Hallo minna...

Ini adalah fic fairytail pertama saya...

Enjoy!

Disclaimer : Fairy Tail bukan punya saya, tapi punya Hiro Mashima-sensei.

Chapter 1

The Prolog

Seperti biasa, pagi ini aku pergi ke guildku untuk bertemu semua teman-temanku yang selalu mewarnai hari-hariku. Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya aku melantunkan lagu yang biasannyaku nyanyikan. Walau sebagian liriknya salah, aku hanya terus bernyanyi sambil menyesuaikan langkahku dengan irama lagu tersebut. Aku mendingak ke atas. Kunyanyikan lagu itu semakin pelan sampai ahirnya berhenti. Burung-burung itu terbang dengan cantiknya bersama segerombolan burung lainnya. Pohon-pohon di tepi danau itu melambai-lambai di terpa angin sehingga menghasilkan siluet indah. Anak-anak pun berlari berkejaran mengelilingi danau. Sungguh pagi yang cerah.

Aku tersenyum senang. Suasana membawaku berlari sekencang-kencangnya sambil tertawa kecil. Kain yang kusematkan di leherku menari indah di terpa sepoi-sepoi angin. Kelopak bunga yang berguguran melayang-layang mengelilingiku, membuat senyumku semakin mengembang. Tawa lepasku ahirnya keluar juga, sampai ahirnya kakiku tersandung sesuatu, dan aku terjatuh terlentang menghadap langit biru yang membentang luas. Aku menghembuskan nafas pelan, lalu kembali tertawa.

Aku segera duduk dan membersihkan rumput-rumput kecil yang menempel di seluruh pakaianku. Setelah seluruh bajuku kembali bersih dan rapi, ku balikkan badanku dan mendapati sesosok laki-laki berdiri tepat di depanku. Aku tersenyum kembali.

"Kau tak apa, Lucy?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya padaku. Aku meraihnya dan mencoba mengembalikan keseimbangan tubuhku.

"Ya, aku tak apa, Natsu!" Balasku sambil menyunggingkan senyum simpul di bibirku.

"Lucy, pantatmu kotor."

"H..Happy? sejak kapan kau disini?" ucapku sontak sambil mengalihkan arah pembicaraan. Dasar kucing, sama saja seperti pemiliknya.

"Biar kubersihkan pantatmu, Lucy!" ucapnya polos sambil mengusapkan kedua tangannya yang sudah terselimuti oleh api. Happy pun menggelengkan kepalanya. Aku hanya bisa bersweetdrop melihat reaksi Happy.

"Sudahlah, cukup, cukup. Lebih baik, kita segera pergi ke guild dan mengambil beberapa pekerjaan dan melunasi uang apartementku, oke!"

"Aye!" seru Happy dan Natsu bersamaan.

Mereka bertiga berjalan santai menyusuri rumputan hijau yang penuh dengan kelopak bunga yang berguguran dari tangkainya. Embun-embun yang menguap memberi kesan sejuk bagi ketiganya. Seolah-olah tak ingin kehilangan sejuknya udara pagi ini, Lucy menarik nafas panjang-panjang.

"Huuaaa... Magnolia South Gate Park memang sejuk di pagi hari...!" seru Lucy sambil menjenjangkan kedua tangannya keatas.

"Hehe, aku jadi ingin tahu bagaimana raut mukamu bila aku menghancurkan taman ini..."

"Ha? Untuk apa kau melakukannya!"

"Mungkin saja suatu hari aku akan mengambil salah satu pekerjaan yang letaknya tak jauh dari sini , Hahahaha..."

"Kau tahu, Lucy? Natsu tak akan peduli pada sekitarnya jika ia sedang bertarung. Ia pasti akan menyembutkan api kemana-mana, menghancurkan semua benda yang ada, dan mungkin saja ia dapat membakar satu kota dalam sekejap."

"Wow! Aku tak menyangka akan ada orang yang mengatakanku sehebat itu!"

'Hebat...?'

"Aku jadi ingin tahu reaksi master begitu ia tahu kalau kau menghancurkan seisi kota, Natsu!"

"Haha! aku bertaruh, ia hanya akan memarahi kita sejenak dan melupakan apa yang telah dilakukannya!"

Kedua makhluk itu saling beradu mulut, mengeluarkan semua yang ada di pikirannya. Sedangkan Lucy yang terkucilkan di belakang hanya bisa bersweatdrop mendengar seluruh pembicaraan tak bermakna itu. diam-diam, ia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya.

12 June / 07.45 / Cerah

Mama, hari ini cerah sekali. Seperti biasa, pagi ini aku akan kembali ke tempat dimana senyumku bisa kembali kudapatkan, fairytail. Sepanjang perjalanan, semuanya lancar. Hanya saja...

