CHAPTER 1
.
.
.
Dunia itu terkadang tidak adil.
Pernahkah kalian berpikir seperti itu? Mungkin ada yang tidak atau pun sebaliknya, bukan?
Pernyataan itu sudah bukanlah hal yang aneh. Dilihat dari perspektif setiap orang dan pola pemikiran masing-masing, pernyataan itu bisa saja benar atau pun salah.
Contohnya seperti gadis cantik yang satu ini—sekaligus sang protagonis yang akan kita jelaskan mengapa pikiran tersebut terlintas di kehidupannya.
Sebelumnya, dia tidak pernah berpikir kalau dunia itu tidak adil—bahkan dia menyangkal pernyataan itu di dalam dirinya sendiri.
Setiap kehidupan pasti adil dan sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa; itulah sepenggal dari gagasan pikirannya—sebelum semuanya berubah.
Gadis cantik berambut panjang jingga tersebut saat ini sangat menikmati kehidupannya bersama orang tua dan juga kakak laki-lakinya. Meskipun kehidupan mereka itu biasa saja atau di bilang sederhana, itu sudah cukup baginya. Dia tidak pernah menuntut atau menginginkan hal royal dari keluarganya.
Asalkan mereka bisa bahagia sebagai satu keluarga yang harmonis.
Ya, seperti biasa saja cukup. Aku tidak membutuhkan hal lain lagi, pikirnya mantap sambil mengangguk ketika bercermin di depan meja rias miliknya sendiri di kamar tidur.
"Kagura, waktunya makan malam!"
Panggilan bak suara harpa nyaring tersebut terdengar oleh gendang telinganya—familiar akan suara wanita cantik dari luar kamaryang diendapi—yang tidak lain dan tak bukan ialah Kouka, Mami yang paling dia sayangi.
"Baiklah, aku sebentar lagi ke bawah-aru!~" teriak Kagura dari kamar.
Dia mengikat rambutnya menjadi style twintails lalu segera turun ke lantai bawah untuk makan malam bersama.
Aroma masakan yang dibuat Mami Kouka tercium begitu harum semerbak, sampai membuat perut Kagura berbunyi dikarenakan oleh lapar yang menggerogoti perut.
"Selamat malam Mami, Baka-Aniki." ucapnya dengan dua nada suara berbeda seraya duduk di kursi meja makan.
"Berhenti memanggilku seperti itu, Baka-Imouto!" protes Kamui, kakak laki-laki Kagura yang hanya beda 4 tahun lebih tua darinya.
Sambil tersenyum sadis, ia melanjutkan perkataannya. "Seharusnya kau lebih menghormatiku dan sopan, karena aku ini Onii-chanmu."
Kagura hanya memutar bola matanya malas tanpa memperdulikan omongan besar kakaknya tersebut.
Iyain aja biar fast.
"Karena kau bodoh makanya aku panggil seperti itu. Jangan protes-aru." Kagura menatap sinis si kakak yang duduk tepat di hadapannya.
"Siapa yang kau panggil bodoh, ha?!" Kamui menatap sinis balik, senyuman sadis masih terukir di wajahnya.
"Kau-aru." Sang adik membalas dengan tanpa beban.
Seketika perempatan siku-siku muncul di pelipis Kamui dan efek petir menjadi backsound pertengkaran mereka.
Oke ini maksudnya apa? Kalian pasti tau kan? Tau lah ya jadi lanjut.
Apakah ini yang Kagura pikir sebagai keluarga harmonis?
Ya, harmonis.
Catatan: Pengecualian untuk Kamui—tapi tidak usah dipikirkan.
Adik Kakak yang satu ini memang selalu bertengkar; setiap saat, setiap berkumpul, mau kapan pun dan dimana pun. Jadi sudah biasa, bukan? Selain itu, pertengkaran antara Adik-Kakak bukanlah hal aneh di dunia ini.
"Sudah sudah—Kamui, Kagura, jangan bertengkar." ucap Kouka sambil menyiapkan makanan di meja makan.
Kedua anaknya itu pun berhenti bertengkar dalam sekejap.
The power of emak.
"Mami, mana Papi?" tanya Kagura yang baru saja menyadari kalau Papi nya tidak ada bersama mereka.
Kouka duduk di samping anak perempuannya itu dan mengelus lembut kepala Kagura.
"Papi masih bekerja, tapi sebentar lagi dia akan pulang." jawabnya singkat dengan senyuman, "Selain itu Kagura, bagaimana kuliahmu?" sambungnya.
