[WARNING! FIC MENGANDUNG UNSUR MATURE MESKI SEDIKIT, YANG BELUM 17TH AKU TAK LARANG KALIAN BUAT BACA FIC INI, TAPI BAGI YANG BELUM SIAP MENTAL DAN TERUTAMA YANG KENCINGNYA BELUM LURUS BETUL, SILAHKAN KLIK TOMBOL BACK. SATU LAGI, DOSA DITANGGUNG MASING-MASING PEMBACA!]

Strike the Pose

CN Scarlet

.

.

.

.

Fairy Tail©Hiro Mashima

.

.

.

.

.

.

Jellal F & Erza S

.

.

.

.

.

.

08:00 pm

Gadis berhelaian blondie itu terbangun. Melirik jam di nakas, dia hendak tercekat sesuatu, namun urung panik mengingat hari ini adalah hari Minggu. Menguap lebar dengan anggunnya, dia melangkah turun dari atas ranjang dengan membawa serta selimut pinknya, menutupi tubuh indah telanjang yang dipenuhi ruam-ruam merah.

Hal itu membuat laki-laki bersurai biru dengan tatoo merah di pipi kanannya terekspos. Tubuh setengah telanjang dengan hanya memakai celana yang tidak terpasang dengan benar, serta beberapa ruam merah dan parutan di area pundak, dia menggeliat. "Ng... sudah pagi ya?"

"Kau sangat pulas sih, Jellal!" seru si blondie, menatap dengan tatapan agak bitchy ke arah pemuda rambut biru yang tampan dan seksi itu.

Jellal, atau lengkapnya Jellal Fernandes, mendengus pelan melihat kelakuan gadis blondie itu. Terlihat jelas dengan matanya, gadis itu membuka selimut tebalnya sebelum memasuki kamar mandi. Dan tentu saja, sebagai pria hetero a.k.a normal tulen, itu membangkitkan 'something'. Apalagi gadis itu tidak menutup pintunya dengan benar, seolah mengundang dengan sengaja.

Menyeringai, Jellal segera menyusul perempuan nakal berambut blondie itu ke dalam. Tak lupa, dia melempar asal satu-satunya pakaian yang ada di tubuhnya sebelum menutup dan mengunci pintu kamar mandi dari dalam.

Dan tak butuh waktu lama sampai terdengar suara-suara tak lazim dari dalam sana.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Nah, sekarang kau mulai bekerja di sini.. em... Err.." kata seorang kakek boncel berambut putih dan hanya sebatas kerah baju dan sekitar telinga, yang memancarkan pantulan cahaya dari puncaknya yang mengkilap. Mengingat seorang gadis cantik berambut merah darah di hadapannya, rasanya terlalu sulit.

"Erza, namaku Erza..." sambung gadis itu, si kakek menertawai kepikunannya di usianya yang harusnya sudah udzur.

"hehehe... kau benar Erza, aduh! Mengingat nama seorang pendatang baru saja aku sudah susah, seharusnya aku sudah pengsiun dari dulu tapi.."

"Jangan kakek!" seru seorang pemuda dewasa yang kekar-kekar gimanaaa, dengan rambut pirang dan ada tanda bekas luka membelah mata. Membuat pria itu terlihat seram oleh Erza untuk kesan pertama, "kumohon jangan dulu pengsiun, aku tidak mau menjadi manager dulu. Aku masih ingin bebas!... ittai..."

"Yah, bebas 'kencing' di dalam model-model seksi dan para jalang yang kau inginkan maksudmu Laxus? Dasar cucu kurang kerjaan!..." cerocos sang kakek dengan wajah sangar setelah memukul pantat pria itu dengan keras menggunakan papan dada.

Erza hanya menghela nafas melihat keduanya. Dia memang tidak merasa aneh ataupun jijik dengan pembicaraan cucu-kakek yang benar-benar vulgar itu, karena dia juga akan bekerja di sini. Fairy Tail Magazine. Perusahaan majalah dewasa untuk memulai karirnya di bidang permodelan. Jadi hal-hal itu bukanlah masalah kan.

