BE MINE

By : Your Favorite Thor

Warning : BL, soft dugundugun.

Ship : Our WooGyuu is Sailing, cmon join me!

xxxxxxx

Sunggyu tak akan pernah berada di situasi ini jika hari itu Woohyun tak menarik tangannya dan membawanya bermain hujan. Air hujan yang dingin dan tajam menghujam tubuhnya ketika diam-diam ia menangis. Dan ia tau, bahwa Woohyun juga diam-diam mengamati tangisannya.

Di sela-sela tangisannya kala itu, Sunggyu menyadari satu hal, bahwa jarak yang terbangun antaranya dan Woohyun semakin menyempit. Ia tau bahwa aroma tubuh yang ia hirup ketika terbangun dari tidur akan membuatnya ingin bersama pemuda itu lebih lama lagi.

Woohyun menggenggam tangannya. Menarik pemuda itu sembari tersenyum sesekali. Ia juga melihat Woohyun menangis, dalam diam dan mata yang menyipit karena senyum yang dipaksakan.

Oh tidak.

Senyum itu begitu tulus untuknya. Untuk seorang Kim Sunggyu yang kini menari di sampingnya. Senyuman yang mampu menghapus air mata Sunggyu seketika kala bibir itu merekah dan mata Woohyun mulai menyipit. Sunggyu bisa melihat gurat senyum yang selalu muncul di pipi Woohyun tiap kali mereka tertawa bersama karena itu ia tau, Woohyun sedang bahagia.

Ia tak peduli bahkan hari itu ia juga ikut larut dalam tangisan Sunggyu.

Sedangkan ia tau bahwa awalnya ia sangat membenci pemuda itu. Pemuda yang sok bersahabat dan menawarkan diri untuk satu kamar dengan leader pilihan agensi. Ia sangat membenci Woohyun karena telah merebut posisi yang seharusnya untuknya sendiri.

Main vocal.

Adalah posisi yang selalu ia incar sejak pertama kali mengikuti training di agensi. Lalu waktu itu ia menemukan dirinya menangis di atap asrama kala ia tau bahwa yang menjadi main vocal adalah Woohyun.

Oh tak apa.

Toh kini ia menjadi leadernya.

Perlahan pun Sunggyu mulai bisa menerima kehadiran pemuda itu. Seperti radio rusak yang amat sangat berisik, Woohyun mulai hadir memberikan warna di kamar Sunggyu yang suram. Kamar itu selalu hening hingga Woohyun datang dan selalu meneriaki namanya dan menjahilinya hampir setiap hari.

Pernah suatu hari Woohyun berkunjung ke rumah orang tuanya meninggalkan Sunggyu sendiri. Berakhir dengan Sunggyu menelponnya tengah malam disambut suara cekikikan Woohyun dan sekotak penuh mandu buatan ibu Woohyun keesokan harinya.

Sunggyu kembali menatap Woohyun yang masih menari-nari di antara hujan. Senyumannya belum pudar dan ia masih mendapati sesekali pemuda itu menatapnya. Hujan semakin deras dan ia tak melihat ada keinginan Woohyun untuk beranjak dari sana.

Jadi Sunggyu memutuskan untuk menarik pemuda itu dan mengajaknya berlari menyusuri kebun bunga di taman dekat asrama.

Ada beberapa alasan mengapa mereka sibuk bermain hujan sore itu. Setelah pengumuman winning show beberapa hari lalu, mereka dikejutkan dengan peringkat satu yang didapat. Semua itu tak mudah. Butuh waktu bagi mereka untuk meraihnya. Satu tahun bukan waktu yang singkat untuk pencapaian ini ya sekalipun diselingi ancaman ceo mereka yang berkata unitnya akan bubar jika tak kunjung mendapat piala.

Hari itu ia merasa setitik bebannya terangkat.

"Aku tak pernah merasa sebahagia ini." Sunggyu sedikit berteriak karena suara hujan yang menyamarkan suaranya.

Woohyun berhenti dan membalik badannya. Ia menatap wajah Sunggyu yang merah dihantam titik hujan. Helai rambutnya turun menutup mata sipitnya. Ia juga melihat senyum Sunggyu merekah di antara rintik hujan yang samar.

"Matamu kemana?" Tanya Woohyun sambil cekikikan.

"Sialan kau."