"Hm~ Lancar-aru. Aku pasti akan lulus dengan nilai yang lebih besar dari si Baka-Aniki ini!" Kagura menunjuk Kamui tepat di depan matanya. Yang bersangkutan hanya menatap datar adiknya tersebut sambil terus makan. Melihat itu pun, Kouka hanya tersenyum maklum dan ikut makan bersama kedua anaknya.
Beberapa menit kemudian, suara ketukan terdengar dari pintu masuk. Kagura yang baru saja selesai membantu Kouka membereskan bekas makan pun langsung berjalan menuju depan pintu.
"Iyaaa~ Tunggu sebentar!" serunya seraya membuka pintu itu perlahan.
"Oh, Papi! Okae—?"
Perkataan Kagura terpotong ketika melihat ekspresi Papinya—Kanko—yang sangat muram, frustasi, sedih, dan kacau. Ya, semacam itulah.
Hati kecil Kagura refleks memberitahunya kalau ini pertanda buruk.
Kanko yang saat itu tidak menunggu apa pun lagi langsung saja masuk ke dalam rumah. Dia duduk di sofa dengan risau, membuat Kamui dan Kouka yang memperhatikannya pun juga kebingungan.
"Ada apa, Kanko? Apa sesuatu terjadi?" tanya Kouka kepada suaminya. Wanita tersebut duduk di samping suaminya, menunggu penjelasan kenapa Kanko berekspresi seperti ini.
"Apa di pekerjaan Papi ada masalah?"
Kali ini sang gadis yang bertanya, menatap khawatir sekaligus takut kalau memang sesuatu terjadi.
Kanko menghela nafas panjang lalu menatap satu persatu anggota keluarganya dengan serius.
"Ya… Telah sesuatu terjadi, kalian jangan kaget dan dengarkan aku." ucapnya dengan begitu lesu.
Kamui, Kagura, dan Kouka mengangguk pelan, tanda kalau mereka siap mendengarkan semuanya. Kanko pun mulai menceritakan semua yang terjadi. Alasan kenapa dia berekspresi seperti itu, apa yang akan terjadi terhadap keluarga kecilnya, dan juga halangan bagi masa depan anak-anaknya karena masalah tersebut.
Semuanya membelalakkan mata tidak percaya dengan apa yang baru saja diceritakan Kanko—terutama Kagura.
Dia bukan hanya terkejut, tapi tersentak.
Dia tidak menyangka masalah seperti ini akan terjadi kepada keluarganya.
Ini bohong, bukan?
Hati kecilnya bergumam demikian.
Tentu saja, Kagura tidak akan menerima semua ini.
Dia akan mencari segala pun cara untuk menyelesaikan masalah ini.
Ya, apapun caranya.
"Tenang saja, Papi. Aku pasti akan mencari jalan keluarnya."
.
.
.
Unfair Affair (OkiKagu Fanfiction)
by Collaboration of Shiroyasha Shena & D.N.A. Girlz
Gintama by Sorachi-sensei
We just own this fic, the prompts purely are from us with some made up storylines and some references from K-dramas. The disclaimer belongs back to its own.
Warning: Don't expect us too much cuz it's too rush ;;;
Pairing: Okita X Kagura 4EVER (some hints with other pairs will be added soon)
Rating: T
Genre: Romance/Comedy/Family/lil' drama queen stuff
Asli dari pemikiran author. Jika iya, itu dikarenakan oleh ketidak sengajaan, mohon dimaklumi. Kalau ada typo, kritik dan saran, tolong bilang ya~
Long Live Gintama Fandom and be creative in any supporting way ^_^
Suka tapi mau review? Yah silahkan review x3
Suka tapi gak mau review? Silahkan Fav~ :D
Gak suka tapi mau review? Ampun jangan flame xC
DLDR! WDGAF LOL
Happy reading guys~
BGM for this Chapter: Expensive – Tori Kelly
.
.
.
Okita Group; sebuah perusahaan raksasa yang menaungi berbagai hotel di Jepang mau pun kancah luar negeri. Bisa dibilang juga sebagai salah satu dari sekian perusahaan yang sangat mendominasi dunia perhotelan. Setiap orang pasti kebanyakan pernah mendengar nama Okita Group karena saking terkenalnya.
Perusahaan tersebut kini dipimpin oleh sang Okita bersaudara—Okita Mitsuba dan Okita Sougo. Mereka mengambil alih dan meneruskan usaha raksasa tersebut semenjak kedua orang tuanya meninggal.
