TERRIBLE BUT FASCINATING

Main pair : Luhan - Xi Luhan

Oh sehun

Chanbaek-Kaisoo/Slight!

Others.

Rated : M

Genre : Romance,mysteri

WARNING!

.

.

/BoysLove/18++/TYPOBERTEBARAN/ABALABAL/HOMO/

.

.

100% cerita saya, hanya numpang nama doang. Dosa ditanggung pembaca author ga ngikut nanggung dahh..:v

.

.

.

.

HAPPY READING

.

.

.

WHO?


.

.

Matahari sudah akan tenggelam di ufuknya beberapa menit lagi, langit yang berwarna kehitaman dilebur dengan oranye memang menujukan bahwa hari sudah mulai gelap. Musim hujan ketiga datang lebih cepat dari biasanya, entahlah akhir-akhir ini cuaca memang sedang tidak Stabil padahal baru 1 bulan yang lalu negara ini mengalami musim semi tapi hujan tiba tiba turun dengan derasnya tadi pagi.

Bandara Incheon masih tetap ramai walaupun hari mulai gelap, banyak orang berlalu lalang memasuki bandara untuk melakukan penerbangan. Keadaan semakin padat ketika air yang berasal dari langit turun dengan derasnya tanpa izin ataupun memberi sebuah pertanda terlebih dahulu membuat namja tampan berahang tegas basah karena air hujan saat berjalan di luar bandara, namja itu dengan cepat berlari kembali dalam lobby tak luput dari sumpah serapah yang ia lontarkan. Namja tampan tersebut kini sedikit membuka kaca mata hitamnya yang bertengger pas di hidung mancungnya untuk memperjelas pengelihatannya.

"Hahhhhh"

Terlihat namja itu terus menghela nafas sejak 15 menit yang lalu, dia bahkan tidak beranjak dari tempat duduknya. Dingin mulai menusuk disetiap inchi permukaan kulit susunya namja itu hanya memakai kemeja putih dan memakai celana jeans hitam tanpa menggunakan mantel atau membawa alat penghangat. Entah kesialan apa yang menimpanya hari ini, kemejanya masih setengah basah hingga samar-samar absnya terlihat belum lagi sopirnya belum datang untuk menjeputnya

Oh Sehun.

Namja yang sedari tadi duduk menunggu reda nya hujan. Namja tampan berahang tegas dan berkulit putih seperti susu. Tubuh tinggi nan tegap yang tak jauh beda dengan model atau penyanyi boyband terkenal dari Seoul, Namja berambut legam yang memiliki hidung seperti kapal titanic-sangat mancung. Garis mata yang seperti burung elang dan lensa mata yang berwarna obsidian membuatnya tampak lebih mengintimidasi ditambah dengan wajah datar dan super dinginnya layaknya model dari majalah Vogue. Pahatan wajahnya sangat sempurna membuat kaum hawa atau namja berstatus submisif jatuh hati padanya hanya dalam sekali pandang.

Terlihat sehun-namja itu mengeluarkan smartphonenya untuk menghubungi seseorang, tangan kekarnya mengetikan beberapa digit nomor kemudian memberitahu bahwa dia akan ke apartemen naik taksi saja. Wajar jika sehun menujukan guratan khawatir di wajah tampannya karena dia adalah orang baru di Seoul, dirinya pindah dari Daejeon ke Seoul untuk mengikuti sang kakak yang mengelola perusahaan Oh Group di Myeong-dong Seoul. Bibir tipis itu menggerutu saat yang dihubungi sang Kakak- Oh Chanyeol malah mengiyakan permintaan sehun untuk menaiki taksi, bagaimana dia tidak kesal? Disaat dia mempunyai kakak pemilik saham terbesar ketiga di korea selatan untuk apa dia menaiki taksi? Sungguh kekayaan sang kakak tidak membantu sekalipun. Seharusnya dia dijemput oleh mobil mewah keluaran terbaru bukan malah menaiki mobil yang notebene selalu digunakan oleh umum. Meskipun biayanya juga sama mahalnya tapi ya masa dirinya harus menaiki taksi? hancur dong image cool nya?-eh(?).

Dengan berat hati dia menyeret kopernya untuk memesan sebuah taksi, menuju alamat apartemen yang sudah Dipesankan chanyeol untuk adik bungsunya Crown Park Seoul di daerah Myeong-dong.

.

.

.

.

