Senja, adalah dimana pergantian antara siang dan malam terjadi. Menyimpan berbagai misteri didalamnya. Nuansa sunyi mengalahkan keheningan malam. Orang orang lebih memilih untuk mengunci diri di rumah sampai malam menjelang. Tetapi, anak itu, Yamanbagiri Kunihiro. Hanya diam dan terus menatap sebuah ayunan sederhana di tengah taman.
Surai keemasan yang indah, ditambah dengan nuansa manik peridot yang ia miliki membuat kesan indah dalam dirinya. Manik peridot itu menatap langit senja dengan berkaca kaca
"Aku harap.. senja tidak pernah ada"
Ia membenci senja, ia tidak suka jika langit menjadi jingga.
Saat burung burung kembali ke sarang mereka
ketika sunyi yang mengalahkan keheningan malam yang menyelimuti
Ketika bau mistik menebarkan pesonanya
Ia benci semua itu.. khususnya bila sesuatu yang ia takuti muncul dan mengelilinginya setiap saat
Hanya 'mereka' orang orang tertentu yang paham penderitaannya. Sebagai sosok yang hampir tidak bisa lagi dikuadratkan sebagai "seorang manusia"
00000000000
Manik peridot jernih itu memandang langit yang mulai berwarna jingga, salju perlahan lahan jatuh dari langit
Yamanbagiri menatap sekeliling. Berharap ada sebuah tempat untuknya berteduh dan tidur untuk sementara waktu. Benar, Yamanbagiri hanyalah seorang anak Yatim Piatu yang terlantarkan begitu saja. Panti asuhan tempatnya bersenang senang, telah musnah begitu saja karena kegoisan pemerintah
Yamanbagiri menarik nafas sedalam dalamnya dan bergegas pergi, tidak tau arah jalan mana yang ia lewati. Bahkan ia saja tidak mempunyai sesuatu sesuatu yang disebut 'rumah'
Sebuah Hoodie bekas menjadi penghangatnya malam ini. Untunglah ia melihat sebuah toko yang sudah usang dengan setumpuk kardus didepannya
Tubuh kecil nan lusuh itu mencoba untuk menyesuaikan diri dengan kecilnya kardus yang ia temukan
Beberapa rintik salju lama kelamaan menjadi sebuah badai yang ganas. Udara Dingin menusuk tulang tulang rapuh Yamanbagiri. Membuat sang empu kedinginan
Apa yang harus ia perbuat?
Entahlah
Kryuuukkk
Daripada soal itu, kini ia telah mendengar perutnya memanggil
Manik peridot jernih itu menangkap seorang perempuan tengah berjalan gontai sembari memegang sebuah botol alkohol
"Aku senang.. hik... Hari ini.. hahaha hik..ngh?"
Kaki jenjang nan mulus milik perempuan itu berhenti melangkah. Tatapan tajam ditujukan untuk Yamanbagiri saat itu
"HEI BOCAH PEMBAWA SIAL! KENAPA MELIHATKU SEPERTI ITU HAH?!"
Yamanbagiri tertegun , ia menyadari bahwa ia memang pembawa sial, tetapi sangat menyakitkan jika seseorang mengatakan hal itu di hadapannya sendiri. Ia tertunduk dan diam. Sedangkan sang wanita masih asyik dengan ocehannya
"Untuk apa kelaparan jika mangsa sudah ada di depan mata?"
Nalar buas menyelimuti tubuh kecil itu. Dengan sigap ia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebilah pisau tajam
Mencincang
Memotong
Dan memenggal kepala
Yamanbagiri melakukan itu dengan keadaan sadar. Tidak peduli bau anyir yang mengenai wajahnya.
Sakit hati, kelaparan dan kedinginan
Itulah yang ia rasakan sekarang
HUP
Baru saja ia akan memakan daging korbannya mentah mentah. Sebuah tangan hangat menggapainya
"Eh?"
Manik peridot Yamanbagiri terbelalak saat dilihatnya sosok hitam dengan lentera biru di tangan kirinya
"Kau anak yang hebat"
Tubuh kecil milik Yamanbagiri terduduk seketika. Jarinya bahkan tidak bisa statis seperti semula
Ia ketakutan..
Ia takut bahwa perbuatannya akan menjerumuskan nya kedalam penjara
"Ikutlah denganku.. maka akan kutunjukkan kau.. neraka yang menyenangkan"
Hari itu... Di penghujung senja.. aku melihatmu.. dengan aura hitam juga sebuah lentera biru..
Aku mengikuti mu.. dan saat itulah aku tau, bahwa kehidupanku telah dimulai kembali