Sunggyu berlari dan menubruk tubuh Woohyun hingga mereka terjatuh. Mata Sunggyu membelalak menyaksikan betapa indahnya Woohyun saat itu. Ia selalu memujinya, ia berkata bahwa Woohyun sangat tampan. Tapi kali ini, ia merasa pemuda itu begitu indah dengan helaian rambut yang basah dan wajah yang memerah.

"Ya Kim Sunggyu, aku baru sadar kau punya mata yang sangat sipit dan bibir yang sangat tipis. Kau kemana saat tuhan membagikan muka?" ejek Woohyun masih sambil tertawa tipis tanpa memalingkan tatapannya dari Sunggyu yang berada di hadapannya.

"Ayolah kau boleh menyombongkan diri dengan mata lebar dan bibir tebal kesukaan para fansmu. Aku menyerah kalau urusan itu." Balas Sunggyu.

"Coba sini aku coba sentuh, aku penasaran setipis apa itu. Apa tidak lebih lebar dari jariku?"

Sunggyu tak menjawab, ia hanya memejamkan mata dan menodongkan wajahnya bermaksud mengijinkan pemuda itu menyentuh bibirnya. Iseng sekali pikirnya.

Satu detik, dua detik, ia tak merasakan apapun menyentuh bibirnya. Hanya rintik hujan yang masih terus menetes membuat kepalanya mulai nyeri.

Tiga detik ia memutuskan membuka matanya dan sesuatu meledak di dalam dirinya saat ia menangkap Woohyun menempelkan bibirnya di bibir Sunggyu. Hanya sepersekian detik saat ia merasakan bibir Woohyun menempel lembut di bibirnya. Singkat namun ia yakin ia sedang dalam kesadaran penuh.

Sedekat itu ia sampai bisa merasakan hembusan napas Woohyun yang lebih hangat.

Sunggyu masih dalam ledakannya saat wajah Woohyun mulai menjauh. Ia bisa melihat pun Woohyun terkejut karena Sunggyu telah membuka matanya sebelum ia suruh.

Kikuk. Itu yang terjadi saat ini pada Woohyun. Karena di hadapannya seorang Sunggyu sedang mematung dan memandanginya dengan sangat tajam. Bukan apa, ia takut Sunggyu meninjunya.

"Ja-jangan salah paham. Aku hanya tidak tahan-"

Kali ini Woohyun belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Ia hanya bisa menangkap kala itu Sunggyu menarik pinggangnya dan mendaratkan bibirnya ke bibir Woohyun.

Sunggyu tak melakukan basa-basi. Bahkan tatapannya tajam sekali kala itu seperti ingin membunuh Woohyun.

Ia hanya merasakan pinggangnya dipeluk oleh Sunggyu dan bibir tipis yang membuatnya penasaran itu mendarat di bibirnya. Sunggyu mengecup bibirnya beberapa kali. Sangat lembut seolah ia tahu bahwa Woohyun akan lari setelah ini.

Tidak.

Woohyun tak ingin berlari. Ia tak ingin beranjak dari sana, ia ingin menatap wajah Sunggyu kali ini. Karena perasaan hangat mulai menjalar di hatinya, ia tak ingin beranjak.

Ciuman itu tak berlangsung terlalu lama. Tapi Woohyun kehilangan hitungannya kala itu. Hanya beberapa saat setelah Sunggyu menarik wajahnya, pemuda itu mendapati dirinya ditarik dan kembali diajak berlari menembus hujan.

Sunggyu tak berkata apa-apa bahkan meskipun ia tahu Woohyun lebih terkejut darinya. Ia hanya membiarkan tangannya menggenggam tangan Woohyun tanpa melepaskan sedikitpun. Meskipun sesekali ia hampir terjatuh, ia tak melepaskan pengangannya. Ia hanya sedang merutuki dirinya. Kenapa ia bisa larut dalam suasana itu? Bahkan membiarkan dirinya mencium seorang pria bernama Woohyun yang jelas sedang mengerjainya. Entahlah, ia pun tak tau Woohyun sedang mengerjainya atau memang dia serius. Dia hanya sedang ingin menenggelamkan dirinya di dalam baththub kamar mandi dan tak keluar selama beberapa jam kecuali ada kebakaran.

Sunggyu masih menggenggam tangan Woohyun saat mereka memutuskan mengendap-endap memasuki asrama dalam kondisi basah kuyup. Ini bukan idenya, ini adalah ide Woohyun yang berpura-pura mengajaknya mengambil barang di lobi dan berakhir dirinya ingin bunuh diri saat ini.

