A/N: Oke, sebelumnya buat yang gak suka ama Changmin x Onew, silahkan tekan tombol close dan gak usah ngebaca fanfic ini. Saya gak butuh bacotan soal pair ini anehlah, gak ada feel-lah dan sebagainya. Silahkan kalian mengkritik cara penulisan saya atau EYD dan sebagainya. Tapi kalau kalian sampai ngehina pair yang saya bawa, saya gak bakal menolerir dan bakalan saya abaikan. Arasso? Gak suka, ya gak usah dibaca. Saya hargai preferensi anda. Dan tolong, hargai juga preferensi saya.
Fic ChangNew kedua saya! Mianhe, kali ini lagi-lagi ChangNew. Karena feel ChangNew saya masih membara. Buat yang nungguin updetan fic OnJong saya, harap bersabar ya. Mood swing saya emang menyebalkan... m(_ _)m *bungkuk2*
I Was Born To Be With You © Viero D. Eclipse
Disclaimer: SHINee and DBSK/TVXQ are belongs to SM Entertainment, God and them self
Casts: Max Changmin, Lee Jinki 'Onew', other K-Pop Boyband members (as cameo).
Pairing: ChangNew (Max Changmin x Lee Jinki 'Onew')
Genre: Romance/Drama
Rated: T
Warning: Untuk chapter ini settingnya AR dan tiap chapter settingnya berbeda, tergantung dari reinkarnasinya Changmin, Abal, Boy x Boy/Shounen ai, OOC, Alur gaje, Klise, redundansi, typo(s) mungkin bertebaran
Don't Like? Don't Read!
"I remember the day we first met
You came to me
on a dazzling and bright day
Thank you for coming to me" – Onew – In Your Eyes
First Life
S.M-Entertaiment.
Frase itu menjadi awal mula dari titik pertemuan mereka. Dalam sejarah hidup Changmin, namja itu tak pernah menyangka bahwa ia akan menemui sebuah entitas dengan simpulan senyum terindah yang pernah ada di dunia. Ia tak pernah menyangka bahwa ada sebuah entitas yang dapat mengemban banyak sekali kesempurnaan. Kalau boleh jujur, Changmin sendiri merupakan sesosok namja yang juga sangat sempurna.
Bagaimana tidak?
Ia adalah Max Changmin. Maknae dari DBSK, sebuah grup boyband papan atas yang sangat melejit di Korea dan telah sukses melebarkan sayap hampir di penjuru gerbang mancanegara. Namanya selalu berada di peringkat teratas sebagai K-Pop Idol terpopuler di Korea dan juga Jepang.
Basuhan kesuksesan, kilaunya popularitas dan segenap puncak euforia dalam jala karirnya itu tentu tidak dengan mudah didapatkan Changmin. Ia bukanlah dewa yang bisa meraih segalanya hanya dengan menjentikkan jari saja. Ia berjuang. Semuanya dimulai dari nol. Suara vokalnya memiliki peranan yang begitu besar dalam hidupnya. Dan ia sangat mensyukuri bakatnya itu.
Dan sebagai agensi besar yang sudah memboomingkan banyak bakat dari artis-artisnya, sudah pasti S.M-Entertainment akan menelurkan lagi beberapa artis baru tiap tahunnya. Puluhan trainee selalu diasah, siap bertempur dalam medan dunia hiburan. Dan di saat itulah Changmin mendapati sang entitas sempurna.
Seorang trainee muda yang kelak akan menjadi calon bintang paling bersinar sama seperti Changmin.
"A-Annyeoung ha-ha-shim-nikka, j-je i-ireum-eun Lee Jinki imnid-da."
Nadanya terdengar lirih dan sangat gugup. Namja itu terlihat begitu polos dibalik sikap malu-malu dan gestur canggung yang ia perlihatkan. Rambut hitamnya yang lebat dan panjang serta cara berpakaiannya yang terlihat kurang serasi itu membuat Changmin menyimpulkan senyuman tipis. Tipikal trainee, mereka pasti akan terlihat seperti orang yang biasa saja karena belum terbasuh dengan sentuhan make-up.
Namun di situlah letak keindahannya.
Mereka masih terlihat murni. Rendah hati. Masih belum terkontaminasi dengan glamornya kehidupan sebagai seorang idola.
Dan namja itu. Lee Jinki. Ia terlihat begitu bersinar saat sebingkai senyuman mulai tergurat di paras lugunya. Senyuman itu mengandung harapan. Mengandung sebuah impian besar. Senyuman itu mengandung tombak determinasi yang begitu kuat dan tajam. Mengandung seuntai cita untuk menggapai puncak kesuksesan.
Changmin yakin bahwa kelak, namja itu akan berhasil. Ah, bicara apa dia. Sudah pasti namja itu akan sukses dibawah bendera SM. Ia akan berada di puncak. Ia akan bersinar seperti senyuman manis yang tergurat di wajahnya itu.
Namun, Changmin juga memiliki ekspetasi bahwa namja itu mungkin akan terbutakan dengan popularitas, terbutakan dengan tanggung jawab sebagai idola. Ia akan lupa dengan jati dirinya. Ia akan menjadi orang yang berbeda. Ia dituntut untuk menjadi entitas baru. Entitas sempurna yang diinginkan oleh para fans.
Changmin tahu bahwa semua itu terkesan begitu ironis.
Tapi ia bukanlah namja yang delusional. Ia berspekulasi berdasarkan realitas. Ia sudah mengalaminya sendiri. Ia bukanlah Shim Changmin yang dulu. Ia adalah Max. Figur idola dengan suara emas dan kesempurnaan entitas untuk dipuja oleh para penggemarnya. Dan hidup sebagai sosok Max tidaklah mudah. Dunia idola begitu kejam. Kebebasan dan privasi mungkin bagai debu yang sulit untuk diraih dan dikendalikan.
Melihat begitu polos dan lugunya sosok namja trainee—yang kini berada di atas altar untuk memperkenalkan dirinya—sejatinya membuat Changmin berpikir, bagaimana bentuk kerja keras namja itu kelak. Semua trainee yang ada di dalam naungan SM sudah pasti berjuang mati-matian untuk menggapai impian mereka. Namun, entah mengapa, namja polos itu sedikit berbeda. Ia merupakan satu-satunya trainee yang mampu menarik sedikit dari perhatian Changmin.
Dan di saat namja itu menatap Changmin dan tersenyum dari kejahuan—dengan gestur malu-malu dan wajah yang sedikit merona merah—di saat itulah Changmin sedikit terpesona dengan senyuman itu. Senyuman itu begitu hangat. Begitu indah. Begitu menyejukkan. Dan tanpa sadar, ia pun turut tersenyum. Turut membalas senyuman namja trainee itu.
