Yunho's Revenge

Dong Bang Shin Ki / YunJae / Humor / Crack fanfiction

I don't own the character(s)

Summary : Karena permintaan kedua orang tua yang merupakan petinggi kampus, Jung Yunho dan Kim Jaejoong yang muak satu sama lain harus kembali bertemu. Awalnya Yunho menolak, tapi ide balas dendam begitu saja melintas dipikirannya.

Don't blame me because I post weird thingy like this ~

.

.

02.00 PM

Japanese Culture and Language, Korea International University

"APA LIHAT-LIHAT?" teriak Yunho geram. "Gak pernah lihat orang ganteng ya makanya ngeliatinnya sampai kayak gitu? HAH?"

Seketika itu juga para mahasiswa yang tengah berdiri atau sekedar nangkring di koridor kampus yang kini tengah dilewati oleh Yunho dan Yoochun langsung menghilang dari pandangan Yunho dengan kecepatan cahaya.

"Yunho.."

"APA?" Yunho menatap berang Yoochun yang berusaha menegurnya dan menghempaskan tangan Yoochun yang tadi sempat mendarat dibahunya. "MEREKA MEMBICARAKANKU! AKU TIDAK BISA TINGGAL DIAM!"

"T-tapi.."

"KALAU KAU MASIH MEMANGGILKU, AKU TIDAK AKAN SEGAN-SEGAN MEMATAHKAN LEHERMU!" ancam Yunho ngeri dan meninggalkan Yoochun sendirian di koridor dengan wajah pongo.

"Kenapa jadi aku yang dimarahin Yunho sih.." gumam Yoochun pasrah.

.

.

"Eh, aku dengar katanya Yunho-oppa naksir sama Jaejoong-oppa, ya? Terus dicampakkin? Ya ampun, kasihan banget.."

"Masa iya? Yunho-oppa naksir sama cowok? AAAAA!"

"Tapi Jaejoong-oppa emang cakep sih, mau dibilang ganteng bisa, cantik juga bisa. Pantes aja Yunho-oppa sampe naksir gitu."

"Terus ditolak sama Jaejoong-hyung? Ya iyalah, sekalipun dia gay mana mau dia sama laki-laki berandal macem Jung Yunho itu!"

BLAM!

"Kalau kalian masih tidak bisa menutup mulut kalian, lebih baik mengundurkan diri dari universitas ini atau di drop-out secara tidak hormat." Ujar Yunho datar setibanya ia di kelas.

"Yunho kau dipanggil oleh—KALI INI AKU BICARA SERIUS JANGAN MARAH DULU!" teriak Yoochun yang baru sampai kelas ketika Yunho hendak melempar tasnya.

Yunho membuang muka malas, Yoochun pasang tampang was-was, sedangkan anak-anak di kelas sibuk mengunci mulut mereka. Mereka tidak mau mati muda, mereka belum menikah.

"Siapa yang berani memanggilku memangnya?" tanya Yunho cuek.

"Siapa lagi kalau bukan ayahmu!"

"MWO?" Yunho yang terkejut hampir terjatuh dari kursinya. "Untuk apa dia memanggilku?"

Yoochun menutup mulutnya yang sejak tadi menganga melihat tingkah Yunho, "aku tidak tahu. Pokoknya ayahmu memanggilku dan menyuruhku mencarimu sambil marah-marah, aku tidak tahu kenapa! Hari ini aku se—YA! APA YANG KAU LAKUKAN!"

"Jangan banyak bicara! Aku lagi dalam bahaya!" teriak Yunho sambil berlari kencang dengan menggendong Yoochun dengan bridal style.

Suit suit ~

.

.

"Maaf, tapi hari ini aku ada acara jadi tidak bisa makan malam denganmu. Mungkin lain waktu saja." Tolak Jaejoong sambil menepuk kepala gadis di hadapannya. "Tapi terima kasih untuk cokelatnya, aku suka sekali."

Gadis di hadapan Jaejoong hanya tersenyum tipis, Jaejoong bisa lihat dengan jelas kalau ia sedang menahan tangis. Ia mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar. "Tidak apa-apa, oppa. Asalkan oppa senang aku juga senang!"

"Kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa lagi." Gadis itu berlari sejauh mungkin dari Jaejoong. Sementara Jaejoong hanya memandang kosong cokelat yang ada di tangannya.

"Sejak kapan aku suka cokelat, cih."

"Kalau kau tidak suka untukku saja, hyung. Itu cokelat putih, mahal lho. Jarang-jarang ada wanita yang rela menguras uangnya untuk membeli cokelat merek itu, udah gitu ditolak lagi. Kasian sekali.." ujar Changmin tiba-tiba sambil meraih cokelat itu dan memakannya.

"Buatmu saja, aku tidak suka."

"Bukannya tidak suka, tapi kau mengharap Jung Yunho yang memberikannya padamu,'kan? Akui saja—AW! KENAPA KAU MENGINJAK KAKIKU?" teriak Changmin sambil memandang Jaejoong penuh dendam.

"JANGAN SEBUT NAMA BEDEBAH ITU LAGI!" ketus Jaejoong sambil berjalan meninggalkan Changmin yang masih merutukinya.

"Hih, aku 'kan hanya bercanda. Gitu doang marah!" gerutu Changmin sambil menggigit kasar cokelatnya.

"Jaejoong-hyung! Jaejoong-hyung!" Jaejoong menoleh dan mendapati Junsu sedang berdiri terengah-engah di depannya. "Kau dipanggil oleh ayahmu!"

Jaejoong menaikkan sebelah alisnya. "Untuk apa?"