Lagipula, Erza bukanlah gadis baik. Dia dibuang dari keluarganya sejak kecil, hidup dan dibesarkan di sebuah bar, serta hampir diperkosa pemiliknya beberapa kali saat dia berumur 17. Masalahnya dia bukannya tidak mau melakukan 'sesuatu' dengan pemilik bar yang terus mendesaknya dengan dalih balas budi, tapi Erza agak jijik dengan riwayat ayah asuhnya yang memang memiliki penyakit kelamin. Haruskah dia sakit dan mati secara menyedihkan begitu hanya untuk membayar hidup? Rasanya tidak.

Baru-baru ini dia melarikan diri dari tempat itu. Umur Erza sekarang berusia 18 tahun dan dia sudah memiliki paras aduhai, tinggi semampai, dan juga tubuh yang bohay. Tidak salah jika awalnya dia berniat melamar untuk menjadi office boy di perusahaan majalah dewasa itu, dan malah direkrut menjadi model langsung oleh CEO-nya yang sudah udzur tapi masih mesum itu.

Sekarang dia di sini. Tempat pemotretan di salah satu ruangan kantor majalah Fairy Tail. Berpuluh-puluh pasang mata kru (yang kebanyakan laki-laki) menatap lapar para model yang tengah berpose stripp, kilatan-kilatan cahaya blitz, dan juga segala kebisingan itu memang tidak sebanding dengan bar. Erza tidak merasa canggung sedikitpun. Dia bahkan terlihat bak artis profesional yang telah senior daripada newbie. Bahkan, model wanita yang tengah memakai sehelai thong itu terlihat lebih pendatang lagi darinya karena terus diprotes kru gara-gara tingkah malu-malu kucingnya di tengah para model pria setengah telanjang dengan dada kotak-kotak yang menatap tubuhnya.

"Jenny, sudah kubilang, angkat kedua tanganmu dengan lepas ke atas!"

Yah, pose yang terlalu erotis untuk perempuan berbadan montok dengan ukuran dada seperti itu, tanpa bra, yang maksudku, begitulah. Erza menggeleng-geleng kepala merahnya lalu cepat-cepat beringsut dari tempat ramai itu. Gadis muda itu di sini bukan tanpa kenalan, ada beberapa yang dia kenal baik, seperti Gray – model stripper, yang sedang berpose diantara lima pria dan wanita muda bernama Jenny – yang merupakan teman se smu juga sekampus. Atau Natsu, pria berambut pink yang sedang mengambil gambar dengan kamera besar, terkadang lelaki itu menjadi model, namun dia seorang photografer yang dikenal Erza sebagai langganan bar tempatnya dulu.

Ah tunggu, seseorang melambai dari kumpulan kru, "Erza, sebelah sini!"

Erza tersenyum lalu menghampiri gadis blondie yang memakai hoodie dan rok mini, serta sepatu boot. Warna pakaiannya pink dengan tone coklat, khas autumn. Lucy Heartfillia, seorang penata busana sekaligus penata gaya, tapi dia teman baiknya sejak taman kanak-kanak. Hingga sekarang.

Mereka berpelukan sejenak.

"Kenapa kau bisa ada di tempat ini?" pekik Lucy tertahan setelah melepaskan pelukan Erza. "Jangan bilang kau adalah model baru yang kakek Makarov koar-koarkan barusan?!"

"Yah, bisaq dibilang seperti itu.."

Lucy tercekat, kemudian dia dan Erza tertawa bersama. Mereka berdua mengobrol ria entah berapa jam lamanya, yang jelas, selangkangan Lucy sampai terasa tak nyaman saking lamanya mereka berbincang-bincang. Dia terus bergerak-gerak gelisah, Erza heran memperhatikannya. "Kamu kenapa Lucy?"