Dan baru kali ini ia berharap...
Ia berharap bahwa keindahan senyuman itu takkan luntur dan lekang oleh kerasnya persaingan dalam dunia hiburan.
Ia berharap bahwa namja trainee itu tak pernah berubah. Selalu bertabiat ramah, sopan, baik dan selalu rendah hati.
Ia berharap bahwa mereka bisa berjuang bersama-sama.
Dan ia berharap bahwa nantinya...
Ia bisa sedikit lebih dekat dengan Lee Jinki.
.
.
"Perkenalkan. Mereka adalah SHINee. Grup baru yang akan turut meramaikan dunia hiburan bersama kalian."
"Annyeonghaseyo bitnaneun SHINee imnida!"
Suara tepuk tangan mulai bergemuruh saat lima orang namja memberikan salam mereka dan membungkukkan tubuh pertanda hormat. Changmin melihat bahwa Lee Jinki kembali berada di atas altar. Namun kali ini, ia tak berdiri sendiri. Ia berdiri bersama empat namja lainnya. Mereka akan menjadi satu tim untuk memperjuangkan nama dari grup mereka.
"Annyeonghaseyo, aku adalah Onew, leader dari SHINee."
Onew.
Nama itu mulai terpantul di dalam hati. Sebuah nama baru yang memiliki makna kelembutan. Sungguh tepat, batin Changmin. Mengingat Jinki yang berkepribadian lembut dan memiliki suara vokal berbalut falsetto yang begitu halus bak lentera lullaby malaikat.
Ah, sungguh kontradiksi sekali.
Changmin memiliki suara tenor yang begitu kuat dan sangat tinggi. Sedangkan 'Onew' memiliki suara yang begitu lembut dan menenangkan. Simpulan senyum lantas mengembang di paras maknae DBSK itu. Opposites do attract, right?
Dan kali ini, Changmin tak melihat banyak perubahan di dalam diri Jinki. Namja itu masih terlihat begitu ramah, begitu sopan dan sangat santun. Senyuman itu masihlah terasa begitu hangat dan terlihat indah. Rasa canggung dan malu itu tetap ada. Dan dibalik potongan rambut barunya serta penampilannya yang tidak lagi kacau seperti dulu...
Ia tetaplah seorang Lee Jinki.
Seorang Lee Jinki yang masih melayangkan seuntai senyum pada Changmin dari kejahuan.
Dan Changmin tetaplah seorang Changmin. Yang selalu mengagumi pesona senyum Jinki dan selalu membalas senyum itu dengan kehangatan yang sama.
.
.
"AMIGO! Keunyeol boda naega michyeo~ AMIGO!"
"Gaahh! Sudah, cukup. Aku menyerah! Aku benar-benar bingung dengan step-stepnya! Dan Changmin-ah, jika kau tak hafal gerakannya, jangan ikut menari!"
"Ouch!" Changmin mengusap kepalanya sembari beraut ketus saat Junsu mendaratkan jitakan dengan begitu keras. Yunho hanya tertawa melihat aksi pem-bully-an maknae itu. Yoochun terlihat menggelengkan kepala. Dan jangan tanya, mengapa Jaejoong hanya bisa berdiri pasif tanpa ekspresi.
"Yah! Junsu-hyung! Kau tak perlu memukulku seperti itu!"
"Cerewet. Gara-gara kau, dance dengan gerakan dewa ini jadi terlihat begitu berantakan. Aissh!" Junsu menepuk dahinya dengan raut miris. Changmin mengerucutkan bibirnya. Ya, siapa sangka. Dibalik popularitas SHINee yang kini semakin melejit, ia dan para hyungnya ternyata juga turut terjangkit virus dan terpesona dengan grup hoobaenya itu.
Lihat saja Yunho yang sepertinya sudah hafal setengah dari koreografi Amigo, single SHINee yang terbaru. Dengan iseng dan penuh antusias tinggi, Junsu pun ikut bergabung dan mulai menirukan gerakan Amigo sesaat sebelum mereka beraksi di atas panggung. Dan daripada turut mematung seperti Jaejoong dan juga Yoochun, Changmin pun mengambil inisiatif untuk ikut menari meskipun pada akhirnya, tindakannya itu berakhir dengan sebuah jitakan dari Junsu.
Sungguh tak terasa.
Semua berlalu begitu cepat. Semenjak debut pertama dari grup boyband yang dipimpin oleh Jinki itu, ia dan para dongsaengnya berhasil menyabet banyak sekali perhargaan. Pendatang baru terbaik. Pendatang baru terpopuler. Grup band muda terbaik, dan sebagainya. Ah, Changmin sungguh bangga dengan kerja keras mereka. Terutama Jinki. Sebagai seorang leader, ia benar-benar melakukan tugasnya dengan baik.
"Anyeonghaseyo, Changmin-hyung."
Dan masih tergambar jelas di benak Changmin saat dimana Jinki membungkukkan diri dan menyapanya dengan sangat santun. Hoobaenya itu melemparkan senyum ramah. Ia benar-benar terlihat begitu cerah dan sangat muda meskipun umur mereka hanya terpaut setahun saja.
"Hehe, akhirnya kau bisa menyapaku dengan sangat lancar, Jinki-yah? Kau tak lagi gugup seperti dulu."
"Eh?" Jinki terbelalak dan mulai terkekeh dengan rona merah di parasnya. Aegyo, batin Changmin. Meskipun ia adalah maknae di grupnya, namun ia tak akan bisa menjadi semanis dan sepolos Jinki—yang dengan ironisnya, merupakan leader dari SHINee. Ia sudah dicap sebagai 'Evil Maknae'. Bahkan ada juga yang menyebutnya sebagai 'Dark Lord' atau 'Voldemin' (perpaduan Voldemort dan Changmin?). Hah, entahlah. Yang jelas, Changmin tak terlalu ambil pusing dengan reputasinya itu.
"Setelah beberapa kali menjadi host di radio dan ikut berpartisipasi di beberapa reality show, aku pun belajar untuk meminimalisir kegugupanku, Hyung. Dan sepertinya, usahaku ada hasilnya." Jinki kembali tersenyum dan menggaruk belakang kepalanya. Hal itu membuat Changmin turut tersenyum dan mulai bersandar di hamparan dinding sembari melipat kedua tangannya di dada.
"Apa kau masih ingat saat grup kami dan SuJu mengerjaimu di hotel? Waktu itu kau sampai menangis dan melerai kami. Ekspresimu lucu sekali, Jinki-yah. Ahahahaha!"
