Change
Chapter 1
By Arcinove
MARKCHAN/MARKHYUCK
GS
DLDR
"Jadi benar Mark tidak suka gadis?"
Terdengar betapa riuhnya suara berisik para gadis dari dalam toilet, ya seperti yang kalian tahu sebagian dari para gadis memang suka bergosip apalagi mengenai seorang idola sekolah seperti Mark Lee.
"Ah kau tau dari mana?"
"Kata anak-anak di kelas ku. Mereka hampir membicarakan ini setiap saat."
"Andweee, gak mungkin. Mark yang manly suka sama cowok?! Aku gak bisa bayangin." Kata seorang gadis berambut pirang sambil bergidik ngeri membayangkannya.
"Ya Yeri, itu bisa saja. Mark saja menolak pernyataan cintamu, dan lagi sampai saat ini aku sangat jarang melihat Mark dengan seorang gadis." Ucap seorang gadis dengan tubuh tinggi yang bernama Joy.
"Ah kecuali dengan sahabat tomboynya itu! Siapa namanya? Dong? Donghae? Dongchan." Ucap Yeri sambil mengingat-ngingat nama sahabat Mark.
"Pabbo, namanya itu Donghyuck, tapi biasa dipanggil Haechan!" Ucap Tzuyu sambil memukul kepala Yeri yang menurutnya sangat mudah lupa.
"Yak!" Yeri hendak membalas pukulan Tzuyu.
"Sudah, ayo kita ke kantin. Lagi pula menurutku Mark masih menyukai seorang gadis kok. Tapi menurutku tipe idealnya adalah gadis yang sangat cantik. Makanya sampai sekarang ia masih menjomblo." Ucap Seulgi selaku yang paling tua diantara mereka. Jika Seulgi tidak menengahi mereka, mungkin perdebatan ini akan terus berlanjut hingga jam istirahat selesai.
"Nah benar! Sudah ayo ke kantin." Kata Wendy langsung berjalan keluar toilet, sepertinya ia sudah sangat kelaparan.
Hingga suasana toilet kembali sepi, barulah keluar seseorang dari ruangan yang paling ujung di toilet tersebut.
"Jadi Mark menyukai gadis yang sangat cantik?" Seseorang tersebut berucap dengan pandangan kosongnya hingga akhirnya melihat ke arah cermin yang ada di depannya. Setelah ia melihat bayangan dirinya yang ada dicermin, dirinya menghela napas lalu berjalan gontai keluar.
"Yak, Haechan!" Mark melambaikan tangannya sambil berteriak memanggil seorang gadis, but wait.. Apa bisa dikatakan seorang gadis? Lihat saja, dia mengenakan celana, ya memang sih rambutnya panjang diikat dan wajahnya juga cukup manis.
"Kau berisik sekali Mark. Kau pikir di kantin ini hanya ada kau saja?!" Gadis yang Mark panggil berjalan ke arah meja Mark dan memukul punggung Mark dengan kencang.
"Aawww yak! Kau ini seorang gadis atau bukan sih Chan? Aish ini sangat sakit!" Mark mengelus punggungnya yang dipukul oleh gadis yang bernama Haechan.
Haechan tampak acuh dengan perkataan Mark dan memilih untuk duduk disebrang Mark, disamping Jaemin.
"Haechan-ah kau pakai celana lagi? Kau benar-benar gila. Bagaimana jika ketahuan Kim Seosaengnim lagi?" Jaemin memandang sahabatnya dengan tatapan tidak percaya.
"Aku sangat risih menggunakan rok itu, merepotkan saja." Ucap Haechan dengan santai sambil menyeruput orange juice yang ada di meja, entah punya siapa dia tidak peduli.
"Yak kau! Sudah memukulku sekarang malah minum minumanku." Mark mengacungkan jari telunjuknya ke depan muka Haechan. Yang ditunjuk hanya nyengir tanpa dosa dan kembali menyeruput orang juice milik Mark.
"Kalian ingin pesan apa? Biar aku yang belikan." Ucap seorang yang paling kalem diantara mereka berempat, Lee Jeno.
"Aku samakan saja denganmu chagi." Jaemin memberikan senyum termanisnya pada sang kekasih. Ya, mereka memang sepasang kekasih sejak awal masuk sekolah.