Tak seberapa lama Sunggyu berhasil mengunci pintu kamarnya dan Woohyun tentunya, karena tentu saja mereka ini satu kamar.

Sunggyu memutusan untuk melepas genggaman tangannya dan meninggalkan Woohyun yang masih dalam keadaan shock.

"Aku mau mandi."

Tanpa menunggu jawaban dari Woohyun, Sunggyu langsung meraih handuknya dan bergegeas ke kamar mandi. Ia hanya ingin berendam dan merutuki kebodohannya lagi. Kenapa bisa? Kenapa Woohyun bisa semenarik itu? Kenapa dia menciumnya lama sekali? Kenapa bibirnya Woohyun sangat-

Hah!

Sedangkan Woohyun yang kebingungan dan basah kuyup mendengar teriakan Sunggyu agak terkejut. Kondisinya juga masih shock dan diam-diam dia memuji Sunggyu karena ciuman itu membuat hatinya berdegup kencang. Perasaan apa ini? Aku sering merasakan ini saat ditatap atau saat melihat Sunggyu tertawa tapi tidak semengerikan ini rasanya.

Woohyun mendudukkan dirinya di lantai dan tak lama ia memutuskan menggunakan kamar mandi luar karena ia tau Sunggyu tak akan keluar selama beberapa jam.

-dan kini duduklah Sunggyu dan Woohyun berhadapan menatap makanan mereka yang mulai dingin. Tak ada yang mau menyentuh sumpit duluan. Hingga Sunggyu memutuskan untuk menyodorkan mangkuknya kepada Woohyun.

"Hei ayo makan, nanti dingin. Kau sakit? Wajahmu merah. Kau demam?"

Woohyun segera memalingkan wajahnya sesaat sebelum Sunggyu menyentuh dahinya. Tolonglah, dia sedang dalam kondisi perasaan yang tidak menentu karena habis berciuman dengan orang yang paling tidak mungkin ia cium, setidaknya sebelum insiden itu kan.

"Soal tadi.."

"Makan dulu saja, aku sangat lapar."

Woohyun tak ingin membantah Sunggyu lebih jauh. Ia hanya bergegas meraih sumpit dan mencoba menyelesaikan makan malamnya sesegera mungkin.

"Kau tidak serius dengan yang tadi kan?"

Woohyun menghentikan langkah Sunggyu yang akan mengembalikan peralatan makan mereka ke dapur. Sunggyu tak segera membalik badannya dan memilih menunggu jika Woohyun akan meneruskan ucapannya.

"...ya maksudku, ku pikir kau bercanda saat melakukannya. Ayolah kau membuatku ketakutan seharian ini, Sunggyu."

Sunggyu menarik napas panjang sebelum akhirnya membanting peralatan makannya di atas meja tepat di sebelahnya. Ia membalik badannya dan dengan cepat mendorong Woohyun hingga pemuda itu menabrak tembok kamarnya.

"Kau pikir lucu? Kau pikir perbuatanmu itu lucu? Say it! Katakan kalau itu lucu maka akan aku tinju mukamu saat ini juga."

Woohyun tak menjawab. Ia hanya menatap tajam mata Sunggyu yang sepertinya sedang marah dan kebingungan di saat bersamaan.

"Kau membuat kepalaku sakit hanya dengan memikirkanmu saja. Kau pikir mudah bagiku untuk tidak memikirkan ini? Kau pikir mudah berpura-pura? Say it! Katakan saja kalau kau sedang menyukaiku saat ini kan, Ya Nam Woo-hyun! Kita selesaikan sekarang juga."

Sunggyu tak meninggikan nada bicaranya. Justru ia terdengar seperti sedang berbisik tepat di hadapan wajah Woohyun. Hidungnya menyentuh hidung Woohyun, membuat darah pemuda itu berdesir.

Sekali lagi Woohyun mendapati Sunggyu tersenyum menyeringai tanpa melepaskan tatapan matanya.

Tapi ini tak boleh terjadi. Woohyu mencoba menjauhkan tubuh Sunggyu darinya. Ia hanya berharap bisa melarikan diri dari intimidasi Sunggyu kali ini.

"SAY IT!"

Woohyun tersentak dan tanpa sadar ia seperti sedang menantang Sunggyu setelah mendengar bentakan itu.