"E-etoo.."

"Hah, Erza?"

Sang gadis berambut merah menoleh begitu mendapati Natsu dan Gray sudah menyelesaikan pemotretan mereka, bergabung dan berhight-five ria. Si pemuda pink duduk di pinggir Lucy, sedangkan Gray duduk di sebelah Erza. Reaksi mereka berdua juga sama kagetnya di awal, namun kemudian berubah biasa setelahnya.

"Jadi untuk pekerjaan pertamaku hari ini apa?" tanya Erza.

Lucy membuka buku agenda biru laut yang dari tadi dibawanya sebelum menjawab, "ada untukmu, memperagakan linggerie terbaru rancangan Bob, dengan merk Blue Pegasuss. Kemudian iklan Lipstik untuk the violet, sepertinya kau cocok dengan rambut merahmu.."

"Ah! Kau akan berpartner denganku dalam iklan the violet itu, Erza..." ujar Gray yang langsung dipotong Natsu.

"Astaga, malang sekali nasibmu Erza. Debut pertamamu bersama sijelek itu,"

"Apa yang kau bilang, Flamehead?!"

Natsu bukannya tidak akan membalas perkataan Gray, begitu pula sebaliknya, untuk memulai perkelahian mereka hari ini, tapi aura menyeramkan yang keluar dari sekitar tubuh Erza membuatnya urung. Tidak di smu, tidak di bar, tidak dimanapun. Semua orang yang sudah mengenalnya akan segera tutup mulut dan jaga sikap seketika jika Erza sudah menunjukan tanda-tanda hendak marah. Bagi mereka, gadis berambut merah dihadapannya yang tengah marah itu me-nye-ram-kan!

"Semua kru, siap ke lantai atas untung pemotretan linggerie!"

Sebuah teriakkan dari pria berambut hijau aneh berhasil membuat Natsu dan Gray kembali bernafas. Mereka berempat, termasuk Lucy dan Erza, segera menyusul yang lainnya ke lantai atas. Dimana salah satu ruangan kamar suite di kantor telah disulap menjadi ruang pemotretan yang sangat manis. Namun tak ayal, dengan banyaknya kru yang berkumpul, sebagian yang menonton segera diusir Laxus karena terlalu penuh, membuat suasana menjadi gaduh. Tidak sedikitpun mengurangi kemanisan sudut kamar yang dibidik Natsu oleh kameranya.

Erza berpartner dengan Jenny dan seorang wanita bernama Lissana, telah mengganti pakaian tertutup mereka dengan sehelai lingerie tipis yang lembut dengan ditutupi yukata mandi. Mereka bertiga langsung memasuki arena pemotretan begitu terdengar teriakan Natsu, dan beberapa kru yang sok sibuk, membantu melepas pakaian serupa handuk dari ketiga model wanita saat mereka sudah sampai diatas kasur.

"Ok, siap..." Natsu memulai aba-aba untuk berpose.

Erza dengan lingerie hitam bercorak merah dengan renda yang hanya menutupi bagian vitalnya, begitu pula Jenny dengan bahan putih bersulam kuning-kuning, Lisanna mengenakan model yang sama dengan mereka berdua tapi dengan warna dominan pink dan ungu. Ketiganya berpose strike, bergantian, dan sangat menggairahkan bagi pria manapun yang melihatnya.

Jangan beritahu Lucy, kalau sekarang sebenarnya Natsu mimisan dibalik lensa kameranya yang besar. Haha.

.

.

.

.

.

.

.

.

..

.

.

.

.

.

.

.

Malam telah larut, para kru, staf, manager, serta model-model yang bekerja di kantor majalah dewasa itu membubarkan diri ke rumah, kos-kosan, atau tempat manapun yang mereka suka. Banyak cerita tentang yang terjadi hari ini, dan lagi, Erza rasanya sudah tidak sabar bertemu dan berkenalan dengan teman-teman barunya di Fairy Hills. Asrama khusus staf dan model perempuan yang bekerja di Fairy Tail Magazine.