"Apa yang sedang kau tulis, Lucy?"

Lucy sontak menutup notebook kecil itu dan mendapati Natsu sedang memperhatikan benda yang Lucy bawa tepat di sebelahnya.

"Sejak kapan kau disini?" tanya Lucy mengalihkan perhatian sambil menyembunyikan notebook itu di saku miniskirtnya.

"Sejak kau tertinggal di belakang..."

'Selama itu...!'

"Lucy! Aku baru menyadari bahwa kau bisa menulis sambil berdiri..."

"Ah! Kau benar! Maukah kau mengajariku!"

'Oh, tidak. Apakah akan ada percakapan lagi?' batin Lucy dalam hati.

"Kau bisa melakukannya tanpa harus belajar, Natsu...!" ujar Lucy.

"Benarkah! Wow, Happy, lain kali aku akan mencobanya...!"

"Aye sir!"

'Pagi yang sangat ribut...' batin Lucy dalam hati.

'Yaah... tak masalah selama semuanya berjalan lancar. Benarkan? Natsu...?' sambungnya sambil menghembuskan nafas panjang.

"Apaaaaaaaaaaa!" teriakan ketiga manusia itu memecahkan seluruh gendang telinga manusia di sekitarnya, yang tak lain adalah Lucy, Natsu, dan Gray.

"Ya, master memberi kita ijin untuk menyelesaikan misi S class untuk kelompok kita mulai sekarang..." ujar perempuan berarmor yang sedang duduk di salah satu bangku. 'Master pasti sudah gila...' batinnya dalam hati.

"K...kau pasti sudah gila, Erza! Aku tak yakin aku dapat menyelesaikan misi S class semudah itu!" kata Lucy dengan tatapan yang semakin galau. Andai saja ia tahu bahwa Erza sependapat dengannya.

"Tenang saja, Lucy. Natsu ada di kelompokmu." Ujar seorang gadis cantik berambut perak yang tak lain dalah Mirajane.

"Aku tak begitu yakin..." jawabnya singkat diikuti hembusan nafas panjang. Diam-diampun ia menoleh pada sosok lelaki yang berada paling dekat dengannya.

"Hahaha! Kau dengar Happy! Mulai sekarang kita akan menyelesaikan semua misi S class! Kita adalah S mage!" seru seorang pemuda berambut pink sambil berjingkrakan di atas meja.

"Aye sir!" jawab kucing biru itu sambil berjoget-joget di udara tak mau kalah dengan si lawan bicaranya.

"Erzaa...! sekarang, aku yakin kekuatanku jauh melebihimuu! Lawan a..."

BAANNGG!

"Masih terlalu cepat ratusan tahun untuk berduel denganku, Natsu..." jawab Erza santai sambil tersenyum penuh kemenangan.

"A...aku masih bisa... me..lawanmu..., E..Erza!" kata Natsu terbata-bata setelah pukulan tangan Erza yang terselimuti armor itu mendarat tepat di keningnya. Lucy hanya bisa bersweetdrop yang sembari tadi mengamati laki-laki berambut pink itu.

"Dasar bodoh..." kata seorang laki-laki bertubuh bidang di samping Erza.

"Bajumu, Gray..."

"Uwaaakkhh!"

Air sungai itu mengalir dengan lihainya menghindari endapan-endapan yang sudah menghijau itu. Lucy yang sembari tadi berjalan lurus di pinggir sungai itu hanya bisa memandanginya dengan seksama. Plue, roh anjing (?) peliharaan Lucy, berjalan tertatih-tatih di sebelahnya.

"Lucy, hati-hati, jangan sampai terjatuh...!" ujar seseorang di perahu yang melaju berlawanan arah dengan arah jalan Lucy.

"Aku tak apa...!" jawabnya sambil menunjukkan senyum ramah di bibir manisnya. Seraya perahu itu makin jauh di telan kabut, senyum Lucy pun semakin datar. Ia pun melanjutkan perjalanan pulangnya. Langkah demi langkah ia tempuh, sampai tak terasa ia sudah sampai di depan apartement sederhananya. Sungguh kontras dengan kehidupan masa kecilnya.

Lucy merogoh kantong di mini skirtnya, mencoba mencari kunci dari apartment di depannya. Namun, tangannya terhenti sesaat. Ia memikirkan sesuatu.

'Apa akan ada seseorang berseru "Yo, Lucy!", setelah aku membuka daun pintu ini?'

'Akankah aku mendengar dengkuran kerasnya di ranjangku, sedangkan aku hanya akan diam tak bergerak dan ketiduran di lantai lagi?'