"Katanya dia mau membicarakan suatu hal penting, ini menyangkut hidup matinya seluruh fasilitasmu, hyung!" jawab Junsu sesuai dengan perintah ayah Jaejoong.

Changmin yang mendengarkan sejak tadi hanya menaikkan alisnya tidak mengerti. "Hidup matinya fasilitas?"

Kartu kredit, apartemen, mobil mewah. Oh, Changmin mengerti.

"Katanya kalau kau tidak datang dalam hitungan ketiga, kau tidak akan bisa hidup enak!" timpal Junsu lagi sambil sibuk mengatur nafasnya.

Jaejoong memandang Junsu malas dan menggaruk-garuk kepalanya, tak lama kemudian ia berjalan meninggalkan Junsu dan Changmin dengan langkah bos. "Katakan padanya kalau aku tidak—"

"KIM JAEJOONG! DALAM HITUNGAN KETIGA KAU TIDAK SAMPAI KE RUANGANKU KAU AKAN KUBUNUH!" teriak suara Mr. Kim entah dari mana, berhasil menghentikan langkah Jaejoong.

"SATU..." Jaejoong masih diam di tempatnya.

"DUA..." sepertinya otaknya yang lamban itu baru mencerna informasi yang diberikan Junsu.

"TI..."

"IYA AKU SEGERA KESANA AYAH!"

Dan Jaejoong kembali menggunakan ilmu melarikan dirinya yang paling ia banggakan sepanjang masa tersebut.

.

.

"AKU DATANG, AYAH!" Yunho segera menerobos masuk ruang rektor dengan tergesa-gesa. Ia bingung ketika melihat beberapa petinggi universitas memandanginya dengan cengo. "Ada apa?"

Dengan gerakan slow motion, Mr. Kim dan Mr. Jung menunjuk Yoochun yang masih digendong oleh Yunho dengan bridal style. "Oh, maaf!" Yunho segera melepas gendongannya terhadap Yoochun dan membiarkan Yoochun jatuh begitu saja di atas lantai.

BRUGH

Yoochun cengo sebentar.

"ADAWWWWWW!"

Reaksinya lelet, ah.

"Ada apa ayah memanggilku kesini?" tanya Yunho sok sopan, sementara penampilannya benar-benar jauh dari kata sopan. Rambut berantakan, ikat kepala kumel, rompi bahan jeans tanpa lengan, kaos dan celana jeans dengan warna pudar yang sobek-sobek.

Mr. Jung hanya mengurut dahinya dan berjalan mendekati Yunho, "kampus kita akan kedatangan tamu besar dari Jepang, ayah memutuskan untuk mengutus Yunho sebagai mahasiswa teladan yang akan membantu tamu dari Jepang tersebut selama ia berada di Korea."

Hening. Yunho masih berusaha mencerna perkataan ayahnya.

Satu menit berlalu...

"APA? APA KAU BILANG BARUSAN?"

PLAK

"APA AKU TEMANMU, HAH?" Mr. Jung menghajar Yunho sampai Yunho nyusruk di dekat pintu ruangan. "Sopan sedikit, aku ini ayahmu!"

"I-iya, ayah.." Yunho terisak mengelus pipinya yang lebam sambil susah payah mencoba untuk duduk.

"AYAH!"

BLAM

"Ada apa, ayah? Apa yang ingin ayah bicarakan? Ada apa? ADA APA, AYAH?" teriak Jaejoong gak santai. Dibelakangnya ada Junsu dan Changmin dengan tampang kusut, sepertinya mereka baru saja jadi korban penyeretan Jaejoong.

"Tenang dulu, Joongie.." Mr. Kim mengajak Jaejoong untuk duduk di sebelahnya. "Pemilik universitas Tokyo akan melakukan kunjungan ke kampus kita beberapa hari lagi, dan kita harus menjamunya dengan baik. Kita tidak punya waktu banyak, kalian harus melayani beliau selama ia berada di Korea ini."

"Baiklah, itu bukan hal yang sulit. Tapi tunggu.. Kalian? Maksud ayah ada siapa saja yang akan menjadi partnerku nanti?" tanya Jaejoong bingung.

"Partnermu hanya satu, dan dia juga ada di ruangan ini.."

"Siapa, ayah? Junsu-kah? Atau Changmin?"

"Itu.."

Jaejoong memandang ke sudut ruangan yang ditunjuk oleh ayahnya dengan gerakan slow motion.

"H-hai.." sapa Yunho sambil melambaikan tangannya setengah sadar.

Jaejoong membulatkan matanya ketika yakin kalau laki-laki yang saat ini sedang dalam keadaan sekarat itu adalah Jung Yunho.

"A-ayah, aku harus kerja sama dengan makhluk itu?" tanya Jaejoong horor, sedangkan ayahnya dan Mr. Jung hanya mengangguk mantap.

"Apa.."

Yunho yang sepertinya sudah melewati sakaratul maut (?) langsung berjalan mendekati Jaejoong dan para petinggi universitas. "Jadi.. Aku punya partner, syukurlah.."

"Iya, dia Kim Jaejoong yang akan menjadi partnermu nanti.." jawab Mr. Jung tenang, Yunho hanya ber-oh-ria.

Hening.

"Apa katamu barusan? Kim Jaejoong?" tanya Yunho berusaha memastikan telinganya tidak salah dengar.

"Iya—YA! BERAPA KALI AKU BILANG—"

"Kim Jaejoong?"

"Jung Yunho?"

"PARTNER?"

"GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Keduanya ambruk di atas lantai begitu saja.

.

.

TBC/END?

This is the sequel of Jaejoong's Revenge. This is chaptered, so i hope y'all will be patiently waiting for the second chapter. Mind to read and review?

The continuation of this fic is up to readers, thanks ^^