Haikyuu sepenuhnya adalah mahakarya Haruichi Furudate. Fiksi ini diperuntukkan hanya untuk kesenangan batin. Tidak ada keuntungan material diperoleh.

Kubus dan Petunjuk © Imorz

Kawanishi memberinya sebuah petunjuk. Namun, Semi sudah tahu jawabannya.

[ HAIKYUU PAIR PARADE 2018 ]


Semi ingat apa yang dilakukan Kawanishi empat belas Februari kemarin.

Ia melempar sebuah cokelat batangan semena-mena, yang mengenai pangkuannya dan Semi agak marah dengan tingkah si anggota junior. Namun, melihat merahnya telinga Kawanishi membuat amarah tadi sirna. Berganti degup jantung yang seolah-olah tahu maksud tindakan Kawanishi waktu itu.

Semi bukannya tidak mengerti, astaga ia mafhum benar. Seharian, dalam waktu latihan, Kawanishi nampaknya tidak fokus. Ia berulang kali dikoreksi Ushijima, diteriaki pelatih Washijo dan disindir Shirabu. Ia memilih beristirahat agak jauh dari yang lain, memunggungi, menyembunyikan raut wajah. Siapa yang tahu dari mimiknya yang nol ekspresi itu Kawanishi ternyata menanggung banyak emosi dalam kepala. Ia memang payah, dalam hal satu ini.

Kawanishi bahkan pulang lebih cepat, dari kaki-kakinya yang melangkah lebih lebar, dan berhasil memegang posisi paling depan ketika klub voli Shiratorizawa pulang bersama.

Satu hal yang Semi sadari. Setelah insiden cokelat, Kawanishi menghindarinya.

Memangnya Semi biang penyakit sampai harus dihindari?

Ringkasnya, cokelat yang ia lempar waktu itu adalah untuk merayakan perayaan valentine, dan Kawanishi memilih Semi sebagai tujuan. Masih menjadi pertanyaan.

Empat belas Maret akan menjadi bentuk perayaan balas budi. White day, katanya. Semi sudah susah-payah mencari referensi di internet, yang memungkinkannya untuk memberi hadiah balasan terbaik untuk Kawanishi. Sekaligus ucapan terima kasih. Sekaligus untuk memperbaiki hubungan mereka yang mulai merenggang (pelatih Washijo sangat jeli untuk hal yang satu ini dan kemarin Semi ditepuk pundaknya sembari diberi bulatan mata penuh maksud, ah, ia diminta berbaikan dengan Kawanishi, oke).

Maka, di balik punggungnya kini ada sebuah kubus, disampul kertas merah muda tanpa motif, diikat dengan pita merah tua. Sebelum pergi sekolah, Semi bercermin sambil memperlihatkan kubus tadi. Justru yang ia lihat adalah gadis belia yang ingin memberikan kado untuk pujaan. Hampir saja ia memukul cermin sendiri karena malu.

Tapi demi kesejahteraan sesama anggota klub voli dan sesi penyelamatan hidup dari terkaman pelatih Washijo, Semi harus melakukan ini. Semi harus menyerahkan kotak ini untuk Kawanishi. Titik.

Ushijima dan lainnya telah meninggalkan gym. Latihan hari ini cukup keras, mereka menghabiskan banyak waktu hingga pukul sepuluh malam tiba. Kawanishi, Shirabu, dan Goshiki masih merapikan lapangan. Shirabu dan Goshiki kompak melipat net.

Semi menemukan Kawanishi meletakkan bola di gudang.

"Kawanishi."

Lelaki itu berbalik. "Oh, Semi-san." Nadanya rendah. Dingin.

"Sudah selesai? Mau kubantu?"

Ia kembali merapikan bola. "Tidak perlu. Sebentar lagi selesai."

Semi meneguk ludah. Ia mendadak gugup, tangannya berubah tremor. Sementara Kawanishi sibuk merapikan bola, Semi hanya berdiri mematung memperhatikan. Dengan kubus yang sedari tadi ia genggam erat di balik punggung.

Kawanishi berdiri menghadap, sedikit menunduk. "Semi-san?"

"Huh-oh, kau sudah selesai rupanya."

Lelaki itu tidak menjawab. Ia menepi ke kanan, Semi mengikuti. Ia menepi ke kiri, Semi mengikuti. Itu sajalah yang terjadi selama empat kali. Tidak ada jalan keluar, Semi terus menghadang dan menyamakan langkah.

Kawanishi jatuhnya heran. "Semi-san, ada apa?"

"Apa? Tidak ada apa-apa, kok."

"Yakin?"

