Awalnya Taehyung diam, tapi lama-lama hatinya panas dan mulai terbakar kering. Betul kiranya dimasa lalu Ia telah menyakiti Jungkook begitu hebat. Tapi ini sudah lima tahun berlalu.
Apakah dendam Jungkook masih membara untuknya?
Lalu kenapa tidak Ia lepaskan saja Taehyung dan mencari kebahagiaan lain. Umur mereka sudah mencapai dua puluh dua tahun. Ini bukan tentang main-main lagi. Mereka seharusnya memiliki sesuatu untuk dicapai lalu bahagia.
Bukan terus menyimpan dendam dan menyiksa satu sama lain.
Jadi haruskah, Taehyung kembali memohon?
-KJ-
Jungkook tersenyum miring, merasa hebat membuat tatapan terluka Taehyung sesaat setelah melihat aksinya yang mencium lelaki didepannya dengan brutal di ruang tamu rumah mereka.
Sungguh ironi, disaat keduanya harus merasa sesak dengan hal yang mereka lakukan sendiri.
Taehyung yang menatap dengan sendu itu, mulai berjalan melalui ruang tamu untuk selanjutnya memasuki kamar. Membanting tubuhnya kasar ke tempat tidur.
Lelah sekali.
Tapi didalam dirinya terdapat sisa sisa Cinta yang begitu besar untuk Jungkooknya.
Mereka mengenal semenjak Jungkook SMA kelas dua. Saat itu Taehyung ada kakak kelas yang membuat Jungkook merasa sangat amat dicintai.
Membuat satu sekolah iri dengan sifat dingin juga pria sejati milik Taehyung.
Tidak ada yang lebih membahagiakan dari sekedar ini semua, tapi semua hancur bertepatan dengan hilangnya perasaan Jungkook untuk Taehyung.
Kalau kalian wanita, yang kalian perlukan hanyalah menjaga kesucian tetap terjaga untuk sang suami nanti saat menikah. Jungkook sepenuh hati menjaga itu, karena di sendiri pun ingin lelakinya masih perjaka saat membobol dirinya sendiri.
Menjunjung tinggi pacaran yang sehat, ya walau, satu kecup dua kecup adalah hal yang Jungkook lakukan sejauh ini kepada Taehyung.
Tapi malam ini semuanya hancur, Jungkook yang menangis dan Taehyung yang terus menyetubuhinya dibawah pengaruh alkohol.
Cinta Jungkook hilang hanyut dengan perasaan kecewanya yang begitu dalam untuk Kim Taehyung seorang.
Taehyung menyesal, meminta maaf berkali-kali dengan cara apapun dengan tulus dan mata itu memancarkan perasaan salah yang begitu dalam.
Namun,
Jungkook itu keras kepala dan juga pendendam. Dia tidak pernah berkata memaafkan Taehyung, tapi dia juga tidak pernah membiarkan Taehyung lepas dari jerat kesakitan yang dia buat untuk menyiksa lelaki itu.
Dua bulan setelah kejadiaan, Jungkook mulai berubah. Menjadi lelaki brengsek yang mau-mau saja disentuh oleh para pria hidung belang.
Dia pikir tubuhnya sudah kotor, jadi untuk apa berpura-pura sok suci. Lagipula, ini adalah caranya untuk membuat Taehyung menderita.
Saat itu Taehyung yang memulai semester pertamanya di universitas pun sama kacau saat melihat Jungkook yang masih kelas tiga SMA bolak-balik club malam hanya untuk membuatnya tersiksa oleh rasa bersalah.
"Kalau kamu membenciku, lakukan! Lakukan jika itu bisa membuatmu merasa baik, kamu boleh menamparku,membuatku berlutut padamu. Atau bahkan membunuhku. Asal sudahi ini,aku tidak ingin
membuatmu seperti ini,aku akan pergi darimu jika itu yang kamu inginkan,tapi kumohon jangan seperti ini,Kook!! Maafkan aku..."
Saat itu Taehyung memohon sambil menangis dihadapan Jungkook yang malah tersenyum meremehkan Taehyung.
"Kamu tahu, Taehyung! Aku bahkan belum memulai! "Jungkook memasuki kamarnya, Meninggalkan Taehyung yang menghela nafas sembari meneteskan satu tetes air mata kepedihan.
Bukan ini yang dia inginkan,dia ingin Jungkook yang dulu. Dimana Jungkook yang baik hati dan mengemaskan menggetarkan hatinya lebih dalam dengan senyuman. Bukan Jungkook yang menggetarkan hatinya dengan sebuah kehancuran.
Well,mereka memang satu rumah. Jungkook menginginkannya dan Taehyung menuruti kemauannya karena rasa bersalah yang begitu tinggi. Menafkahi Jungkook dari satu tahun belakangan ini. Memberikan jalan untuk tetap berada disisinya dan juga menyakitinya.
Sekali lagi ini bukan tentang cinta indah tapi tentang cinta yang dulu nya indah namun,perlahan-lahan membusuk dihati keduanya.
Jadi apakah mereka akan hidup seperti ini selamanya?
Taehyung meringgis. Hatinya mulai menjadi kepingan yang membuat nafsu hidupnya semakin berkurang.