Hujan telah reda, Sehun telah sampai pada apartemen yang dipesankan chanyeol untuknya, sehun merasa di pukul telak oleh sebuah tongkat baseball saat melihat gedung apartemen yang dipesankan chanyeol. Apa ini sebuah candaan? Setelah ini dia harus menelpon ayahnya agar dipesankan kembali tiket pesawat menuju Daejeon. Ini merupakan kesalahan besar dalam hidupnya saat memilih tinggal satu kota dengan kakaknya, ternyata benar kata pepatah Ekspetasi itu sangat jauh dari Realita.

Suara nyaring smartphonenya membuayarkan lamunan sehun, dengan cepat dia menggeser slide hijau saat nama yang tertera adalah orang yang membuatnya merasa tidak betah bahkan belum 24 jam di kota yang terkenal dengan sebutan 'City Dream' tersebut.

"Hyung!"

Sehun menyerangnya langsung tanpa memberikan kesempatan chanyeol hanya untuk sekedar mengucapkan 'Hallo'. Sehun memang terlihat sangat kesal saat ini, bahkan terlihat asap-asap tipis yang keluar dari kepalanya, dia kecewa karena ia kira diberikan sebuah fasilitas yang lebih indah dari nirwana tapi malah yang ia dapat jauh lebih buruk dari siksaan neraka. Sebut saja sehun anak manja juga tidak apa apa.

Suara bariton chanyeol menghentikan aksi memarahi sang kakak, chanyeol terlihat sangat santai tanpa terpancing dari kalimat sang adik yang baru saja mengatakan 'Ku kutuk telingamu bertambah lebar yodaa!' atau yang lebih parah 'Dasar kera bertelinga caplang! Berikan aku fasilitas yang lebih baik' ingatkan selalu chanyeol bahwa anak setan ini adalah adiknya jangan sampai dirinya lupa jika sehun adalah adiknya bisa-bisa sehun dikebiri langsung tanpa obat bius.

"Yak! Sehun! Eomma sudah menunggumu di apartemen tanyakan saja nomer kamar mu pada Resepsionis tapi kalau seingatku kamarmu bernomor 521 pada lantai 20. Jangan terus mengoceh seperti anak gadis! Masih untung kau tidak kubiarkan tinggal di flat kecil di pinggiran kota seoul jangan banyak bicara selebihnya Eomma yang menjelaskan kau akan bersekolah dimana!"

Tut-tut-tut.

"Sialannn kau chanyeol! Hyung macam apa kau huh?!" sehun terus mengumpat di sepanjang perjalanan menuju meja informasi, mengabsen satu persatu binatang yang tinggal di daerah pelestarian binantang. Alisnya sudah menyatu seperti rel kereta api, bahkan itu terlihat seperti sebuah jembatan penyebrangan yang berada di Daejeon tempat tinggalnya dulu.

Langkahnya memberat saat meja informasi itu ditangkap oleh retinanya. Rasanya ia ingin berbalik dan pulang tapi otak pintar sang kakak pasti membuat sehun tidak bisa pulang dengan selamat. Ini sebuah jebakan, dan sehun masuk dalam jebakan chanyeol. Menjadikan namja bar bar macam sehun agar memahami bagaimana menjadi namja biasa yang tidak mengandalkan kekayaan orang tua padahal apartemen ini tergolong mewah bahkan orang biasa tidak bisa membeli apartemen di Crown Park Seoul dan sehun masih merasa kurang? Semoga saja kulitnya bertambah putih disetiap waktu saat dia tidak mensyukuri apa yang sudah diberikan olehnya biar saja dia menjadi tembok sekalipun karena saking putihnya.

Mata elang tersebut mengedarkan pandanganya pada lobby Crown Park Seoul, tidak begitu ramai padahal jam belum menunjukan tengah malam saat ini masih pukul 8 malam. Hanya ada beberapa karyawan atau karyawati di meja informasi, cukup megah batin sehun tapi lebih megah apartemennya di Daejeon.

Sehun dibuat kaget saat dia mengira melihat sesosok hantu yang duduk di sofa ruang tunggu lobby yang hanya memakai sebuah kemeja putih kebesaran What the? Mata sehun semakin terbelalak saat melihat namja itu tidak mengenakan sebuah celana panjang atau pendek membuat kaki putih jenjangnya terekspos sempurna ditambah cara duduk kaki yang menyilang. seseorang yang menurut sehun tergolong cantik untuk ukuran namja padahal matanya tertutup oleh rambut blondenya tapi sehun sudah menebak bahwa namja ini pasti sangatlah cantik.

Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba menyadarkan diri. Hey dia bukan gay oke? Atau tertarik oleh lawan jenis? Dia masih straight dan memiliki kekasih di Daejeon yang bernama Bae irene. Tapi sehun masih melirik sedikit pada ujung ekor matanya mencuri pandang pada namja cantik yang masih belum beranjak dari tempat duduknya, tapi sesaat sehun tersadar bahwa namja itu sedikit aneh lihatlah gaya rambut yang sangat berantakan belum lagi bibir ranum yang terlihat pucat, kemeja yang terlihat kusut dan tampak terlihat jelas ruam keunguan pada bagian sudut bibir dan pipi putihnya. Sehun merasa prihatin tapi dia juga membenci namja yang terkesan berandal.

Mengerikan tapi mempesona-menurut sehun.

Entah mengapa sehun merasa terganggu dengan ruam keunguan itu. Dia merasa ingin mendekati namja cantik itu dan bertanya apakah ia baik baik saja? Tapi sehun memiliki gengsi yang teramat besar membuatnya lebih memilih bertanya pada yeoja cantik yang bekerja di meja informasi ketimbang bertanya langsung pada namja cantik itu. Toh mereka juga tidak mengenal malah nanti dirinya dikira penguntit oleh namja cantik itu jika bertanya macam-macam.

"Selamat malam, apakah anda Tuan Oh sehun?"

"Ne"

"Kamar anda terletak pada nomor 521 dilantai 20. Apa ada hal lain yang bisa kami bantu?"

"Eumm-" sehun terlihat berpikir dua kali untuk menanyakan namja cantik tersebut. Matanya melirik lagi pada namja itu dan dia menyerah dengan sifat penasarannya yang sangat tinggi.

"Namja itu? Dia seorang-maaf jalang?"

Yeoja cantik yang bername tag Yoon su-ah terlihat bingung akan pertanyaan sehun. Mana mungkin disini ada jalang ini bukan hotel bar-bar yang digunakan untuk jual-beli jalang. Su-ah melihat arah tatapan sehun sampai dia tersenyum kembali dan berbicara dengan nada sepelan mungkin agar namja cantik itu tidak mendengar bahwa dirinya tengah dibacarakan saat ini.

"Apa yang anda maksut tuan yang duduk di sofa dengan memakai kemeja putih itu tuan?"

"Ne, kenapa dia disana hanya menggunakan kemeja putih tanpa celana?"

"Dia adalah tuan han, ini sudah setengah tahun dia menunggu kekasihnya"

"Kekasihnya?"

"Ne tuan oh, itu sudah menjadi kebiasaanya yang hanya memakai kemeja putih kebesaran dan duduk sepanjang malam di sofa tersebut. Dia adalah pemilik salah satu apartemen disini. Dari informasi yang kami dapatkan Tuan han sedang menunggu kekasihnya yang tak kunjung kembali."

Sehun yang awalnya dibuat kebingungan kini mengerti alasan mengapa namja itu duduk disana dan hanya memakai kemeja putih. Sehun melangkahkan kakinya menuju lift agar segera berada di kamarnya, tapi mata obsidian itu tak lepas memandangi namja yang duduk disofa tersebut seperti kutub selatan yang bertemu pada kutub utara pada sebuah magnet. Walaupun rasa penasarannya sudah terjawabkan tapi sehun belum merasa puas masih ada yang mengganjal tapi sehun berusaha untuk mengabaikannya. Ini adalah pertama kalinya sehun terusik dengan orang sekitarnya.

.

.

.

.

"Eomma"

Sehun mengetik beberapa password yang sudah dikirimkan oleh ibunya melalui pesan. Dia melihat ibunya duduk di sofa empuk yang terbuat dari bludru pada ruang tamu apartemen semuanya sudah bersih dan siap pakai, bahkan barang barang sehun sudah tertata rapi hanya satu koper yang harus ia rapikan nanti.

Wanita paruh baya yang berumur setengah abad namun masih tetap terlihat cantik menoleh dan mendapati putra bungsunya berdiri di belakangnya, wanita yang menyandang sebagai ibu sehun tersebut langsung menghambur di pelukan putera yang ia rindukan beberapa pekan ini. Wanita cantik yang bernama Jeon ji hyun tersebut menatap cemas puteranya yang datang sangat terlambat. Ibu beranak dua itu kemudian melontarkan pertanyaan bertubi-tubi kepada sehun menanyakan perihal bagaimana dia di Daejeon saat Ji hyun berada di seoul membantu chanyeol mengurus perusahaanya. Dengan sabar sehun menjawab setiap pertanyaan yang ibunya lontarkan tidak lupa mengecup pipi tirus ji hyun setiap ia selesai menjawab pertanyaannya.

Beruntung sekali sehun memiliki ayah dan ibu yang selalu perhatian padanya kecuali kakaknya yang selalu mendidiknya hidup sederhana dan membantah setiap permintaan sehun saat meminta barang-barang bermerk terkenal Seperti Gucci, Burrbery atau lainnya.