Semi mengangguk. Tapi kemudian ia tetap berlaku hal yang sama ketika Kawanishi bergerak ingin ke luar dari gudang.

"Serius. Ada apa, Semi-san? Katakan saja."

Ia akhirnya menghela napas. "Begini, Kawanishi-kun. Aku ingin kau menganggap ini sebagai bentuk terima kasih. Tidak lebih, oke?"

"Memangnya ada apa?" jawabnya. Semakin heran ketika Semi memanggil namanya dengan tambahan. Tak sengaja melihat pergerakan aneh dari tangan lawannya, yang setia bersembunyi. "Tanganmu kenapa?"

"Eh? Tanganku? Tidak ada apa-apa!" Ia reflek menggerakkan tangannya sebagai bentuk sanggahan. "Aku tidak menyembunyikan apa-apa!"

Kawanishi mengerjap. Di depannya, di tangan seniornya yang tetiba gagap itu, ada sebuah kotak terpampang nyata. Semi ikut sadar, ia lantas bersedekap malu.

"Astaga..." Untuk kecerobohannya.

Ini tidak biasa untuk Kawanishi. Melihat senior yang ia kagumi bertingkah bukan seperti dirinya. Terutama pada benda yang ia pegang. Ia ikut berjongkok, mengambil kotak tadi.

"Ini untukku, 'kan?"

"Hah?!"

Semi menatap kotak yang ia bawa dan Kawanishi bergantian. "Itu ... itu untuk ... yeah, untukmu."

Kawanishi tersenyum. "Terima kasih."

Pita ditarik. Semi agak meringis pada kertas kado yang tengah dirobek. Semalaman ia memikirkan cara membungkus dengan indah, dan hal itu berakhir secepat demikian.

Empat sampai lima cokelat putih. Satu diangkat. "Kelihatannya enak."

"Aku tidak yakin dengan rasanya."

"Kau membuatnya sendiri?"

"Bisa jadi."

Kawanishi dibuatnya tertawa. Satu cokelat putih telah lenyap masuk ke dalam perut. "Ya, rasanya agak sedikit aneh."

Mimik Semi nampak sedih.

"Tapi tetap enak. Terima kasih, Semi-san."

Semi tidak menjawab. Ia terus memandang. "Kawanishi, kenapa waktu itu kau memberiku cokelat?"

"Hmm? Sebagai bentuk rasa kagumku padamu. Goshiki juga melakukan hal yang sama pada Ushijima-san."

Semi tahu tentang itu. Tapi ada perbedaan yang besar antara Goshiki dengan Kawanishi. Niat mereka sudah berbeda. Goshiki tidak perlu menghindari dan bermain anjing-kucing selama sebulan dengan Ushijima, atau ketika ia menyerahkan cokelat, telinga dan wajahnya harus memerah sampai latihan jadi tidak fokus.

Hari valentine kemarin ada perbedaan yang begitu besar antara tingkah Goshiki dengan Kawanishi. Siapa pun bisa melihatnya.

"Benarkah?" Agak kecewa mendengar alasannya. Semi tetap tersenyum. "Kalau begitu, terima kasih."

"Satu lagi. Aku hanya memberi cokelat padamu saja, Semi-san."

Semi mengerjap. "Denganku? Saja? Kenapa?"

"Kenapa, ya?" Kawanishi menggaruk belakang kepalanya. "Aku rasa karena aku kagum padamu. Tidak, lebih sedikit di atas rasa kagum."

"Apa itu?"

"Pikirkan saja sendiri."

Semi sedang tidak ingin bermain tebak-tebakan. Ia hanya merengut dan Kawanishi kukuh tidak ingin memberi jawaban.

Ia justru memberi kecupan di pipi.
"Eh?"

Kawanishi berdiri. "Itu salah satu petunjuknya. Pecahkan sendiri, ya."

Tertinggal Semi sendirian di dalam gudang. Berjongkok dengan wajah melongo. Di belakangnya ada suara ribut Goshiki heboh tentang barang yang dibawa kawannya. Shirabu ikut menyahut. Pasti dari mantan, katanya. Mantan apanya.

Dengan petunjuk tadi, satu petunjuk tadi saja, Semi langsung tahu. Sekali lagi, ia mafhum benar soal ini. Kawanishi tidak perlu lagi memberikan petunjuk lainnya lagi.

Lebih sedikit di atas rasa kagum.

"Eeeh?!"

.

.

.

Selesai.


a/n: Fanfic ini sudah saya publish pertama kali tanggal 17 Maret di AO3 untuk entri Haikyuu Pair Parade 2018 Minggu ke-6. Waktu itu ada kendala jadi tidak bisa di-publish di FFn. Terima kasih sudah membaca sampai sini!