"Yah! Kalian semua sangat kejam, Hyung! Tentu saja aku pasti akan menangis karena takut jika kalian memang benar-benar bertengkar! Aku tak ingin terjadi pertikaian di antara kalian. Di bawah bendera SM, bukankah kita semua saudara?"
Jinki mengerucutkan bibirnya. Rona merah itu masihlah menghias paras manisnya. Ya, benar. Changmin paham bahwa dibalik sikap diam dan malu-malunya, Jinki merupakan seorang namja yang begitu sensitif. Ia terlalu lembut untuk disakiti. Dan sungguh, kebaikan hati Jinki membuat Changmin tak ingin melihat kesedihan mewarnai paras hoobaenya itu.
Namja itu terlahir untuk bersinar.
Dan Changmin tak ingin senyum terindah itu sirna begitu saja dari Jinki.
"Tapi aku senang, kau sudah terlihat percaya diri sekarang. Menjadi seorang leader tidaklah mudah. Banyak tanggung jawab dan konsekuensi yang harus kau terima. Aku memang hanya seorang maknae di grupku. Namun terkadang, sebagai dongsaeng, kami pun paham bagaimana beratnya tugas yang diemban Yunho-hyung sebagai leader."
"Changmin-hyung..."
Jinki mencoba meresapi masukan itu ke dalam nalarnya. Ia paham bahwa Changmin tak bermaksud untuk menggurui. Sunbaenya itu benar-benar khawatir dan menginginkan yang terbaik untuk Jinki. Dan hal itu membuatnya senang. Sungguh, dibalik parsial Changmin yang terlihat apatis, sejatinya namja itu benar-benar sangat peduli dengan dongsaengnya.
"Arasso. Perjalananku masih panjang. Aku akan berjuang dengan keras, Hyung. Gomawo untuk dukungannya!" Dan senyum itupun semakin mengembang lebar. Kedua mata Jinki bertransisi bak dua buah bulan sabit yang begitu indah. Changmin kembali merasakan kehangatan tak terdefinisi. Ia yakin, sepertinya hanya Jinki yang mampu membuatnya merasakan efek itu.
Secara perlahan, ia usap untaian rambut Jinki—yang saat itu berambut brunet. Ia usap dengan lembut sembari melayangkan senyum tipis. Seuntai frase pembangkit semangat lantas terguratkan.
"Lee Jinki-yah, Hwaiting!"
.
.
Tahun demi tahun pun berlalu.
Bendera SM membuat hubungan para artis-artis yang dinaunginya menjadi semakin lekat. Dan meskipun ikatan kekeluargaan telah menjadi slogan dalam SM, namun bukan berarti hal itu menjadi jaminan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Tak ada yang statis di dunia ini. Benang-benang euforia tak selamanya bisa digenggam. Karena saat kau berhasil menggapainya, mereka seperti air, yang bisa habis dan membuncah lepas kapan saja. Dan saat kau berusaha untuk mempertahankannya, mereka seperti debu. Semakin dicari, justru semakin samar dan menghilang.
Dan genangan kehidupan tak ubahnya seperti roda. Ada masa dimana semuanya terasa begitu indah. Terasa seperti di puncak.
Dan ada masa dimana roda itu berputar ke bawah. Semuanya terasa begitu berat dan sangat menyakitkan.
.
DBSK pecah.
.
Tak pernah terbayangkan bagi Changmin bahwa distopia itu benar-benar terjadi padanya. Tak pernah terbersit sebuah pikiran bahwa grupnya akan terlanda kerikil konflik yang begitu besar dan tajam. Ia tak menyangka bahwa DBSK, sebuah grup berisikan para hyung yang sudah seperti keluarganya sendiri, akan pecah begitu saja dalam waktu yang sangat singkat. Semuanya terasa seperti mimpi. Baru kemarin ia masih menikmati kebersamaan itu dengan para dongsaengnya. Menikmati segenap kesuksesan dari hasil penjualan album mereka.
Kini semua itu telah sirna, menjadi kepingan kenangan yang mungkin terlalu menyakitkan untuk diingat.
"Yunho-hyung, Changmin-hyung! Hwaiting!"
"Kalian berdua jangan menyerah! Perjalanan kalian masih panjang!"
"Semuanya akan baik-baik saja. Kalian harus tetap bertahan demi Cassiopeia!"
"Kami semua mendukungmu, Hyung! Ayo, Hwaiting!"
Segenap dukungan mulai mengalir. Changmin sungguh terharu dengan para dongsaengnya yang sangat suportif itu. Sempat terlintas di otaknya untuk berhenti. Untuk mengakhiri palung karirnya di bendera SM. Ia sempat merasa jatuh dan terperosok ke dalam jurang keputusasaan. Menyerah. Ia sungguh ingin menyerah.
Namun dukungan demi dukungan itu terus datang. Terus membasuh dan menajamkan determinasinya.
"Konflik ini bukanlah akhir dari segalanya. Kita harus tetap bertahan, Changmin-ah. Hanya kau satu-satunya yang ada di sisiku saat ini. Kita tak bisa menghancurkan harapan para fans. Aku membutuhkan bantuanmu. Aku tak akan bisa melakukan ini seorang diri."
Setelah lama berdiam diri, akhirnya Yunho berhasil bangkit dan meyakinkan Changmin. Maknaenya itu lantas mengangguk dan mencoba menyingkirkan jala keputusasaan yang selalu menyelubungi benaknya.
Ia tak bisa egois dan membiarkan Yunho berjuang seorang diri. Ia juga tak bisa egois dan mengacuhkan dukungan para fans dan para dongsaengnya.
Determinasi itu sudah bulat.
Changmin tak akan menyerah.
Banyak tombak-tombak harapan yang sudah dititipkannya padanya.
Dan ia tak bisa membiarkan tombak-tombak harapan itu meleset dan tak tepat sasaran begitu saja.
"Kau tak apa-apa, Hyung? Apa kau sudah merasa baikan sekarang?"
"Ah, aku tak apa-apa. Gomawo, Minho-yah." Changmin melepaskan pelukan Minho dan mulai menepuk bahu hoobaenya itu. Beberapa personil SHINee lainnya—katakanlah Jonghyun, Taemin dan Kibum— terlihat melemparkan senyum sembari melayangkan pandangan yang menyiratkan kalimat 'jangan menyerah, Hyung!'.
Lalu... bagaimana dengan... Jinki?