Mark dan Haechan yang melihat tingkah Jaemin membuat ekspresi ingin muntah, heol! Pindah tempat saja jika ingin pacaran. Maklum, mereka kan jomblo jadi agak sensitif hahaha.
"Makanya cari pacar!" Jaemin memeletkan lidahnya mengejek Mark dan Haechan yang masih memasang tampang sebal.
"Ah lebih baik aku ikut dengan Jeno saja." Haechan bangkit dari bangku kemudian menggandeng tangan Jeno menuju antrian yang cukup panjang.
"Yak! Jangan menggandeng kekasihku Lee Donghyuck!" Jaemin meneriaki Haechan begitu ia melihat Haechan dengan santainya menggandeng tangan Jeno ditambah Jeno yang menurut mengikuti langkah Haechan.
"Aishh anak itu, jinja." Jaemin hanya berdecak melihat Haechan yang mengabaikannya. Cemburu? Tentu saja tidak! Mereka berempat itu sudah bersahabat sejak lama dan mereka saling mengetahui sifat satu sama lain.
"Mark, kau tahu? Akhir-akhir ini kau menjadi bahan gosip di sekolah." Jaemin kembali berbicara, Jaemin itu orangnya memang tidak betah dengan suasana sunyi, maklum ia itu orang yang berisik sangat berbeda dengan kekasihnya Jeno yang kalem.
"Hm? Oh acuhkan saja Jaemin-ah."
"Acuhkan kepalamu! Kau itu di gosipkan gay! Terlebih banyak yang bilang kau itu gay dengan Jeno!" Jaemin memandang Mark dengan kesal.
"Mwo?! Hahahaha." Mark hanya tertawa mendengar perkataan Jaemin. Gay? Dengan Jeno? Heol! Tidak ada yang lain apa? Jika gay dia lebih baik memilih gay dengan maknae imut dari NCT127 idola favoritnya.
"Kenapa tertawa?" Haechan tiba-tiba sudah berada disamping Mark dengan tangan yang masih memegang nampan makanan.
"Aish, kau mengagetkanku!" Mark berjenggit kaget melihat Haechan yang tiba-tiba ada disampingnya. Haechan itu kalau dateng memang suka tanpa suara, tiba-tiba saja muncul.
"Makanlah." Haechan meletakan nampan makanan lalu memberikan sepiring nasi goreng kimchi untuk Mark.
"Wah, kau tahu saja aku sedang ingin makan nasi goreng kimchi."
"Jadi bagaimana Mark? Kau tidak gay kan?" Jaemin kembali bertanya pada Mark, Jaemin hanya ingin memastikan saja walaupun ia sudah yakin kalau Mark itu normal. Tapikan ia takut juga, bagaimana nanti jika Mark dan Jeno berselingkuh di belakannya? Okay, Jaemin kau terlalu parno. Haechan yang sedang minum langsung tersedak dan langsung batuk-batuk ketika ia mendengar pertanyaan Jaemin.
"Pelan-pelan Haechanie." Jaemin menepuk-nepuk punggung Haechan dengan pelan.
"Ani, tentu saja aku tidak gay. Aku suka seorang gadis kok." Mark menjawab pertanyaan Jaemin dengan santai lalu kembali melahap makanannya.
Haechan yang mendengar perkataan Mark kembali mengingat pembicaraan para gadis di toilet tadi. Haechan kembali mengingat salah satu dari gadis tersebut pernah menyatakan cintanya pada Mark dan ditolak, ah ya, Yeri. Heol gadis cantik seperti Yeri saja Mark tolak, berarti Mark benar-benar memiliki selera yang tinggi.
"...chan" "Haechan!" Mark melambaikan tangannya di depan wajah melamun Haechan.
"E-eoh? Wae?" Haechan kembali ke alam sadarnya.
"Kau kenapa melamun, cepat makan. Sebentar lagi masuk kelas." Jaemin mengingatkan Haechan.
"Ah aku sudah kenyang. Aku ke kelas duluan." Haechan kembali bangkit dari bangkunya dan berjalan keluar kantin.
Ketiganya bingung melihat tingkah Haechan, tidak biasanya anak itu bersikap seperti itu. Biasanya Haechan paling semangat melihat makanan.
"Sudah kenyang? Bahkan ia sama sekali tidak memakannya." Jeno berucap kalem sambil memandang piring milik Haechan yang masih utuh.
