanya melihat ke arah lain, seperti tidak bisa menatap Riku yang belum melepaskan pandangannya pada Unsui.

"Apa ada yang salah?" Riku mengambil satu langkah lebih dekat pada seniornya, "Unsui-san tampak gugup..."

"Tidak apa-apa, Kaitani-kun—" Ditutupnya pintu lokernya dengan keras dan dengan segera Unsui memasukkan handuknya ke dalam tas miliknya, mengangkatnya ke punggung dan memunggungi Riku, "Aku akan pulang... S—sampai besok!" Tanpa basa-basi lagi Unsui langsung berlari menuju pintu keluar ruang loker dan melangkahkan dirinya pergi dari tempat tersebut. Meninggalkan Riku yang sedang bingung sendirian di ruangan itu.

"Unsui...san?"

Dia tampak aneh... Ada apa sebenarnya? Tapi sepertinya ia tidak ingin aku mencampuri urusannya... Buktinya ia langsung berlari keluar...

Riku memutar badannya dan menyenderkan punggungnya ke loker di belakangnya, Tapi saat ini kita kan...berpacaran... Jadi aku rasa... aku punya hak untuk tahu... Ia memalingkan mukanya ke arah pintu, mengingat sosok Unsui yang tampak bingung saat ia sedang keluar pintu tersebut, Tapi tunggu... Unsui-san adalah orang yang cukup tertutup, aku tidak bisa begitu saja memasuki apa yang ada di pikirannya, bisa-bisa ia merasa sangat terganggu ketika aku menanyakannya... Semakin bingung, Riku akhirnya duduk di kursi panjang di depan loker, Akhir-akhir ini kami memang kurang memiliki waktu berdua... hanya waktu makan saja... Apa itu yang membuatnya canggung? Tapi aku rasa bukan itu penyebabnya, Unsui-san tidak pernah canggung saat kami makan bersama... Berpikirlah Riku... Berpikirlah... Apa yang membuat Unsui-san canggung... Apa ada sesuatu yang tidak suka dilihatnya... dariku? Riku melihat ke arah badannya, Apa sosokku yang... tidak memakai baju atasan ini membuatnya risih? Ia menggelengkan kepalanya, Tidak, tidak, tidak, tidak mungkin karena ini! Unsui-san sudah sering melihat laki-laki lain tidak memakai baju atasan!

Laki-laki lain

Riku terdiam sejenak, ...Aku rasa bukan itu alasannya... Lagipula, tidak seharusnya aku terlalu memikirkan ini, aku harus memberinya jarak... aku tidak ingin membuat Unsui-san merasa aku terlalu mencampuri urusannya... meskipun aku pacaranya.

Padahal aku adalah laki-laki yang ia pilih.

Riku kembali menggelengkan kepalanya, "Aku... tidak boleh memikirkan hal seperti ini..." ia menggumam pelan lalu berdiri dan segera mengganti pakainnya, sampai akhirnya ia sadar akan sesuatu.

Kunci dari luang loker ini sedang dibawa oleh Unsui.

"Ah... ...gawat."

Mau tidak mau aku harus langsung menghubunginya... Riku menurunkan tas ransel miliknya dari pundak dan langsung menyambar ponsel berwarna putih di saku depan tas berbahan jeans tersebut dan menekan tombol cepat untuk menghubungi Unsui. Kakinya mengetuk lantai dengan cemas, ia khawatir akan luang loker yang ditinggal Unsui tanpa dikunci dan ia khawatir akan gelagat Unsui yang aneh.

"Halo, Kaitani-kun? Ada apa?"

Suaranya terdengar tidak gugup..."Unsui-san... kunci loker, kau lupa bahwa kau membawanya..."

"Ah?! Maafkan aku, aku benar-benar lupa bila aku sedang membawanya—"

Riku menghela nafasnya dan tersenyum tipis mendengar suara Unsui yang seperti biasa, "Segeralah kemari, aku akan menunggumu di sini..."

"Eh? M-menungguku? Ka-kaitani-kun pulang duluan saja, aku akan segera sampai ke sana," Suara Unsui kembali terdengar canggung.

"Tidak bisa, tidak ada orang di sekitar sini saat ini, saat ini ruangan ini adalah tanggung jawabku, Unsui-san..."

"B...baiklah... aku mengerti... Sampai ketemu..." Dengan itu Unsui memutus sambungan teleponnya dengan Riku, meninggalkan Riku kembali bingung dengan sikapnya yang mendadak berubah kepadanya. Ini semakin aneh... sebelum aku menyinggung soal loker ia terdengar biasa... apa ada sesuatu di tempat ini yang membuatnya gugup...?

Unsui-san... apa yang sebenarnya terjadi?


Dengan terengah-engah Unsui berlari ke arah ruang loker klub American Football, di sana ia melihat sosok Riku yang sudah menunggunya di depan pintu.

Jeans, kaos putih, dan jeans, khas Riku.

"Maaf, kau menunggu lama?" Unsui bertanya sembari mengeluarkan kunci ruangan dari sakunya.

"Tidak... Unsui-san datangnya terlalu cepat, kau berlari sampai terengah-engah begitu."

"M-maaf, aku hanya... khawatir bila kau berada di sini sendirian terlalu lama..."

"Unsui-san, tidak akan ada yang berani menyakitiku, kau tidak perlu khawatir..." Riku menyambar kunci loker dari tangan Unsui dan segera mengunci ruangan itu. Pemilik rambut perak tersebut menatap ke atas langit, sudah gelap, suasana kampus juga sudah mulai hening dari suara-suara teriakan Fight! dari para anggota klub olahraga yang berada di sekitar lapangan American Football.