Hoobaenya itu terlihat absen. Changmin sama sekali tak melihat kehadiran Jinki. Memang, padatnya jadwal konser dari grup mereka telah membuat hubungan keduanya menjadi sedikit renggang akan jeda. Changmin sudah jarang bertemu Jinki selain hanya pada saat konser dan acara gathering saja. Dan meskipun diantara segenap personil SHINee, ia paling dekat dengan Minho, itu bukan berarti ia tak ingin menemui Jinki, 'kan?
Lagipula, yang membuatnya akrab dengan Minho adalah; karena Minho sendiri yang memiliki inisiatif untuk berhubungan dekat dengan Changmin. Namja itu tak segan untuk mengawali pembicaraan. Ia bahkan dijuluki sebagai hyungwhore bukan tanpa alasan. Sungguh kontradiksi dengan Jinki yang notabene merupakan namja yang pendiam. Leader SHINee itu bukanlah tipe starter. Ia tak akan memulai sebuah konversasi jika tak diberi stimulus. Ia hanya akan bercanda di saat situasi menjadi terlalu dingin dan serius.
Dan Changmin mulai merindukan Jinki.
Ia mulai merindukan namja dengan simpulan senyum terindah itu. Ia ingin melihat paras manisnya. Ia ingin melihat hoobaenya itu tertawa. Ia ingin mendengar segenap lelucon-lelucon garing yang selalu Jinki guratkan di saat yang tak tepat. Ia ingin menatap kedua mata bulan sabit Jinki saat ia tersenyum lebar.
Ia menginginkan keberadaan Jinki.
Karena entitas namja itu mampu memberikan kedamaian dan juga kehangatan yang dibutuhkan oleh Changmin.
Dan sejatinya, keabsenan Jinki membuat Changmin sedikit kecewa. Ia tak memiliki niatan untuk menanyakan alasan absennya Jinki kepada para dongsaengnya itu. Ya, mungkin saja Jinki tak datang karena sibuk dan harus mengisi acara di tempat lain? Siapa tahu saja.
"Baiklah, kami pulang dulu. Sekali lagi, tetaplah semangat, Changmin-hyung! Kami semua selalu mendukungmu dan Yunho-hyung!"
"Ne, Gomawo." Changmin membungkukkan diri dan mulai tersenyum saat menatap Minho dan yang lainnya melangkahkan kaki keluar dari gedung SM. Beberapa dongsaeng lain seperti; F(x), SuJu, SNSD, Kangta dan yang lainnya juga mulai berpamitan pada Yunho dan lantas menghampiri Changmin untuk bersalaman.
"Minnie, Hwaiting!" Kyuhyun terlihat bersorak sembari melambaikan tangannya. Changmin hanya tertawa dan membalas lambaian tangan kawannya itu.
"Gomawo!"
"Sudah larut malam. Sebaiknya kita juga segera kembali ke asrama dan beristirahat, Changmin-ah," sahut Yunho sembari melangkah menuju ke pintu keluar. Changmin hanya mengangguk dan melambaikan tangannya.
"Kau duluan saja, Hyung. Aku masih ingin di sini sebentar."
"Baiklah. Akan kutunggu kau di luar." Changmin hanya menghela napasnya saat ia sudah tertinggal sendiri di ruang gathering SM itu. Ia pun mulai melangkahkan kaki menuju ke ruang studio. Entah mengapa, seolah ada sesuatu yang menariknya dan membuatnya ingin melangkah ke tempat itu. Dan tak ada yang bisa ia lakukan selain hanya menuruti intuisinya dan mulai memperhatikan keadaan ruang studio setibanya ia di sana.
Sepi.
Ruang studio itu tampak kosong dan sangat sepi. Bahkan terlalu hening sampai-sampai langkah kaki Changmin terdengar menggema di segala penjuru. Tak ada orang sama sekali. Yang menemani eksistensi Changmin dikala itu hanyalah sekumpulan foto-foto grup band dan para artis SM. Serta refleksinya sendiri di hamparan cermin ruang dance.
Namja itu lantas menghampiri dinding. Spekulasinya ternyata tepat. Beberapa foto DBSK masih terpampang di sana. Foto dimana para personilnya masih lengkap. Masih ada Jaejoong, Junsu dan juga Yoochun di sana, dengan senyum di paras mereka tentu saja. Benar-benar pose kekeluargaan yang sangat sempurna.
Jemari Changmin beranjak, mencoba menyentuh hamparan kaca pigura yang membalut foto itu dengan framenya. Dadanya serasa sesak. Meskipun ia sudah memutuskan untuk tidak menyerah, namun tetap saja bayang-bayang nostalgia kebersamaan dengan hyung-hyungnya itu membuatnya terjerembab dalam palung kesedihan yang begitu dalam. Sudah bertahun-tahun mereka berjuang bersama-sama. Mengibarkan bendera DBSK ke penjuru dunia. Dan segenap ikatan itupun hancur hanya karena setitik konflik.
Jemari Changmin mengepal.
Tak terasa air mata mulai gugur di pelupuk matanya tanpa suara. Ia tak pernah menangis. Semenjak ketiga hyungnya memutuskan untuk mengundurkan diri, ia tak meneteskan air mata sedikitpun. Justru Yunho yang tampak begitu emosional dan yang paling sering menggugurkan air matanya.
Namun kali ini...
Changmin tak mampu menahannya lagi.
Segenap rasa sakit dan kesedihan itu terus saja membuncah. Terus saja menikam hati dan perasaan Changmin hingga menjadi puing-puing lara yang sulit untuk disembuhkan. Ia merasa begitu tak berguna. Ia gagal untuk menghadang konflik itu. Ia gagal untuk menghentikan perpecahan di dalam grupnya.
Maknae.
Ya, memang ia hanyalah seorang maknae. Ia memang namja yang termuda diantara para hyungnya. Namun, bukan berarti semua faktor itu membuatnya jadi terabaikan, bukan?
Changmin juga ingin pendapatnya didengarkan. Ia ingin suara hatinya didengarkan. Tapi sepertinya, para hyungnya itu lebih menjunjung tinggi hak kebebasan mereka. Dan Changmin pun paham bahwa mereka tak memiliki pilihan lain. Ia hargai keputusan mereka. Dan ia berharap, para hyungnya itu bisa mendapatkan kesuksesan dan masa depan yang lebih baik.
Butiran air mata itu terus saja berguguran. Changmin hanya bisa menunduk dengan sekujur tubuh yang kian gemetaran. Hanya tinggal masalah waktu sebelum foto-foto kebersamaan mereka disingkirkan seluruhnya. Dan memikirkan probabilitas itu membuat Changmin menggertakkan deretan giginya menahan pedih.
"Changmin-hyung..."