Tapi mungkin tidak malam ini. Terlalu lelah rasanya bekerja seharian penuh, meski hanya ber-strike dan ber-pose, gonta-ganti tempat dan pakaian merupakan hal yang sangat merepotkan bagi seorang model ternyata.

Bahkan Erza tidak menyangka, setiap lelaki yang berpose seharian ini dengannya sangatlah berbeda dengan para hidung belang yang pernah-atau sering- dia jumpai di bar dulu. Kalau mungkin dulu dia punya kenangan pahit harus berusaha melindungi diri dari setiap kaum adam yang berusaha meng-grepe-grepe dirinya, tadi itu lain ceritanya. Meski ditengah begitu banyak pria stripp, yang tentunya memiliki tubuh menggiurkan, Erza bahkan tidak merasa takut.

Mereka semua seperti enggan. Bahkan ada pula beberapa yang harus kena bentakan Natsu sang kameraman hanya karena para pria itu salah pasang ekspresi saat berpose mesra dengannya tadi. Dia juga heran, padahal saat itu Erza yang mempunyai nice body ini sedang memakai berbagai lingerie, bikini, bahkan beberapa nyaris naked.

Bukannya Erza pengen di rape tadi, hanya dia heran saja.

Berbagai kesimpulan muncul di benaknya. Kalau para pria tampan, menggoda iman , dan juga pemborosan syahwat macam model-model itu memang betul-betul pria baik, tentu mereka tidak akan pernah bekerja dan menetap dibawah perusahaan majalah dewasa. Itu sungguh sangat mustahil!

Jadi kesimpulannya tinggal satu.

Kalau mereka semua...

Memang memiliki sebuah penyimpangan..

...

Yah, kau tahu maksudku. Tak enak sebenarnya mengatakannya secara gamblang. Sejenis jeruk makan jeruk , begitu?

Wah, sepertinya menjadi model majalah dewasa takkan menjadi beban terlalu berat seperti yang dibayangkan Erza sebelumnya yah...

Atau mungkin belum.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Hoi Gray!"

Yang dipanggil menoleh malas. Meski sudah larut, dia masih membentuk otot-otot kekarnya di dalam gym. "Ada apa?"

"Dimana Natsu?"

"Mungkin bersama Lucy, kau tahu sendiri mereka seperti apa..." pria itu hendak pergi, namun Gray kembali menambahkan, "memangnya kau ada urusan apa Jellal? Tumben sekali kau menanyakan si flamehead."

"Oh, aku ada sebuah urusan dengannya. Bilang padanya, aturkan model yang akan berpartner denganku untuk la'taroue musim dingin dan iklan farfum le cassanova. Katakan juga, siapa saja asal jangan yang pernah berpose denganku sebelumnya. Orang-orang la'tarous sangat cerewet! Astaga, kupingku panas seharian ini gara-gara diomeli anikinya itu!"

Gray seperti sedang berfikir sesaat sebelum bilang...

"Ah, sepertinya model baru Fairy Tail magazine akan cocok dengan pemotretan itu..."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Buang jangan nih?

A.N

Fic ini tercipta ditengah waktu senggang author di duta yang sedang menggarap ujikom. Karena sangat penat, oh Tuhan... payaku yasanya cenyat-cenyut-cenyat-cenyut...

Aku pengen banget buat rated M buat JerZa, karena dikiiiiit banget yang buat itu buat pair mereka. Dan mohon dukungannya untuk perkembangannya. Maaf naget bnyak typooooo bertebaran luar binasa di sini.

Ah ya...

Do'akan yah, semoga aku lulus dengan nilai terbaik. Aamiin.

[aku bertekad akan melanjutkan fic ini kalau review tembus min 10, soalnya ini fic aku butuh konsentrasi dan tingkat kestressan tinggi untuk mengerjakannya. Jangan remehkan rated M!]