Setelah berjam jam berbincang dengan ibunya, Jihyun meminta sehun untuk mengantarkan beberapa kue beras pada tetangga apartemen sehun. Menyuruh sehun memperkenalkan diri agar mereka tidak canggung jika bertemu di suatu tempat nanti. Bagaimanapun sehun adalah penghuni baru disini dia harus menyapa tetangga apartemennya seperti -yang bagi sehun- orang bodoh. Hanya ada lima kamar dilantai 20 tapi sehun sangat berat mengetuk dan memberikan beberapa kue beras sebagai pengenalan jika tidak ada ji hyun mungkin sehun sangat tidak sudi melakukan hal bodoh semacam ini persetan dengan tradisi dia lelah dan ingin tidur.

Sehun mengetuk kamar pertama yang bernomorkan 520, tanganya memencet bel beberapa kali namun tidak ada yang menjawab. Sepertinya kosong batin sehun. Jadinya sehun menggantungkan kue beras tersebut pada knop pintu apartemen, setelahnya dia beralih pada kamar selanjutnya dan disambut hangat oleh seorang Halmeoni tua. dengan cakap sehun memperkenalkan diri diiringi oleh senyuman hingga menunjukan gigi gingsulnya yang sangat manis. Sebelum beranjak pergi sehun menanyakan pada halmeoni tersebut siapa pemilik kamar 520 tersebut.

"Gantungkan saja pada knop pintunya nak, tuan Lu akan segera kembali beberapa menit lagi. Dia sedang menunggu kekasihnya pulang, tuan lu memang tidak berada dikamarnya pada jam 7 sampai 11 malam"

Sehun hanya mengangguk mengiyakan dan berlalu pergi melanjutkan acara memberi kue beras pada tetangganya.

Selesai mengantarkan beberapa kue beras, sehun kembali dan disambut hidangan makanan favorit sehun yaitu pizza ukuran jumbo yang menggoda di tengah meja makan. Serasa dihipnotis sehun langsung duduk tak lupa mengusap sudut bibirnya akibat air liurnya yang sedikit menetes sedangkan Ji hyun menatap sehun penuh kasih dengan mengusap pelan surai rambut legam milik sehun.

"Makanlah, eomma tahu kau sangat lapar"

Tanpa ba bi bu sehun langsung menyantap potongan pertama hingga potongan keempat tanpa minum sekalipun entah apa yang diidamkan Jihyun dulu saat mengandung namja berahang tegas tersebut sampai dia kini terlihat seperti manusia hutan yang kelaparan. Bahkan terlihat bercak saus yang tertinggal di pipi putihnya membuat Jihyun mau tak mau membersihkannya dengan tisu yang sudah ia siapkan terlebih dahulu.

"Mandilah, kita tidur di apartemen eomma"

sehun tidak mengiyakan juga tidak menolak permintaan jihyun, dia lebih memilih memakan pizza tercintanya. Tapi setelah makanan tersebut memenuhi perut sehun barulah ia beranjak mandi dengan membawa handuk dan pakaian ganti.

Sehun keluar dengan rambut yang masih basah, tangan kirinya terus mengusak rambut legamnya dengan handuk agar rambutnya kering lebih cepat. Sehun berjalan kearah dapur mengambil sebotol anggur merah yang disediakan di kulkas dengan perlahan ia tuangkan pada dua gelas tersebut kemudian membawanya menghampiri Jihyun yang Duduk diruang tamu menonton acara telivisi.

"Eomma, ini anggurmu" sehun menyodorkan Red wine glass yang setengah terisikan anggur merah pada ibunya.

"Gomawo sehunah." jihyun menerima baik dan sedikit meneguk anggur yang berusia puluhan tahun tersebut kemudian melanjutkan kalimatnya " 5 hari kedepan kau bersekolah di Apgujong Senior High School di daerah Samil-Daero, Chanyeol sudah mengurus semua berkas kepindahanmu"

Mendengar nama Chanyeol disebutkan sehun menghela nafas kasar dan memutar bola matanya malas membuat Jihyun memandang bingung akan tingkah laku putra bungsunya.

"Apa kau bertengkar dengan hyungmu?"

"Aniya, hanya sedang kesal padanya" sehun meneguk anggurnya dalam sekali teguk. Dia kemudian berdiri untuk mengambil segelas anggur lagi.

"Sehunn...! Bagaimanapun dia hyungmu..!" terlihat Jihyun berteriak dari arah ruang tamu. Sedangkan sehun tidak mengindahkan ucapan Jihyun dia malah asyik menuang anggur beberapa kali dan memilih meminum anggur di Dapur daripada mendengar ocehan dari ibunya.