Meskipun posisi kepala CEO saat ini adalah sang kakak perempuan Mitsuba, tetapi Sougo sang protagonis laki-laki di cerita ini selalu menyempatkan diri untuk membantu kakak perempuannya tersebut di kala kesulitan dalam menangani berbagai aspek.
Apa kalian bertanya-tanya kenapa bukan Sougo yang menjadi bos, meski pun anak laki-laki dan anak kedua?
Itu karena dia masih harus meneruskan kuliahnya yang tengah menanjak tahun ketiga. Pemuda berambut coklat pasir panjang dan diikat satu ini sangatlah menyayangi kakak.
Apapun akan dia lakukan demi membahagiakan Mitsuba, meski pun itu sampai mengorbankan jiwa dan raganya.
Eaa, sok puitis, mz.
Selama ini dia selalu menuruti perkataan Mitsuba dengan senang hati, tanpa merasa terpaksa sama sekali.
Ya, sebelum hal yang tak ia sangka terjadi.
Pada suatu malam, Mitsuba memanggil Sougo untuk datang ke ruangan kerja di rumah mereka yang besar bakistana. Sougo—seperti biasanya menuruti perkataan sang kakak—dan segera datang tanpa menunggu apa pun lagi.
Dia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam.
"Selamat malam, Aneue. Apakah kau memanggilku?" Sougo menyapa dengan senyuman dan dibalas senyuman manis oleh Mitsuba, sang kakak tersayang.
"Sou-chan, akhirnya kau datang. Maaf ya, akhir akhir ini aku jarang pulang. Banyak sekali pekerjaan yang harus diurus. Apa kau makan dengan benar, Sou-chan?"
"Tidak apa, Aneue—tapi kau jangan terlalu memaksakan diri. Jika ada hal yang bisa aku bantu, bilang saja. Aku pasti akan membantu Aneue." jawab Sougo seraya duduk di sofa yang berada di hadapan Mitsuba, "Dan tentu saja aku makan dengan benar, karena tidak ingin membuat Aneue khawatir."
" Baguslah kalau begitu, jangan sampai kau lupa makan ya, Sou-chan." Mitsuba tersenyum lembut, senang karena adik semata wayangnya ini memang baik-baik saja. Akhir-akhir ini dia selalu sibuk mengurus pekerjaan sampai tidak bisa bertemu dengan Sougo. Salah satu hotel Okita Group cabang Jepang sedang mendapat proyek kerjasama besar dengan perusahaan lain. Dan juga sebenarnya, alasan Mitsuba pulang ke rumah karena ada hal yang harus dibicarakan dengan Sougo, berhubungan dengan proyek besar dan penting untuk kemajuan investasi serta saham mereka.
"Anu… Aneue, ada apa kau memanggilku? Apa ada sesuatu yang harus aku bantu?" tanya Sougo sambil memperhatikan Mitsuba yang menatapnya. Entah kenapa dia bisa merasakan aura keseriusan dari kakak perempuannya tersebut.
Sebenarnya apa yang akan dibicarakan Aneue?
"Sou-chan, soal alasan kenapa aku memanggilmu ke sini itu karena aku merindukanmu. Tapi ada juga alasan lain, alasan yang sangat penting."
Mitsuba tersenyum sambil mengambil sebuah map folio hitam dari tasnya dan memberikannya kepada Sougo. Pemuda bersurai coklat pasir tersebut memperhatikan map tersebut sebelum mengambilnya dari tangan Mitsuba.
"Aneue, ini ap—"
"Kau lihat saja dulu, Sou-chan." Mitsuba memotong perkataan adiknya itu.
Dengan ragu-ragu Sougo membuka map itu perlahan-lahan. Manik rubinya seketika membesar ketika melihat apa isi dari map tersebut.
Ini bohong, bukan?
Tidak, ini tidak mungkin terjadi. Manik rubi miliknya terfokus ke foto seorang perempuan yang ada di dalam map hitam tersebut. Orang yang sangat dikenalnya—tidak, kita ralat—Orang yang sangat dicintainya dulu.
Tanpa bertanya pun Sougo bisa langsung tahu apa maksud dari niat saudarinya tersebut.
"Aneue…"
Sougo menatap Mitsuba dengan tidak percaya. Melihat ekspresinya, Mitsuba tahu kalau dia harus dibujuk.
"Sou-chan, perusahaan kita sedang ada proyek besar dengan perusahaan tersebut. Dan bos dari perusahaan itu ingin kau menikahi anak perempuannya demi menambah ikatan kerjasama agar mempermudah kelancaran proyek perusahaan kita."