"H-Hah?"
Changmin terkejut saat jemari seseorang tampak mengusap air mata yang menggenangi parasnya. Terbelalak, atensinya lantas mengarah pada sesosok namja yang kini sudah ada di hadapannya. Dan Changmin seakan tercekat saat tahu, siapa namja itu sebenarnya.
"J-Jinki-yah?"
Namja yang selalu ia nanti itu telah hadir. Lee Jinki, ia benar-benar hadir tepat di hadapan Changmin. Kedua mata cokelat madunya memandang sendu. Lantas ditepuknya perlahan bahu sunbaenya itu sembari membisikkan frase dengan begitu pelan.
"Menangislah, Hyung. Menangislah sampai kau tak bisa menangis lagi. Keluarkan segenap kepedihanmu. Jangan dipendam lagi..."
"J-Jinki... ukhh..."
Rasanya semakin sesak.
Changmin sungguh tak mampu membendung perasaannya. Air mata kembali berguguran dan menggenangi paras tampannya. Sekujur tubuhnya menggigil. Dan ia pun hanya bisa mendekap erat tubuh Jinki saat namja itu mulai memeluknya dengan penuh kelembutan.
"Mianhe, karena aku datang terlambat, Hyung. Tapi tenanglah, aku akan selalu ada saat kau butuh tempat bersandar dari segenap permasalahan ini. Kau bisa bersandar padaku, Hyung. Aku tak akan kemana-mana."
Meskipun Changmin tak menatap langsung paras Jinki, ia tahu bahwa namja itu tengah tersenyum di dalam dekapannya. Ia bisa merasakan lentera kehangatan itu. Sebuah lentera kehangatan yang sudah lama ia rindukan. Dan hanya Jinki yang mampu memberi itu.
Hanya Jinki yang mampu memberi ketenangan dalam dirinya.
Setelah isak tangisnya mereda, Changmin lantas membenamkan parasnya di rambut Jinki—yang saat itu berwarna karamel. Rambut hoobaenya itu begitu lembut. Dan sungguh, hanya dengan bersama dan mendekap Jinki seperti ini, Changmin seakan bisa melepas jeratan lelah dan melupakan sejenak tentang betapa sakitnya gurat-gurat luka yang ada di dalam hatinya itu.
Sungguh ajaib.
Apakah salah jika Changmin menginginkan Jinki untuk selalu berada di dekatnya?
Ia tahu bahwa Jinki hanyalah hoobaenya. Ia bukanlah sanak keluarganya. Ia bukanlah adiknya. Ia bahkan bukanlah kekasihnya.
Namun, hanya dengan mendekap namja itu seperti ini...
Changmin merasa begitu utuh. Ia merasa begitu terlengkapi. Ia tak butuh curahan kasih sayang dari keluarganya. Ia tak butuh dukungan dari saudara ataupun adik-adiknya. Ia tak butuh setangkai cinta dari sosok sang kekasih.
Ia hanya butuh Jinki.
Karena hanya dengan kehadiran Jinki di sisinya, ia pun mampu merasakan segenap dukungan, cinta dan kasih sayang itu.
Ia hanya butuh Jinki untuk berada di dekatnya. Dan semua itu sudah lebih dari cukup untuk Changmin.
Mungkin, inilah salah satu faktor, mengapa ia masih mau bertahan di bawah bendera SM. Itu karena namja dengan senyum terindah itu masih berada di sini. Menanti Changmin untuk kembali menunjukkan perjuangannya. Dan tak ada yang membuat Changmin bersemangat selain hanya melihat Jinki tersenyum bangga padanya.
Ia tak ingin mengecewakan sunbaenya itu.
Dan ia tak ingin menjadi penyebab lunturnya senyuman Jinki.
Setelah cukup lama mereka saling berpelukan, Jinki mulai mencoba melepaskan dekapannya dari Changmin. Namun sunbaenya itu tetap tak mau melepaskannya dan terus saja mendekap Jinki dengan begitu erat. Hawa canggung mulai terasa di dalam diri Jinki. Jantungnya berdebar kencang karena ia tak pernah melakukan kontak skinship sedekat dan selama ini dengan siapapun. Ia bahkan seringkali menghindari aksi fanservis dengan para dongsaengnya sendiri.
Dan kontak skinship yang dilakukan Changmin hanya membuat rasa canggung dan gugupnya semakin meningkat saja.
"Umm... Changmin-hyung? S-Sepertinya Yunho-hyung sudah menunggu lama di luar, apa tidak sebaiknya kita—"
"Jangan pergi."
"Eh?"
"Tolong, biarkan aku mendekapmu seperti ini... sebentar saja."
"Changmin-hyung..."
"Kumohon."
Dan Jinki tak tega menolak permintaan itu. Nada Changmin terdengar begitu rapuh. Secara perlahan, Jinki kembali melingkarkan kedua tangannya di tubuh Changmin dan membiarkan sunbaenya itu terus mendekapnya dengan begitu erat.
Hening.
Tak ada pertukaran kata maupun inisiatif untuk memulai konversasi di kala itu. Kedua namja itu lebih memilih diam dan terhanyut dalam zona kenyamanan masing-masing. Jinki tak keberatan menjadi tumpuan sandaran untuk sunbae yang sudah menjadi figur panutannya itu. Selama ini, Changmin selalu mendukungnya. Dan tak ada yang bisa dilakukan Jinki selain hanya membalas dan berbalik mendukung sunbaenya itu.
"Changmin-hyung."
"Hmm?"
"Hwaiting!"
Frase antusias itu membuat Changmin tersenyum. Disandarkanlah paras Jinki di hamparan dadanya sembari membisikkan frase balasan dengan raut damai di wajahnya.
"Gomawo, Jinki-yah. Gomawo..."
.
.
"Changmin-hyung! Aku akan berpartisipasi sebagai lead role di drama musical 'Rock of Ages'! Kumohon, datang ya! Aku ingin kau datang dan melihat pertunjukanku!"
"Wah, benarkah? Selamat, Jinki-yah! Kau pantas mendapatkan peran itu."
Changmin hanya dapat tersenyum saat melihat antusiasme yang tergurat nyata di diri Jinki. Semenjak kejadian di ruang studio itu, hubungan mereka pun menjadi semakin dekat dan hawa canggung sudah tak perlu dipermasalahkan lagi. Mereka terlihat saling suportif. Meskipun grup Changmin masih berada dalam masa hiatus, namun ia tak segan untuk selalu memantau para dongsaengnya terutama Jinki.