Mark hanya memandang Haechan yang berjalan gontai keluar kantin, Mark pikir mungkin mood Haechan sedang buruk makanya anak itu tidak nafsu makan. Akan tetapi Mark tetap khawatir pada Haechan.
"Kenapa tidak menyusulnya?" Kembali terdengar suara Jeno, dan kali ini ia memandang Mark dengan pandangan bertanya. Sebab Mark masih saja memandang ke arah Haechan yang sudah terlihat jauh.
"Mungkin ia butuh waktu untuk sendiri." Mark juga menghentikan kegiatan makannya, dirinya juga jadi tidak nafsu makan, entah kenapa.
"Mark pabbo! Kau selalu bersikap pura-pura tidak peduli." Jaemin berkomentar. Jaemin sudah gemas dengan tingkah Mark, sebenarnya ini bukan sekali dua kali sikap Mark yang seperti ini pada Haechan.
Haechan berjalan dengan pandangan kosong menuju kelasnya, mungkin ia harus tidur untuk melupakan hal-hal yang sedang ia pikirkan saat ini.
"Yo Haechan-ah!" Seorang merangkul Haechan dengan tiba-tiba membuat Haechan berjenggit kaget.
"Yak! Kau membuatku kaget pabbo." Haechan menghempaskan tangan laki-laki tinggi itu.
"Eiyyy begitu saja marah." Orang tersebut kembali merangkul Haechan dengan santainya. Haechan hanya acuh dengan perkataan orang tersebut, inginnya sih kembali menyingkirkan tangan yang ada di pundaknya, tapi pasti percuma. Lucas kan jahil, pasti jika Haechan menyingkirkan tangannya maka lucas akan kembali merangkulnya, maka dari itu biarkan saja. Dari pada lelah dengan percuma.
"Haechan-ah.."
"Hm."
"Chan-ah..."
"Mwo?"
"Haechanie.."
"Ahh wae?! Dari pada kau menggangguku lebih baik kau pergi sebelum aku menendangmu!" Haechan kesal dengan lucas yang mengganggunya saat ini, terlebih moodnya sedang buruk.
"Hahaha eiyy, aku kan hanya bercanda. Kau mau ikut tanding bola dengan sekolah ZC tidak?"
"Kapan?" Haechan langsung menengok dengan semangat ke arah Lucas.
"Uhh dengar bola saja langsung semangat!" Lucas mengusak-usak rambut Haechan, membuatnya jadi sedikit berantakan.
"Yak! Hentikan!" Haechan berusaha menahan gerakan tangan Lucas, akan tetapi percuma, Lucas kan sangat tinggi jadi Lucas bisa dengan mudahnya mengacak-acak rambut Haechan sambil tertawa nista.
"Hari ini jam 3, ikut tidak?"
"Yahhh, aku tidak bisa. Aku sudah ada janji." Haechan kembali mengingat kalau ia sudah membuat janji dengan Chenle, adik dari Mark.
"Janji dengan siapa?" Ekspresi Lucas langsung berubah serius begitu mendengar jawaban Haechan.
"Bukan urusanmu." Haechan memeletkan lidahnya, meledek Lucas.
"Yak, beri tahu aku Haechan-ah. Atau aku akan..."
"Akan apa?" Haechan bertanya dengan nada menantang.
Lucas langsung kembali mengusak-usak kepala Haechan, membuat rambut Haechan lebih berantakan lagi.
"Yak! Yak! Hentikan pabbo!"
"Beritahu aku atau aku akan terus melakukannnya."
"Arra arra, hentikan dulu pabboya!"
Lucas menghentikan kegiatannya, menunggu Haechan merapikan rambutnya dengan wajah menggerutu yang menurut lucas sangat imut, lihat saja bibirnya ughhh.
"Aku sudah janji dengan Chenle."
"Hahaha sudah kuduga. Tidak mungkin kau ada janji dengan seorang pria." Lucas tertawa dengan lebarnya dengan perasaan lega. Kenapa lega? Entahlah.
"Sialan kau."
"Yak jangan mengumpat padaku."
Lucas kembali merangkul Haechan melanjutkan perjalanan mereka menuju kelas tanpa menyadari seseorang dibelakang mereka yang memperhatikan mereka sejak tadi dengan pandangan tajam dan tangan mengepal menahan emosi.
Siapa?
Entahlah, kalian akan tahu di chapter berikutnya *mungkin* Lol.
.
.
.
Tbc~