Dug!

Dug!

Dug!

Dug!

Sehun mengehentikan aktivitasnya saat mendengar debuman keras yang berasal dari dinding dapurnya. Seperti seseorang yang memukul keras dinding sampai terdengar dari dinding apartemenya. Sesaat paranoid sehun menyelimuti dirinya, dia berpikir apakah ini hantu karena waktu sudah menunjukan pukul dua belas malam tapi debuman itu terus menerus berbunyi sampai berhenti pada debuman 3 terakhir jika dihitung keseluruhan mungkin ada 13 debuman yang berasal dari dinding apartemen sebelah.

Tunggu apartemen sebelah?

Sehun memutar otaknya siapa pemilik apartemen asal debuman tersebut hingga kamar bernomor 520 terlintas pada pikirannya. Pemikiran pertama sehun adalah 'apakah pemiliknya sudah kembali?' dengan cepat sehun berlari keluar apartemen untuk mengecek apa kue berasnya sudah diterima atau belum menjadikan wajah raut bingung dari Jihyun yang memandang aneh putra bungsunya yang berlari secepat kilat.

"Nak, kau mau kemana?"

"Hanya memastikan sesuatu eomma"

Sehun membuka pintu perlahan dan hanya menyembulkan kepalanya guna mengecek apa kue berasnya sudah diterima, entah apa yang dirasakan hatinya yang sedari tadi mendorongnya untuk mengecek kue beras yang ia berikan pada kamar 520. Alisnya menekuk tanda bahwa ia kesal karena melihat kue berasnya masih menggantung di knop pintu kamar tersebut bahkan tidak bergeser dari tempatnya sekalipun. Lalu debuman tadi apa? Apakah hanya tikus? Tidak Mungkin. Setidaknya itu pemikiran absurd sehun selagi menutup pintu dan berjalan lemas kearah Jihyun.

"Kau membuat eomma kaget sehunnah, tiba tiba berlari seperti dikejar hantu" Jihyun menatap sehun bingung.

"Pemilik apartemen bernomor 520 belum menerima kue beras dariku, tadi aku hanya memastikan dia sudah menerima atau belum" sehun bergerak resah di tempat duduknya, perasaan macam apa ini? Kenapa dia tiba tiba kesal hanya karna kue berasnya tidak terima?

"Mungkin dia bekerja lembur"

"Tapi-"

"Sudah-sudah. Kajja pergi ke aprtemen eomma, pak kim sudah menjemput di lobby utama" Jihyun menarik lengan sehun yang terkulai lemas di sofa bludru miliknya.

Dengan lemas sehun berdiri mengikuti Jihyun yang memimpin jalan didepan. Dia mengambil mantel dan smartphone canggihnya untuk meninggalkan apartemen barunya, ibunya menyuruhnya menginap karena 3 hari kedepan ibunya akan kembali Ke Daejeon.

Sehun berjalan memasuki lift, tapi sesaat sebelum memasuki lift dia menyempatkan menatap sekilas kamar 520 dengan kue beras yang masih menggantung di knop pintu.

Ting!

Lift terbuka dan menyuguhkan lobby yang sudah sangat sepi, hanya beberapa karyawan berjaga dan beberapa satpam yang menjaga pada pintu masuk. Jihyun menggandeng lengan sehun dan mulai membicarakan bisinis yang akan sehun tekuni nanti setelah lulus dari universitas sementara sehun tidak memperhatikan jihyun yang berbicara sehun hanya menganggap seperti angin yang hanya masuk ditelinga kiri dan keluar ditelinga kanan.

Sehun menatap sofa kosong yang tadi ia lihat namja berperawakan mungil dengan kemeja putih kebesaran duduk disana. Menatap kecewa karena tidak lagi bisa melihat wajah cantik yang sedikit tertutup poni tersebut.

"Hahh...kemana perginya dia?" gumam sehun tapi sedetik kemudian dia memukul kepalanya keras berulang kali karena telah memikirkan namja asing yang ia ketahui bernama Tuan han.

Hal itu mengundang perhatian jihyun yang kembali menatap aneh tingkah laku anaknya.

"Sehun? Gwaenchanha?"

"Ne eomma, Kajja"

...

TBC /END?

Hayy ~ aku author baru disinii..tolong reviewnya yaa...kalo ff ini dapet respon bagus bakal aku terusin kalo jelek yaa berhenti sampai disini...please review! Maaf kalo ceritanya sedikit nanti aku usahain bayak wordnya...