"Justru..." Riku berbalik dan menatap Unsui, "kau yang membuatku khawatir."

"Eh?" Ada apa ini? Mengapa Kaitani-kun mendadak menggunakan nada serius?

"Apa yang terjadi... Unsui-san? Kau tampak aneh... sejak tadi... padahal tadi siang tidak ada masalah..." Riku tampak bimbang saat menanyakannya, tapi dari pandangannya tersirat bahwa ia sangat ingin tahun apa yang terjadi dengan kapten yang disayanginya tersebut.

"Ah—" Dia menyadarinya...? "Maaf... tidak ada apa-apa kok.. aku hanya..." Canggung.

"Hanya apa, Unsui-san? Gelagatmu yang aneh membuatku khawatir.. apakah ada sesuatu yang tidak membuatmu nyaman denganku di ruang loker?"

Loker?! "Mengapa kau menyimpulkan bahwa sesuatu terjadi di ruang loker?" Mengapa ia sadar?

"Saat kutelepon, ketika aku mengatakan loker, nada suaramu berubah," Riku mengambil satu langkah lebih dekat pada Unsui, "Saat kita berada di ruang loker tadi... Unsui-san tampak sangat aneh... kau tidak berani menatap mataku."

"Maaf...Kaitani-kun...Aku hanya..." Aku tidak tahu bagaimana aku harus mengatakannya... Aku... "Aku hanya merasa sedikit lelah, itu saja..."

Tidak... aku tidak merasa lelah... Maafkan aku, Kaitani-kun... entah mengapa aku sama sekali tidak bisa mengatakannya.

"Unsui-san… maaf bila aku berkata seperti ini… tapi…" Riku semakin mendekat pada Unsui, jarak satu langkah dari dirinya, "Aku adalah laki-laki yang menjadi pacarmu…" Dengan tegas Riku mengatakannya, "Jadi aku rasa…Unsui-san seharusnya… bisa lebih terbuka denganku," Riku tersenyum tipis dan menepuk bahu Unsui pelan, "Tapi aku tidak akan memaksa bila Unsui-san belum siap untuk terbuka denganku…" Dengan kalimat terakhirnya, Riku berjalan menjauhi Unsui, "Sampai besok."

Pacar…ku… Muka Unsui memerah, benar, ia memang sadar bahwa Riku adalah pacarnya tapi ia tidak pernah sadar bahwa ia akan merasa sangat malu bila Riku mengatakannya secara langsung. Riku adalah pengalaman pertamanya, dan ia harap, yang terakhir. Ia tidak pernah menjalin hubungan seperti ini sebelumnya, saat mereka makan berdua di atas atap pun, tidak terasa seperti hubungan romantis karena memang tidak ada apapun yang terjadi.

Aku adalah laki-laki yang menjadi pacarmu.

Kaitani-kun… Perasaan bersalah Unsui mulai muncul, ia bukannya ingin merahasiakannya namun, ia tidak ingin Riku tahu apa yang ada dipikirannya saat ini. Tapi… Kaitani-kun sepertinya tidak senang… Apakah aku memang harus memberitahunya…? Aku tidak tahu harus bertanya pada siapa… mengenai hal ini…

Unsui masih menatap punggung Riku yang berjalan menjauhinya, hingga akhirnya tidak terlihat lagi dari pandangannya. Aku ingin mendengar pendapat orang lain mengenai hal ini… tapi siapa…? Tanpa sadar Unsui melihat handphone-nya, dilihatnya satu per satu kontak yang tersimpan di dalam alat komunikasinya tersebut, siapa yang bisa ia mintai pendapat, siapa yang ia rasa nyaman untuk berbagi.

Habashira Rui.

Ah…

Ini dia.

Tanpa basa-basi lagi Unsui segera menekan tombol telepon untuk nama tersebut, ya, Habashira Rui yang saat ini sedang menjalin hubungan dengan adik kembarnya. Kalau Habashira-san… Kalau dia… Aku yakin dia akan lebih nyaman untuk diajak berbicara.

"Ah, Unsui ada apa? Kau mencari adikmu?" Jawab suara dari telepon di genggaman Unsui.

"Tidak, aku mencarimu, apakah kau ada waktu?"


Author's note:

Halo halo! Maafkan saya yang menghilang selama berbulan-bulan, sibuk dengan pekerjaan dan berbagai macam event. Well, bukan alasan sih, tapi saya juga kurang mendapatkan muse yang baik untuk membuat sekuel dari First Down ini. Beruntunglah saya sedang menyukai seseorang #nah entah mengapa muse-nya dapat dan jaja-n! saya akhirnya bisa menyelesaikan sekuel ini! Mungkin akan ada chapter kedua setelah deadline pekerjaan saya lewati karena lumayan nganggur setelah ini, hehehe. Anyway, feedback akan selalu saya terima dengan indah dan tentu, saya akan sangat bahagia bila menerimanya. Akhir kata, saya berterima kasih kepada semua yang sudah menyempatkan untuk membaca fanfic ini. Saya akan berusaha terus melakukan improvisasi di cerita berikutnya. Saya juga mendapat pertanyaan mengenai apakah saya tidak ingin membuat fanfic untuk fandom lain? Saya rasa untuk sementara ini tidak, kecuali memang ceritanya sudah benar-benar terbentuk di kepala saya. Apalagi saat ini saya merasa kualitas penulisan saya menurun, huhuhu.