'Apakah si kucing itu akan menegaskan lelucon garingnya, setiap kali ia berulah?'

'GREB!' kunci itu sudah tergenggam erat di tangannya. Ia mengarahkan kunci itu ke pintunya, dan memutarnya perlahan-lahan. Ia menutup matanya sesaat. Natsu...

Ia membuka matanya kembali perlahan-lahan. Hampa. Ia sama sekali tak melihat seorangpun di depannya. Tak mendengar sepatah kata apapun. Ia menutup kembali pintu di belakangnya pelan.

Lucy langsung menjatuhkan tubuhnya di kursi belajarnya yang terletak di sudut ruangan. Entah kenapa, rasanya hari ini terasa berat sekali setelah pernyataan master bahwa mulai sekarang ia adalah S class wizard. Entah kenapa, rasanya ia merasa lemah. Tubuhnya pun semakin lemas. Ia menyandarkan kepalanya. Sosok Plue yang sembari tadi berdiri di sebelahnya masuk dalam penglihatan Lucy. Ia hanya menatap Lucy penuh kepolosan.

Lucy tersenyum kecil. Diangkatnya sosok putih mungil itu.

'Kau lah yang membuatku kuat. Aku pasti hanya akan menjadi sampah tanpa kalian disini.'

Ia menurunkan Plue kembali. Dan merogoh sesuatu di balik kantongnya dan menariknya keluar dari situ. Gate key.

"Plue, aku rasa, aku akan mandi sejenak..." ujar Lucy diikuti dengan ayunan gate key di tangan kanannya. Si anjing itu langsung menghilang di telan asap.

Setelah air hangat di bak mandi itu terlihat sudah penuh, Lucy menanggalkan pakaiannya satu persatu. Ia mencelupkan kakinya perlahan di bak itu, dan mulai mencelupkan seluruh tubuhnya. Hangat air yang menyelimuti seluruh tubuhnya itu mengembalikan sebagian tenaga Lucy.

'Hari yang mengesankan. Bagaimanakah degan esok hari?' batinnya dalam hati.

'Besok, aku akan kembali ke guild dan bertemu dengan teman-temanku lagi. Menjalankan sebuah hari, tertawa bersama, bersama mereka. bersama Gray yang selalu melepas bajunya tanpa sadar, bersama Mirajane yang selalu menghiburku di setiap aku dalam masalah, bersama Levi yang selalu menemukan jalan keluar, dan bersama Erza yang tak akan pernah kalah dari...'

Batinnya terhenti. Gadis itu mencelupkan separuh kepalanya kedalam air. Mencoba menutupi semburat merahnya, walau tak ada seorangpun disana. 'Natsu...'

"Buuaahh! Untuk apa aku memikirkan seseorang yang selalu menjahiliku setiap kali aku bertemu dengannya?" serunya keras sambil mencuatkan kepalanya keluar dari air rendamannya.

"Benarkah, Lucy?"

Jantung Lucy mendadak hampir copot seketika. Ia mencoba menenangkan diri perlahan-lahan, dan menolehkan kepalanya ke samping. Walau sosoknya tak jelas tertutup uap-uap air panas rendaman Lucy, ia tetap bisa membaca sosok itu. Seekor kucing biru, dengan kantong hijau di punggungnya yang ternyata sembari tadi duduk terdiam menikmati pemandangan dari rak handuk yang letaknya tak jauh dari tempat Lucy berendam.

"HAPPY?" mau tak mau, wajah Lucy sontak memerah. Kucing itu hanya tersenyum polos sambil mengangkat tangan kanannya dan berseru...

"Aye sir!"

Lucy segera menyelimuti tubuhnya dengan handuk yang terletak tepat di sebelah Lucy.

"Bisakah kau keluar sejenak, Happy?" ujar Lucy sambil menyeret Happy keluar dari kamar sempit itu.

"Tapi.."

"Kau sangat menyerang privasiku H..."

"Yo, Lucy!"

Kali ini, mata Lucy yang hampir copot dari tempatnya. Ia mendapati seorang pemuda berambut pink, sedang duduk bersila santai di ranjang kamarnya sambil memamerkan senyum lebarnya. Yah, kau tahulah, dimanapun ada Happy, selalu ada Natsu. Hukum alam yang tak bisa di tolak.

"Natsuu...!" amarah Lucy mulai keluar.

"Hm...?"

"Kenapa kau ada disini...?"

"Kita satu kelompok kan, Lucy...?"

'Tunggu. Suara maskulin ini...' batin Lucy dan langsung menoleh ke sumber suara.

"Grayy! b..bajumu!" sontak Lucy terbata-bata semakin bingung melihat Gray topless.