Mitsuba beranjak dari tempat duduknya dan duduk di samping Sougo, "Kau tidak keberatan bukan, Sou-chan?" lanjutnya sambil mengelus pelan kepala sang adik.
"T..—Tapi… Aneue, kenapa harus dengan pernikahan? Apakah tidak ada cara lain selain ini?" tanya Sougo, masih dengan ekspresi tidak percayanya.
"tapi dengan pernikahan, hubungan kita dengan pihak mereka akan lebih baik, bukan? Jadi, aku pikir inilah pilihan yang terbaik. Maaf aku memutuskannya sendiri tanpa menanyakan persetujuanmu dulu, Sou-chan."
Ini benar-benar buruk.
Baru kali ini dalam hidupnya, seorang Okita Sougo merasa keberatan dengan tindakan kakak perempuan yang sangat ia sayangi.
Pertama kalinya dia tidak ingin mengikuti perkataan dan keinginan Mitsuba.
Tentu saja, bukan? Ini berhubungan dengan kehidupannya.
Pernikahan itu bukanlah hal yang sederhana. Sougo tahu itu, dan dia tidak mau pernikahannya direncanakan seperti ini oleh orang lain—meskipun orang itu adalah kakak kandungnya sendiri.
Aku harus menolaknya, pikir Sougo dengan mantap.
Tapi di sisi lain; jikalau dia menolak, proyek besar itu pasti akan gagal dan nama baik dari Okita Group—juga nama baik Mitsuba—pasti akan tercoreng.
Dia harus memikirkan alasan yang masuk akal agar rencana pernikahan ini bisa dibatalkan tanpa menimbulkan kerugian dari kedua belah pihak.
Sougo terus berpikir keras agar mencari solusi yang terbaik. Dia harus menemukan solusinya, apapun caranya.
Ya, apapun itu.
Melihat adiknya yang hanya diam saja, Mitsuba pun mulai khawatir dan angkat bicara, "Ah… Maafkan aku, Sou-chan. Apakah ini terlalu berlebihan buatmu? Ataukah kau sudah memiliki pasangan?"
Hah? Pasangan?
Sebuah ide pun tiba-tiba muncul di kepala pemuda tampan tersebut.
Kalau dia punya pasangan, dia bisa menolak rencana pernikahan ini dengan baik-baik dan nama Mitsuba atau pun Okita Group tidak akan tercoreng sedikit pun.
Itu dia!
Tapi masalahnya, apakah Sougo punya pasangan?
Sebenarnya tidak.
Tapi dia pasti akan mencari perempuan yang akan bersedia menjadi pasangan palsunya—perempuan yang akan mengikuti semua rencananya tanpa menimbulkan masalah sesudahnya.
Ya, dia pasti akan menemukan perempuan itu.
Apapun caranya.
"Sou-chan?" panggil Mitsuba pelan, kekhawatiran masih terdengar dari nada bicaranya.
Sougo tersadar dan menatap balik kepada yang bersangkutan.
"Aneue, maafkan aku. Sebenarnya, aku sudah memiliki pasangan yang sangat aku cintai." ucap Sougo dengan penuh keseriusan.
Dia menatap Kakak perempuannya lembut lalu tersenyum tipis, "Aku akan segera memperkenalkannya kepadamu."
Aku pasti akan membatalkan rencana pernikahan sialan ini!
.
.
.
[Keesokan harinya, Universitas Yamanto]
.
Hari itu terlihat sangat cerah dan juga ramai, cuaca yang pas untuk jalan-jalan bersama teman kampus setelah semua mata kuliah beres.
Ya, seharusnya begitu.
Tapi gadis protagons kita tidak berpikiran ke arah sana sama sekali.
Kepalanya penuh dengan masalah baru yang menimpa keluarganya kemarin malam. Wajahnya bertambah suram karena dia sudah dipinta untuk datang ke bagian administrasi sekolah.
Kalian tahu kenapa?
Karena hari ini adalah waktunya dia membayar biaya kampus.
Tapi karena masalah keluarganya itu, Kagura belum bisa membayar semuanya dan dia harus meminta sedikit waktu kepada pihak administrasi untuk mengundur hari pembayarannya. Kagura hanya bisa menghela nafas panjang sambil terus melangkah kan kakinya di lorong kampus.
"Ini pasti akan sulit-aru." gumamnya pelan.