"Datang ya, Hyung? Aku ingin tahu pendapatmu mengenai penampilanku nanti." Dan tak ada yang membuat Changmin berdebar selain hanya melihat tatapan permohonan dari Jinki. Hoobaenya itu terlihat begitu mengharapkan kehadirannya. Dan ia hanya ingin Jinki merasa senang.
Sudut bibir Changmin tertarik, seutas senyum tipis lantas mengembang di parasnya. Ia pun mengangguk, sembari mengusap untaian helai rambut karamel Jinki—yang saat itu agak panjang dan sedikit gondrong.
"Aku pasti akan datang. Sudah lama aku ingin melihat penampilanmu sebagai read role di dalam drama musikal, Jinki-yah. Do your best!"
"J-Jinjja? Gyaaaaaa! G-Gomawo, Changmin-hyung! GOMAWOOOOO!" Gelak tawa pun tergurat di mulut Changmin saat hoobaenya itu mulai memeluknya dan berjingkrak-jingkrak dengan girangnya. Melihat euforia yang terpancar dalam diri Jinki sejatinya membuat Changmin turut merasakan percik kebahagiaan tertinggi itu. Ia sungguh mendukung hoobaenya secara penuh.
Ia akan selalu mendukung Jinki apapun yang terjadi.
Dan ia pun benar-benar mendatangi drama musikal Jinki, tak peduli dengan pandangan para fans serta beberapa paparazzi yang menguntitnya di kala itu. Ia bahkan datang saat SHINee mengadakan konser SHINee World pertamanya di Korea. Dan dibalik semua itu, Jinki juga mati-matian mendukung Changmin saat ia dan Yunho kembali dengan album terbaru mereka. Hoobaenya itu terlihat yang paling antusias dan bahkan menyuruh segenap fansnya untuk selalu mendukung grup Changmin.
Dan tak ada yang membuat Changmin tersentuh selain hanya melihat semangat tinggi Jinki yang tak bosan-bosannya mempromosikan DBSK/TVXQ sebagai grup duo yang luar biasa.
"Benar-benar "TVXQ"! Tidak pernah mengecewakan kita, Yunho-hyung dan Changminnie-hyung kita yang tercinta! Ini baru saja dimulai, Anda semua tahu kan? Hari ini adalah comeback pertama mereka. Sekarang, ayo beri dukungan untuk TVXQ-hyung kita dengan mengepalkan tangan di udara! Hwaiting!"
Dan Changmin hanya tertawa saat melihat bagaimana hebohnya reaksi Jinki tatkala hoobaenya itu membaca pesan terima kasih Changmin dibalik dukungan akan album terbarunya dengan Yunho.
"Untuk perusahaan/agensi kami (SM) yang telah memberikan kami dorongan dan kesempatan, dan untuk semua senior dan junior kami yang mengagumkan, cantik, berbakat dan baik, terima kasih semua! Orang yang paling tampan di alam semesta, Lee Jinki ^^. Raja periklanan Kim Jong Hyun ^^. KeyBum atau Kibum, Choi Minho, yang melimpah dengan kekayaan seperti anak dari keluarga kaya raya pemilik perusahaan minyak dari timur tengah ^^, Pangeran Taemin, yang memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan pria, dan semua hoobae lainnya, terima kasih."
"Yah! Apa maksudnya ini, Hyung? Kenapa kau menulis namaku sebagai orang paling tampan di alam semesta? Apa kau bermaksud sarkastik, hah?" Jinki mengerucutkan bibirnya dengan raut ketus sembari melayangkan tatapan skeptis ke arah Changmin. Sunbaenya itu hanya bisa tertawa dengan kontur mencurigakan di parasnya.
"Hahahaha! Apa kau tidak percaya jika aku menuliskan kejujuran di pesan itu, Jinki-yah?"
"Anio. Berhentilah bercanda, Hyung! Ini tidak lucu. Dongsaengku bahkan menertawakanku dengan nada sarkas. Mereka pikir, aku sudah menyuap Changmin-hyung untuk mengaku bahwa aku memang tampan. Semua ini membuatku malu."
Dan hal itu membuat tawa Changmin semakin bergemuruh nyaring. Jinki pun cemberut. Belum sempat ia membarakan protes lebih lanjut, tiba-tiba sunbaenya itu menatapnya dengan lembut dan memeluk tubuhnya dengan begitu erat. Aksi itu membuat Jinki terbelalak kaget.
"C-Changmin-hyung?"
"Percayalah, Jinki-yah. Bagiku, kau merupakan orang yang paling tampan di alam semesta ini. Selain dari segi penampilan, kebaikan, determinasi, harapan dan optimisme tinggi. Segenap dukunganmulah yang membuatmu begitu tampan di mataku. Kau adalah orang yang mengagumkan. Tetaplah tersenyum. Kau dilahirkan untuk menjadi namja yang bersinar sama seperti SHINee."
"H-Hyung—" pengakuan itu membuat jantung Jinki berdebar begitu cepat. Rona merah menjalar di parasnya yang manis itu. Ia tak menyangka bahwa Changmin akan memujinya sampai seperti itu. Mencoba menahan rasa malunya, ia membarakan lelucon yang sejatinya tak perlu.
"Hahaha... kau terdengar seperti stalkerku saja, Hyung."
"Memangnya kenapa jika aku memang menjadi stalkermu?"
"M-MWOH?" Jinki terbelalak mendengar itu. Ia berusaha melepaskan jeratan Changmin dari tubuhnya. Namun sunbaenya itu tetap persisten untuk mendekapnya.
"A-Apa maksudmu, Hyung?"
"Maksudku adalah, seharusnya kau senang 'kan, mendapati aku sebagai stalkermu? Aku bahkan rela datang di pertunjukan musikal dan konser-konsermu. Aku yakin, ribuan fangirlku pasti akan iri padamu, Jinki-yah~"
"Yah! I-Itu 'kan tindakan Changmin-hyung sendiri yang seperti stalker. Aku bahkan tak menyuruh hyung berbuat seperti itu. Ya, memang kuakui bahwa... a-aku sangat senang hyung mau memperhatikanku tapi... a-apa maksudnya dengan ribuan fangirl yang iri itu? A-Aku bahkan bukanlah yoeja!" Gugup, ucapan Jinki mulai terpatah-patah. Entah mengapa, parasnya terasa panas dan semakin memerah. Dan melihat Changmin yang masih tak ingin melepaskan dekapannya dari Jinki hanya membuat dada leader SHINee itu seakan meledak.
Changmin pun menyeringai.