"YA, Kim Sung-gyu. Kau pikir mudah juga untukku? Melihatmu tertawa setiap hari saat bersamaku sudah sangat cukup membuat kepalaku sakit. Melihatmu saat ini saja dadaku sangat sakit. Kalau aku katakan aku sedang menyukaimu kau mau apa? Ini tidak akan berhasil. Meskipun saat ini aku rasa aku sedang sangat menyukaimu."

Sunggyu menghela napas panjang dan sedikit menjauhkan tubuhnya dari Woohyun yang perlahan terduduk. Woohyun tampak sedang entahlah kesal? Marah? Atau sedih?

Woohyun hanya menenggelamkan wajahnya di kedua tangannya. Ruangan itu mendadak hening, hanya detak jam dan helaan napas mereka berdua yang terdengar. Entah mengapa Woohyun merasa sedikit lega karena apa yang ia tahan tersampaikan. Tapi juga ia merasa satu lagi beban mendatanginya. Perasaannya tak akan berhasil. Ini akan sia-sia karena tak mungkin mereka berdua akan bersama, kan?

Nam Woo-hyun.. bisik Sunggyu setelah ia juga mendudukkan dirinya di hadapan pemuda yang lebih muda 2 tahun darinya itu.

Sunggyu menatap Woohyun dan meraih wajahnya. Ia padangi cukup lama dan perlahan menutup mata Woohyun dengan sebelah tangannya.

"Jangan menantangku."

Woohyun tak bergeming saat ia merasakan bibir Sunggyu mencium bibirnya lagi. Kali ini ia merasa lebih nyaman dengan perlakuan Sunggyu, meskipun ia tau Sunggyu sedang agak kesal. Kecupan itu berlangsung lebih lama dan sangat lembut.

Sesat setelah Sunggyu melepsakan ciuman, Woohyun membiarkan tubuhnya ditarik ke dalam pelukan Sunggyu. Ia sudah sering merasakan pelukan pemuda itu, tapi kali ini berbeda dari biasanya. Sekali lagi ia merasa seperti Sunggyu sedang sangat hati-hati saat menyentuhnya.

Woohyun terkekeh pelan. "Ini sangat memalukan."

"Jangan ceritakan pada siapapun." Bisik Sunggyu.

Woohyun hanya mengangguk singkat dan segera melepaskan pelukannya karena terdengar ketukan pintu kamar mereka.

"Kak.."

Oh itu suara Sungjong, anggota paling kecil dari grup mereka.

Ada sedikit suasana canggung saat kedua pemuda ini beranjak.

"Ya Sungjong, ada apa?"

"Kalian sedang bertengkar? Kenapa kak Sunggyu berteriak-teriak? Berisik sekali."

"Oh tidak, kami sedang berlatih untuk comaback bulan depan. Hanya sedang melatih power. Tidur sana." jawab Sunggyu dengan cepat dan dibalas Woohyun yang cekikikan sembari menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Jangan berlatih berlebihan, kalian bisa sakit."

"Ya..ya aku tau itu."

Setelah memastikan Sungjong pergi, Sunggyu segera menghampiri Woohyun yang sepertinya sedang pura-pura tertidur.

"Heol!" pekik Woohyun saat Sunggyu menginjak perutnya dengan sengaja.

"Geser."

"Eh kenapa?"

"Geser."

"Kasurmu disana ya Kim Sunggyu."

"Kasurku keras, aku ingin disini."

"He..."

Sunggyu tak menggubris tangan Woohyun yang coba mengusirnya. Ia justru menangkap tubuh Woohyun dan memeluknya.

"Tidur. besok kita harus latihan lebih keras."

"Cih..." bisik Woohyun sembari menyamankan posisinya di pelukan Sunggyu.

Ia hanya sedang tak mengerti kenapa ia seberani itu mengungkapkan perasaannya. Dan anehnya, Sunggyu membalas perasaannya. Seperti seolah semua ini sudah ditakdirkan. Ia tau bahwa semuanya akan sulit, tapi apa salahnya mencoba kan?

Hingga saat pagi hari, Sunggyu masih menggenggam tangan Woohyun. Dan membiarkan dirinya terlelap lagi di samping pemuda itu. Persetanlah dengan semua, dia sedang sangat bahagia hari ini.

"Please be mine." Bisik Sunggyu sembari mengecup telinga Woohyun. Tanpa ia sadari, Woohyun sedang tersenyum.

Setidaknya hari itu kan?

xxxxxxx

BISA BAYANGIN ACTIONNYA KAN? KURANG MANIS?

WELCOME TO WOOGYU COUPLE!

LOVE YA!