Sesampainya di ruang administrasi, Kagura pun langsung memberitahu alasan kenapa dia meminta pengunduran waktu. Dia berharap pihak administrasi akan memberinya sedikit toleransi. Tapi kenyataan tidaklah begitu mudah. Kagura tidak akan menyerah, dia akan terus berusaha untuk membujuk pihak administrasi.
Dia sudah berjanji akan mencari jalan keluarnya.
Aku tidak akan menyerah, batin Kagura dengan tekad.
Sementara itu, pemuda tampan yang tidak lain dan tak bukan selain Okita Sougo sedang dilanda kebingungan yang sangat dalam pula.
Dia sedikit kesulitan mencari perempuan yang akan menjadi pasangan palsunya.
Sebenarnya mudah saja kalau dia langsung memilih asal perempuan yang ada di sekelilingnya. Di kampus, Sougo termasuk salah satu dari sekian lelaki yang sangat popular; karena aspek ketampanan dan juga kekayaannya.
Banyak sekali perempuan yang mencoba mendekatinya dan berharap jadi pasangannya. Tetapi Sougo mengacuhkan semua perempuan yang bergitu.
Alasannya? Sederhana saja.
Itu karena yang mereka lihat bukanlah dirinya yang sebenarnya—melainkan seorang Okita Sougo, sang penerus Okita Group yang sangat terkenal dan kaya raya.
Cih, memikirkan perempuan matre seperti itu menjadi pasangannya saja membuat Sougo ingin muntah sendiri. Karena itulah meskipun sekarang dia hanya mencari pasangan palsu, dia tidak akan memilih perempuan-perempuan yang seperti itu.
Memuakkan.
"Aku harus mencari perempuan yang tidak akan mencari masalah nantinya…" gumam Sougo pelan.
Dia terus berjalan di lorong sambil berharap menemukan perempuan yang dia maksud.
Langkahnya terhenti ketika dia mendengar samar-samar percakapan dari dalam ruang administrasi, membuat Sougo sedikit mendekat ke pintu ruangan itu agar percakapannya terdengar jelas di telinga.
"Aku pasti membayarnya. Tolong aku hanya meminta waktu sedikit saja-aru!" terdengar suara perempuan muda yang ada di ruangan itu.
Sougo mengangkat sebelah alisnya, langsung mengetahui apa yang terjadi di dalam sana.
Tidak bisa membayar biaya, ya?
Dia memperhatikan perempuan itu dengan detail dari jendela atas pintu masuk.
Rambut panjang jingga terurai, manik safir yang terlihat begitu indah, dan juga badannya yang ramping dan ideal.
Cocok untuk menjadi pasangan palsunya.
Seringaian kecil terukir di wajah tampannya ketika suatu ide menyenangkan muncul di kepalanya.
Sudah ia putuskan, ia akan menjadikannya kandidat.
Ini akan menjadi hal yang menarik, pikirnya.
Dengan santai, Sougo perlahan masuk ke dalam ruangan administrasi dan mendekati Kagura.
Refleks Kagura dan pihak administrasi menoleh ke pemuda tampan itu.
"Aku akan membayar semuanya." sahut Sougo dengan santai sambil mengeluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya ke pihak administrasi.
Kagura yang terkejut pun hanya bisa menganga tidak percaya. Dia tidak mengerti kenapa orang di hadapannya ini tiba-tiba datang dan membayar semua biaya kampusnya.
Tunggu dulu, ini aneh sekali!
"K—Kau siapa-aru?!" Kagura menyerukannya nada bicara yang tinggi.
Sougo langsung menoleh dan menatapnya intens.
"Siapa, kau bilang? Kau tidak tahu siapa aku?" Sougo menjawab dengan pertanyaan lagi.
Dia heran, baru kali ini ada orang yang tidak mengenalnya. Kalau seperti biasanya, orang-orang pasti langsung mengenalinya hanya dengan lirikan saja.
"Jangan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lagi-aru! Kau siapa?!" Kagura bertanya sekali lagi.
Sambil terdiam beberapa saat, Sougo menyeringai—terhibur akan apa yang ia dengar.
"Heee… Ini menarik." ucapnya singkat.
Kagura mengerjap-ngerjapkan matanya, semakin bingung dengan lelaki yang ada di hadapannya itu. "Hah?"
"Ikut aku."
Sougo langsung menarik Kagura keluar dari ruangan administrasi. Dia berjalan menuju atap kampus, menghiraukan gadis itu yang berusaha berontak.