"Ne. Para fangirl itu pasti akan iri padaku. Karena mereka tak akan pernah mendapatkan dekapanku seperti dekapanku padamu. Karena mereka tak akan mendapat perhatian seperti yang kucurahkan padamu. Karena mereka tak bisa sedekat ini denganku. Karena aku yakin, jika aku bereinkarnasi di dunia ini. Berapa kalipun aku bereinkarnasi..."
...
"Aku akan selalu bertemu dan bersama denganmu. Bukan dengan mereka."
"H-Hyung..." Jinki seolah kehabisan kata. Ia hanya bisa terbelalak syok mendengar itu. Parasnya semakin pekat dalam rona merah. Sekujur tubuhnya serasa panas. Dan ia tak lagi menyadari tentang betapa cepat debaran jantungnya yang semakin menggila itu. Sungguh, ia tak pernah merasakan sensasi asing seperti ini.
Sebenarnya...
Apa yang sudah terjadi?
Apakah secara tak langsung, Changmin telah menyiratkan bahwa ia menyukai Jinki?
Belum sempat leader SHINee itu mengguratkan tanya, sebuah kecupan ringan tiba-tiba mendarat di hamparan pipinya. Changmin hanya tersenyum karena aksi spontannya itu sukses membuat Jinki mematung syok. Maknae DBSK itu mulai mengacak-acak rambut karamel sang hoobae dan lantas berbalik, melangkahkan kaki meninggalkan Jinki.
"Aku memang tak terlalu suka melakukan skinship dengan namja karena aku masihlah straight. Namun untukmu, ini adalah pengecualian karena kau lebih manis dari yoeja. Dan sampai jumpa di kehidupan kita yang lain. Aku sungguh tak keberatan, jika di kehidupan lain nanti, kau akan menjadi belahan jiwaku, Jinki-yah. Saranghaeyo."
Changmin pun mulai melambaikan tangannya sembari berjalan dan tak sedikitpun menoleh ke arah Jinki yang ada di belakangnya. Meski begitu, Jinki bisa merasakan bahwa sunbaenya itu pasti sedang tersenyum dengan raut bahagia di parasnya.
Dan memikirkan probabilitas itu membuat Jinki tak mampu mengguratkan kata. Ia masih tercekat untuk mencerna apa yang baru saja terjadi di hadapannya. Jantungnya berdebar kencang dan rona merah di parasnya terancam menjadi permanen.
"Yah! Jinki-hyung! Kau di sini rupanya. Kami mencarimu dari tadi. H-Hei, kau kenapa? Kenapa wajahmu merah begitu?" Jonghyun terlihat melambaikan tangannya di hadapan leadernya itu. Namun yang diinterupsi masih tak menunjukkan respon apa-apa. Jinki masih terlihat mematung dengan mata terbelalak dan mulut yang sedikit menganga. Minho dan Taemin mulai bertukar pandang dengan raut bingung.
Dan Key pun skeptis.
"Ada apa dengannya? Apakah ini termasuk sangtaenya lagi? Dan oh ya, apa aku tadi tak salah lihat? Yang baru saja meninggalkan ruangan tadi... Changmin-hyung 'kan?"
Dan mendengar nama Changmin meluncur dari mulut Kibum membuat Jinki terhenyak dan tersadar dari lamunannya. Ia mulai mengerjapkan kedua matanya dan sangat syok saat tahu bahwa para dongsaengnya kini sudah ada di hadapannya, melayangkan pandangan aneh padanya.
"K-Kalian, sejak kapan ada di sini?"
"Kami sudah berdiri di sini semenjak tadi. Ada apa denganmu, Hyung? Apa yang baru saja kau bicarakan dengan Changmin-hyung sampai-sampai kau mematung seperti ini? Dan kenapa wajahmu memerah begitu?"
"A-Ah, i-itu..." Jinki mulai kebingungan saat Key menginterogasi secara membabi buta. Dan pandangan skeptis dari Jonghyun, Minho dan Taemin hanya membuatnya semakin terpojok. Paras namja berambut karamel itu benar-benar semakin memerah dan terasa panas. Ia sungguh ingin membenturkan wajahnya di hamparan es batu.
"K-Kami hanya m-membicarakan s-soal a-album baru DBSK. I-Itu saja."
"Jinjja? Lalu, kenapa kau terlihat aneh begini, Hyung? Apa kau sakit? Wajahmu benar-benar merah sekali." Dan Jinki sungguh tak mampu menyembunyikan kegugupannya lagi. Daripada ia semakin salah tingkah, ia pun segera membalikkan tubuh membelakangi para dongsaengnya dan lantas melangkah menuju pintu keluar.
"Ah, Mianhe. A-Aku ingin ke toilet. Kalian tunggu di situ. Aku akan kembali lima menit lagi."
"Sebenarnya, ada apa dengannya? Jika memang ini salah satu dari bentuk sangtaenya, tingkahnya itu sedikit tak wajar." Jonghyun hanya bisa mengernyutkan dahinya dengan skeptis saat Jinki sudah tak tampak lagi di dalam ruangan. Kibum hanya menaikkan pundaknya, tak paham. Dan Taemin terlihat menyangga dagunya dengan raut serius.
"Entah mengapa, tingkah Jinki-hyung terlihat seperti tingkah seorang noona yang baru saja mendapat pengakuan cinta dari seorang namja. Kalian tahu? Ya, dengan indikasi muka memerah, gugup, salah tingkah dan sebagainya?"
"M-MWOH!" Jonghyun dan Key terbelalak mendengar itu. Kontradiksi dengan Minho yang mulai menggemakan tawanya sembari menepuk-nepuk bahu Taemin.
"Imajinasimu lucu sekali, Taeminnie. Kau terlalu sering menonton drama percintaan remaja."
"Yah! Aku serius, Hyung! Kenapa kalian semua menatapku dengan pandangan remeh begitu? Aiishh..."
Dan kali ini, tingkah lucu dari maknae SHINee itu membuat rangkaian tawa semakin terpantul dengan nyaringnya. Jinki yang melihat panorama dongsaengnya dari balik dinding hanya bisa menghela napas dengan raut pasrah. Tak pernah diketahui oleh mereka bahwa tebakan Taemin itu hampir seluruhnya benar. Meskipun ia adalah namja, tapi Jinki kini bisa memahami, bagaimana perasaan seorang yoeja saat menerima pernyataan cinta dari orang lain.
Dan ia paham, mengapa Changmin mengungkapkan keyakinannya akan teori reinkarnasi itu.
Itu karena secara realistis, mereka tak mungkin bersatu. Setidaknya di kehidupan ini.