-KJ-
Taehyung memasuki kamar apartemen mereka dengan lesu. Pekerjaan memang membuatnya lelah tapi pekerjaan pula yang bisa mengalihkan perasaan hancurnya karena Taehyung.
Membuka sepatu dan menganti sendal rumahnya, Taehyung berharap tidak ada kejutan diruang tamunya. Namun saat menginjakkan kaki di pembatas antara ruang tamu dan pintu masuk. Hatinya mendadak hancur,lemas saat mendengar erangan nikmat itu.
Kakinya berjalan dengan perlahan,hingga menemukan kedua sejoli yang sibuk bertukar saliva. Bahkan Taehyung dapat melihat tangan Jungkook yanh berupaya mengenggam sesuatu yang mengeras dibawah selangkangan sang pria itu.
Hatinya mencelos.
Diam untuk seperkian detik dengan wajah datar,hingga lelaki yang Jungkook ajak untuk bertukar saliva menyadari kehadirannya.
Wajah lelaki itu memerah merasa malu, sedangkan Jungkook menatap Taehyung kesal. Karena menganggu waktu indahnya.
Taehyung mendengus sebentar, sebelum masuk kekamar dengan wajah datar dan masa bodo miliknya.
"Itu siapa? "tanya lelaki didepan Jungkook yang mengelus tulang selangka Jungkook yang terekspos karena baju kemeja putih sepanjang paha milik Taehyung.
Jungkook terdiam, masih mencerna tatapan itu. Itu bukan tatapan yang biasa Taehyung lemparkan padanya. Itu bukan tatapan bersalah juga tatapan hancur yang biasa Taehyung gunakan saat melihat Jungkook melakukan hal kotor ini.
Nafsu Jungkook hilang mendorong dengan cepat badan lelaki didepannya yang sedang mencoba memberikan kiss mark disekitar dadanya yang sudah sedikit terbuka.
"Heii, kenapa? Kita tidak lanjutkan? "kata pria itu, Jungkook mendengus.
"Aku sudah hilang nafsu, pulang sana! "Jungkook bangkit lalu berjalan meninggalkan pria tersebut yang menghela nafas sambil menyumpah seraphinya.
-KJ-
Sudah berulang kali, rasanya ratusan kali mungkin. Taehyung merasa dirinya perlu membuat suatu gebrakan atas sikap Jungkook. Dia paham betul apa yang Jungkook lakukan memang untuk menyiksanya.
Jadi malam itu dia memberikan tatapan masa bodo, hal yang paling Jungkook benci.
Karena Jungkook tidak suka diabaikan.
Taehyung keluar dari kamar disaat jam menunjukkan pukul tujuh pagi, berjalan menuju lemari es sekedar mencari air putih guna melepaskan dahaganya.
Lalu pintu kamar Jungkook terbuka, Taehyung terkesiap saat melihat Jungkook masih memakai kemeja putihnya yang sudah kusut itu berjalan dengan perlahan kearahnya.
Lihat bibir itu, Taehyung tidak kuat. Ekspresi Jungkook dari bangun tidur adalah ekspresi yang mengemaskan dan mengoda disaat yang bersamaan.
Jungkook menatapnya, lalu meraih botol yang baru diminum setengah dari pemuda Kim.
Meneguknya dengan sensual, membuat sesuatu milik Taehyung bereaksi.
Jungkook menaruh botol itu perlahan lalu mendekati Taehyung, menyampirkan kedua tangannya dibelakang leher Taehyung dan mencium bibir Taehyung dengan lumatan.
Aktifitas pagi yang hampir setiap pagi mereka lakukan, Taehyung terbawa suasana.
Hell, entah sejak kapan tapi Taehyung menyadari bahwa sekarang Jungkook pencium yang handal, tangan Taehyung mulai meraih Jungkook lebih dekat. Menempelkan badan mereka, mengangkat badan itu menduduki meja dapur. Memperdalam ciuman semakin intens.
Namun beberapa saat Taehyung menarik lepas tautan mereka. Jungkook mendelik, merasa marah.
Taehyung melepaskan pelukkan mereka.
Lalu mengusap bibir itu, dan mulai berjalan meninggalkan Jungkook.
"Kim Taehyung bajingan! "cicit Jungkook lirih. Membuat Taehyung berhenti berjalan tanpa menoleh.
"Ya aku bajingan, bajingan yang sayangnya begitu bodoh! "Lalu kembali berjalan meninggalkan Jungkook yang menjatuhkan airmatanya dalam diam.
"Jangan menangis, bodoh! "pekiknya sendiri, sambil mengusap acak air mata yang terjatuh.
Hatinya terluka, karena jika di tengok kembali kebelakang Taehyung hampir tidak pernah menolak setiap hal-hal yang Ia lakukan pada lelaki Kim itu.
Biasanya, Jungkook akan langsung melepaskan tautan disaat Taehyung sudah benar-benar terangsang lalu meninggalkannya sendiri.
Tapi sepertinya cara tersebut sudah terlampau Taehyung paham.
Jungkook terisak harga dirinya hancur.
TBC
Yang mau lanjut wajib komen..
Aku sedih, yang ngikuti atau favo TWC banyak, tapi yang komen hanya sebagian kecil. Aku jadi tidak semangat lanjut. huhuhu.