"Lepaskan aku-aru!" ucap Kagura sambil terus berusaha melepaskan tangan kecilnya dari genggaman Sougo. Namun percuma saja, tenaga lelaki lebih besar dari tenaga perempuan. Mau seberapa besar dia berontak, Kagura tidak bisa melepaskan tangannya dari genggaman lelaki yang tidak ia kenal itu.
Sesampainya di atap, Sougo baru melepaskan tangan Kagura.
Dia bersandar di tembok dan menatap Kagura intens, membuat gadis cantik itu bergidik karena ditatap dengan sorot mata yang terlihat begitu tajam dan dingin.
"A-Apa?! Kau siapa, ha?!" Kagura memberanikan diri untuk menatap balik Sougo walau terbata-bata sesaat.
Mendengar itu, Sougo meledakkan tawanya dengan puas layaknya seorang maniak.
Kagura hanya bisa terdiam melihatnya begitu.
Setelah meredakannya, Sougo menyeringai dengan puas. "Kau benar-benar tidak tahu siapa aku? Hahaha… Menarik! Sepertinya aku tidak salah memilih perempuan."
Eh?
Memilih perempuan? Apa maksud orang ini?
Kagura bertanya-tanya dalam hati dengan pertanyaan tersebut.
Pikirannya seketika buyar ketika melihat Sougo mulai berjalan mendekatinya.
"J-Jangan mendekat-aru!" bentak Kagura keras seraya mundur menjauhi Sougo. Namun pemuda bersurai coklat pasir tersebut menghiraukan bentakan Kagura dan terus berjalan mendekat—sampai memojokkan gadis cantik itu di tembok.
BAM!
Kagura yang berkeringat dingin pun terjebak di antara kedua lengannya.
Sougo dengan dinginnya berkata, "Kau, jadilah pasanganku."
.
.
.
.
.
HA?
"Ha?"
Hanya itu yang bisa dikatakan, dikarenakan Kagura tengah mencoba mencerna perkataan yang baru saja keluar dari mulut Sougo.
Pasangan? Maksudnya?
"Jadilah pasangan palsuku."
Masih dengan nada bicara yang sama seperti sebelumnya, Sougo berkata demikian.
Kagura yang sudah tidak tahan dengan sikap lelaki bodoh itu mulai tidak bisa menahan amarahnya.
"Hei, apa maksudmu pasangan palsumu, ha?! Memangnya kau itu siapa? Seenaknya saja tiba-tiba datang dan membayar semua biaya kampusku—dan sekarang kau memintaku untuk menjadi pasangan palsumu? Jangan bertingkah seenaknya-aru!" bentak Kagura sambil menarik baju Sougo degan kasar dan kesal, "Kau itu tuli atau apa?! Siapa kau sebenarnya?!"
"Hoo… Ternyata kau berani juga kepadaku." ucap Sougo datar.
Dia perlahan mengambil ponselnya dari saku dan memotret keduanya.
CKREK!
Mendengar suara kamera, Kagura refleks melepas cengkramannya di baju Sougo.
"A-Apa yang kau lakukan?!"
Sougo dengan santai merapikan bajunya,"Aku hanya mengambil bukti yang bisa aku pakai sebagai alasan."
Seringai licik menghias bibirnya, "Karena kau benar-benar tidak tahu siapa aku, aku akan memberitahumu. Aku adalah Okita Sougo, penerus dari Okita Group. Sekarang sudah tahu, bukan?"
DEG
Manik safir Kagura seketika membesar, tidak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulut pemuda tersebut.
"K—Kau.. penerus Okita Group yang itu?" Kagura bertanya memastikan.
"Ya, itu aku." ujarnya singkat.
"Tapi kenapa kau melakukan ini, hah?! Aku bahkan tidak mengenalmu, jadi untuk apa kau membantuku?!"
"Membantu? Haha.. Kau bercanda, ya?" Sougo tertawa sarkastik.
Dia meraih ujung rambut Kagura dan memainkannya dengan tangannya sambil berkata datar, "Aku hanya memanfaatkanmu."
"Memanfaatkanku..?"
"Ya, aku hanya memanfaatkanmu. Karena itu, aku membayar semua biaya kampusmu."
Dia menatap pada Kagura dengan dingin, "Kau tahu? Aku sedang mencari perempuan untuk dijadikan pasangan palsuku, agar pernikahan yang direncanakan kakakku bisa dibatalkan. Dan tanpa sengaja aku menemukanmu yang sedang kesusahan. Karena itu, kau harus menjadi pasangan palsuku. Anggap saja sebagai… nasib yang mempertemukan kita."