Mereka adalah idola yang memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Dan tak semua mata masyarakat akan menolerir dan menjustifikasi keras dengan hubungan yang semacam itu. Dan lagi, mereka memiliki impian yang besar di bawah bendera SM. Untuk kali ini, Jinki pun harus meredam dalam-dalam intuisi dan perasaan baru yang ia rasakan terhadap Changmin.
Simpulan senyum tipis lantas mengembang di paras namja karamel itu.
'Tak mengapa,' batin Jinki. Tak mengapa jika memang mereka tak bisa menyatukan perasaan itu di kehidupan pertama mereka ini. Cinta tak harus diwujudkan dengan menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih ataupun dilegalkan dengan tali pernikahan. Cinta bisa diwujudkan dengan cara yang lain.
Dengan selalu bersama misalnya?
Ya. Mungkin hanya itu yang bisa dilakukan Jinki untuk mencintai Changmin. Ia akan selalu berada di bawah bendera SM. Turut berjuang bersama Changmin untuk mempertahankan gelar mereka sebagai idola. Ia akan mewujudkan cinta itu dengan memberikan dukungan dan semangat yang tak terputus. Dan mereka akan selalu menjalin ikatan yang erat meskipun mereka sudah tak lagi berada di bawah bendera SM dan menikah dengan yoeja lain nantinya.
Jinki sungguh tak keberatan.
Karena ia yakin dengan ikrar Changmin. Ia yakin jika memang mereka terlahir kembali di dunia ini, mereka pasti akan bertemu lagi. Mereka pasti akan selalu bersama. Dan Jinki yakin, akan banyak probabilitas yang akan terjadi dalam kehidupan mereka selanjutnya. Ia bisa saja menjadi orang jahat. Ataupun menjadi orang biasa. Ataupun menjadi entitas yang bukan manusia sekalipun.
Namun, apapun yang terjadi nanti...
Mereka pasti akan menyatu dalam satu ikatan cinta yang supremasi.
Jemari Jinki lantas beranjak, mencoba menyentuh hamparan pipi yang sudah terbasuh dengan kecupan Changmin tadi. Pipinya itu terasa hangat. Ia memang tak bisa membalas kecupan itu sekarang. Namun suatu saat nanti. Di sebuah masa dan tempat yang berbeda.
Ia pasti akan membalas perasaan Changmin secara berlimpah ruah... tanpa takut dengan pandangan dunia.
"Sampai jumpa di kehidupan berikutnya, Hyung. Saranghaeyo..."
A/N: Aish... saya gak berniat bikin chapter satu ampe lebih dari lima ribuan word begini. Mana boring pula. Fail... =A=" *jedotin pala pake linggis plastik* Dan jujur aja. Saya paling gak suka bikin fic pake setting canon. Karena saya bukan Tuhan yang tahu gimana aslinya kehidupan mereka dibalik bendera SM. Tapi meski begitu, saya buat ini berdasarkan trivia/fakta kok. Jadinya, saya gak main-main untuk nyocokin event-eventnya. :)
Oke, ini list trivianya:
~ Soal Yunho, Junsu ama Changmin yang nariin Amigo, coba kalian search di youtube. Ada kok videonya. Judulnya DBSK Dance SHINee's Amigo. Durasinya cuman 12 detik kalo gak salah. Disitu Junsu gak ngejitak Changmin sih. Lebih ke jotos malah. LOL. Tapi jotosnya pura-pura. Tapi karena kesannya kejem, saya buat Junsu ngejitak Changmin di fic ini xDD
~ Soal SuJu ama DBSK yang pernah ngerjain Jinki di hotel. Mereka pura-pura bertengkar ampe ngebikin Jinki nangis. Hahahaha! Para sunbae emang pada usil. Trivia ini juga ada artikelnya kok. Silahkan tanya ke mbah gugel! :3
~ Soal Changmin yang dateng di drama musikalnya Onew yang Rock of Ages. Itu beneran lho. Ada artikel beritanya. Sialnya, videonya udah dihapus. Tapi di fotonya, si Changmin kelihatan seneng banget ngeliat Onew di drama musikalnya. Ah, sunbae yang suportif sekali~ :)
~ Changmin juga dateng di konser SHINee yang SWC 1 dan foto bareng Onew di kamera fansnya (yang menurut saya ama temen saya, pose mereka mirip kayak pasangan pra wedding *plaaaks*). Scene ini ada di DVD SWC 1. Di youtube kayaknya ada. Cari aja dah dengan keyword: [Engsub] SHINee The 1st Concert SHINee World in Seoul (Onew cut) bagi yang penasaran. Ohohoho~ *tampoled*
~ Pernyataan Onew di Me2Day soal dukungannya buat TVXQ: "Truly "TVXQ"! Never once disappointing us, our lovely Yunho hyung~ Changminnie hyung! It's the start now, you all know right~~^^? Today is their first comeback stage. From now on, please give our TVXQ hyungs' your support by punching your fists (in the air)! Ajajajajajajaja! Hwaiting!"
~ Dan ini trivia terakhir favorit saya. Yakni pesan "thanks to"nya Changmin soal album Keep your head down.
"To our company who sent us applauses of encouragement, and to all of our awesome, pretty, talented and kind seniors and juniors, thank you all! The most handsome man in the universe, Lee Jinki ^^ Fishing King Kim Jong Hyun ^^ Key Kibum or KeyBum, Choi Minho, who overflows with richness like a son from a rich middle-east oil company family ^^, Prince Taemin, who owns everything a man needs, and all the other hoobaes, thank you."
Buahahahaha! Saya gak ngerti, apa maksudnya Changmin bilang kalo Jinki itu the most handsome man in the universe. Sarkas, jujur, iseng ataupun cuman bercandaan, yang jelas, hubungan mereka udah pasti deket banget. xD
Btw, saya bukan Cassie. Dan saya gak bermaksud mengungkit konflik soal pecahnya DBSK dengan persepsi asal. Saya ngesupport HoMin ama JYJ kok. Dan saya gak pengen ngebash salah satu dari kubu mereka. Saya juga gak pengen ngebash SM. Toh, subtansi dari konflik itu cuman mereka aja yang tahu. Itu sebabnya, saya gak ngejelasin secara eksplisit apa konflik yang nyebabkan mereka jadi pecah. Karena saya yakin, semua Cassie juga udah pada tahu 'kan? :)
Dan chapter depan udah pasti bersetting AU. Setting canon ini cuman buat kehidupan pertama mereka. Oke, saya yakin, kalian udah bosen ama ocehan saya, maka saya akhiri sampai di sini. Gomawo buat yang udah baca apalagi sudi ninggalin review buat fic abal ini. See you all in the next chapter.
Kamsahamnida! ^^