"Uwaaa...!" teriak Gray yang kaget akan dirinya sendiri.

"Kelihatannya kau harus menyapaku juga, Lucy?" ujar seorang wanita yang duduk di kursi tepat di sebelah Lucy.

"E...Errzzaaaa...?" Lucy yang mundur beberapa langkah karna terkejut. Happy hanya bisa pasrah di genggaman Lucy.

"Kurasa, kita semua akan bermalam disini, Lucy..." ujar wanita itu dengan senyuman yang sama sekali tidak dimengerti Lucy.

"ZZzzzZZzzzzz..." suara dengkuran terdengar di telinga Lucy.

'Natsu? Cepat sekali kau tertidur...? kau pasti kelelahan setelah mengajak Erza berduel sepanjang hari...' batin Lucy dalam hati.

"REQUIP!" seru Erza. Dalam sekejap, Erza sudah ganti mengenakan selembar handuk dan perlengkapan mandi di tangan kanannya. Lucy hanya bisa bersweat drop melihat Erza yang mengganti armornya tiba-tiba dengan handuk itu.

" Kelihatannya, kau sudah selesai mandi. Biarkan aku menumpang mandi setelah ini." Ujar Erza santai.

"B..baiklah..." jawab Lucy pasrah. "Namun, setelah aku memakai baju, Erza...!"

"Oh, tentu. Kau pasti tidak mau tidur bersama dua lelaki itu hanya dengan mengenakan selembar handuk tipis..." kata Erza namun tetap dalam logatnya yang tegas.

"Sudahlah..." tangkas Lucy sambil melepaskan Happy dari genggaman tangannya, lalu masuk kembali ke kamar mandi, memakai pakaiannya.

Lucy keluar dari kamar mandi itu lengkap dengan pakaian tidurnya. Wanita berbalut handuk yang terduduk di sebelahnya hanya memandanginya sesaat, tersenyum kecil, dan langsung melangkah masuk kemar mandi itu.

"Lucy...!" seru Happy yang mengetahui Lucy ada di depannya melangkahkan kakinya kebelakang tertatih-tatih.

"Ada apa, Happy?"

"G...gr..grayyyy...!" jerit Happy sambil menunjukkan tangannya yang sedikit gemetar. Lucy langsung mencari arah tunjukan Happy.

"KARYU NO TEKKEN!" seru Natsu sambil mengepalkan tangan kanannya ke arah Gray (yang jaraknya tak jauh dari Lucy) yang sudah panas dengan sulutan api. Gray dapat menghindari serangan itu dengan mudah, malah nyaris mendarat di kepala Lucy. Lucy hanya bisa mematung mengetahui tangan Natsu yang menancap di dinding kamar lucy yang berjarak kira-kira 3 cm dari pundaknya.

"Hanya segitukan kemampuanmu, mata sipit!" seru gray menyulut api kemarahan Natsu. Natsu pun segera mencabut tanganya dari dinding dan mengeluarkan sesuatu dari balik pakaiannya.

"Atau mungkin kau akan tidur tanpa mengenakan selembar pakaianpun, dasar mata sayu!" seru Natsu tak mau kalah sambil memutar-mutar boxer Gray di tangan kirinya penuh kemenangan.

"Kkyyaaaaaaaaa! G...Grr.. Graaaaayyyyy!" Jerit Lucy sambil menutupi matanya, setelah mengetahui Gray tak mengenakan selembar pakaian pun.

"U...Uwwaaaaa!" Gray pun tak kalah histeris dengan Lucy.

Lucy hanya bisa terduduk lemah mengetahui seorang salamander yang merusak dinding rumahnya dengan menyemburkan api kemana-mana dan seorang exhibitionist telanjang membekukan perabot rumahnya. Yah, benar saja, kalian pasti tahu bahwa Natsu dan Gray selalu mencari kesempatan untuk bertengkar setiap kali Erza tak melihat. Yah, walaupun hanya sekedar 'bercanda'. Namun, kelihatannya hal itu tak berlangsung cukup lama.

"BISAKAH KALIAN TAK MENGGANGGUKU MANDIIII!" seseorang mencuat keluar dari pintu kamar mandi dan mendaratkan pukulan keras di kepala Natsu dan Gray. Lucy langsung menelan ludah mengetahui Erza yang masih mengenakan selembar handuk putih. Suasana yang sangat familiar di mata Lucy.

Kelihatannya, aku tak perlu menunggu esok hari. Sekarangpun, aku dapat bertemu dengan mereka, mama...

Lucy tersenyum kecil. Menyelipkan notebook kecil itu di saku piyamanya.

REVIEW!