Gadis itu menatap nyalang. "Siapa juga yang mau menjadi pasangan palsumu, ha!? Aku tidak akan menuruti keinginanmu-aru!" tolak Kagura mentah-mentah.
Mendengar penolakan yang kesekian kalinya pun, membuat Sougo terdiam sejenak sebelum menyodorkan ponselnya di hadapan Kagura.
"Kau boleh saja menolak. Tapi kau lihat foto ini? Foto yang aku ambil tadi."
Kagura terdiam menatap ponsel dan pemuda di hadapannya tersebut.
"Aku akan bilang kalau kau memaksaku untuk membayar semua biaya kampusmu. Kalau semua orang tahu kau mengancam penerus Okita Group, maka hidup perkuliahanmu akan hancur, bukankah begitu?" ucap Sougo sambil tersenyum sadis.
"KAU SIALAN!" seru Kagura keras dan kesal.
Sungguh bodoh dirinya ini, karena sudah terjebak di perangkap orang terlicik yang pernah dia temui selama hidupnya.
"Terserah kau mau menganggapku apa," Sougo menarik dagu Kagura kasar dan menatap manik safirnya dari dekat.
"Karena apa yang bisa kau lakukan, hm? Menolaknya? Aku tahu keluargamu sepertinya sedang dalam masalah, karena itu kau tidak bisa membayar biaya kampusmu."
"Itu bukan urusanm—"
"Kalau kau menjadi pasangan palsuku, aku juga akan membantu masalah keluargamu. Bagaimana? Bukan tawaran yang buruk, bukan?"
Kagura terdiam mendengar penawaran itu.
Seketika ingatan sewaktu malam tadi terlintas di kepalanya.
.
.
.
FLASHBACK
"Ya… Telah sesuatu terjadi, dengarkan aku." Kanko menghela nafas panjang sebelum mulai menceritakan apa yang terjadi.
"Hari ini di kantor, teman kerjaku sepertinya ada yang curang dan mengambil uang milik perusahaan. Ketika bos mengetahui ada pegawai yang mengambil uang itu, semua pegawai dikumpulkan. Dan entah kenapa semua kesalahan itu dilimpahkan kepadaku. Bos memintaku untuk menggantikan semua kerugian yang terjadi, karena litulah..." jelas Kanko.
Dia memijit pangkal hidungnya, kepalanya sakit karena memikirkan hal tersebut.
"Apa maksudnya itu, ha? Kau tidak menyangkalnya, Oyaji?!" Kamui angkat bicara dan menggebrak meja lumayan keras.
"Tentu saja aku menyangkalnya, tapi Bos tidak mendengarkannya karena bukti pengambilan uang itu entah kenapa ada di lokerku!" jawab Kanko ikut emosi.
Agar reda, Kouka berusaha menenangkan suami dan anak laki-lakinya tersebut.
"Sudah sudah, ini bukan waktunya untuk saling emosi." Dia mencoba menenangkan keadaan sebelum menanyai sang suami, "Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Kanko menghela napas lelah. "Tak ada cara lain lagi, aku harus membayar semua kerugian. Karena kalau tidak, rumah ini akan disita."
Dia menoleh kepada anak gadisnya.
"Kagura, maafkan aku. Tapi bisakah kau meminta sedikit waktu ke pihak administrasi kampus besok pagi? Aku pasti akan membayar semuanya. Aku akan menyelesaikan masalah ini dengan cepat."
"Kau harus. Aku akan membantumu." sahut Kamui dengan serius.
"Aku juga pasti membantumu, Kanko. Tenang saja, semuanya pasti baik-baik saja." Kali ini Kouka yang berbicara. Dia mengusap pelan punggung suaminya tersebut.
Kanko tersenyum kecil, bahagia karena memiliki keluarga yang pengertian.
"Arigatou... Maaf merepotkan kalian semua." ucapnya singkat.
Kagura yang sedari tadi duduk terdiam pun langsung beranjak dari tempatnya. Dia mendekati Kanko dan memeluk Papi nya itu erat. Ekspresinya berengut serius dan menahan emosi.
"Tenang saja, Papi. Aku pasti akan mencari jalan keluarnya."
FLASHBACK END
.
.
.
Kagura sudah berjanji kepada Papi nya—kalau dia akan mencari jalan keluar dari semua masalah ini.
Apapun caranya.
Ya, apapun itu asalkan masalahnya bisa cepat selesai.
"Apa jawabanmu?" tanya Sougo sambil terus menatap manik safir milik Kagura yang menerawang tadi.
"Kau berjanji akan membantu masalahku?"
"Tentu saja. Aku tidak pernah melanggar janji yang aku buat, itu prinsipku."
Kagura menghela nafas panjang dan menatap balik manik rubi milik Sougo.
Keheningan tercipta beberapa detik diantara mereka berdua.
"Deal. Aku akan menjadi pasangan palsumu dan kau harus membantu masalahku." ucap Kagura dengan serius.
Senyuman kemenangan pun terukir di wajah Sougo.
"Oke, aku senang kau menerima tawaranku."
"Kalau kau berbohong, aku akan membunuhmu meskipun kau penerus Okita Group." Ancam Kagura sambil mendorong jauh dada bidang Sougo.
Sang empunya hanya tertawa kecil dan menatap Kagura dengan tatapan terhibur.
"Ini menarik/merepotkan." ucap Kagura dan Sougo bersamaan.
Kagura tidak tahu sama sekali. Apakah ini keputusan terbaik yang dia pilih? Ataukah malah sebaliknya?
Dia tidak peduli.
Asalkan masalahnya bisa selesai dan dia bisa kembali ke kehidupannya seperti sebelumnya, itu sudah cukup.
Tanpa mereka sadari, desir angin di cuaca berawan pun berhembus, membawa hawa sejuk di atas atap kampus—dimana perjanjian dan kebohongan yang akan mereka lakukan, membawa keduanya menghadapi konsekuensi yang berdampak besar. Bukan hanya bagi mereka saja, tetapi juga bagi orang lain di sekitar mereka berdua.
Itulah sebabnya, mereka menganggap dunia itu terkadang tidak adil.
.
.
.
To Be Continued
Thank you for reading~
===Shiroyasha Shena===
.
Hollaaaaaa~~~~ WE'RE COMEBACK!
Shena and Shinju Here~~~
Sudah lama tidak bertemu ya Reader sekalian..
Akhir-akhir ini aku tidak mood ngetik jadi belum sempet publish FF lagi disini..
Tapi karena dapat kesempatan buat Collab lagi sama MY PARTNER Shinju a.k.a D.N.A Girlz, moodnya tiba-tiba muncul nih~~ Yokatta... ^^
Okeeee jadi tentang plot ff ini, Sougo dan Kagura itu tidak saling kenal dan mereka bertemu karena ketidaksengajaan.. Uhukkk... Inikah yang namanya takdir? /plakk
Ini OkiKagu nya versi Future ya, Sougo rambut panjang diikat dan Kagura rambut panjang juga di urai. Uuuuuhhhh, cantik sama ganteng deh OTP Fav
Semoga kalian semua suka ya sama ceritanya... *chu reader*
Ah sou da...
Shinju, gomenasai aku ngetiknya lama...
I'm so sorry babe..
Aku serahkan sisanya padamu~~~
Buat reader, jangan lupa review nya yaaaa~~
Kata kata kalian adalah motivasi bagi kami para author..
WE LOVE YOU~~~
Oke sampai disini aja A/N nya...
Sampai bertemu lagi di chapter selanjutnya~~~ Bai Bai~~~
.
.
.
===D.N.A. Girlz===
HAAIIIIIII Ketemu lagi dengan saya, DNAgirlz alias Shinju.
Kali ini mengenai tentang arranged marriage or fake lovers!~~~
Di cerita ini kami menggunakan 5YL mereka alias ketika mereka udah pada panjang dan maju wkwkwk jadi maafkeun ya kalo deskripsinya kurang. Apalagi adegannya ala korea gitu #eaaaa
Fic kali ini adalah kolaborasi asli purely dari partnerku Shena dan saya menggunakan plot yang cukup membuat oneshoot ini tidak muat jadi kemungkinan rencananya akan dibuat sampai 3 chapter wkwkwkwk
Oke, sekian sich dari itu karena ini pendek sekali AN nya dan saya tak tahu harus ngomong apa karena ngedit doang wwww yang jelas berterima kasih pada semuanya yang mendukung kami dari update ini cerita hingga selesai nanti.
Wish our luck!~
Nantikan chap keduanya yang akan saya ketik, ya!~
Thanks for all of your supports and advices for both of us!~
Dan untuk yang baca, LOVE YOU FULL!~~~ :* :* :* :* :*
Regards,
D.N.A. Girlz
.
.
.
MIND TO REVIEW?~ THANK CHU~
