Fic pertama yang kupublish ini genrenya susah abis
genre Hurt/Comfort itu ternyata tidak segampang yang Ria kira, harus ada pengalaman benar-benar :P
Bukannya Ria pernah mengalaminya, hanya saja tiba-tiba inspirasi untuk membuat fic muncul
oke, no more basa-basi, langsung saja ke ficnya!
.
.
.
.
.
"Angel's Wish"
Rate: T
Romance, Friendship, Hurt/Comfort
Vocaloid doesn't belong to me, it belongs to Yamaha Corporation.
.
.
.
.
.
Seorang gadis berambut teal yang diikat pigtail tengah berlari-lari, mencari sosok seorang pemuda berambut biru.
Matahari yang terik, menandakan saat itu sedang musim panas, membuat gadis itu terus-menerus mengucurkan keringat dari pelipisnya.
Namun hal itu tidak menghentikannya untuk mencari temannya yang selalu memakai syal biru di lehernya dalam musim apapun.
"Kaito! Kaito!"
Dan gadis itu menemukannya, menemukan pemuda itu di taman, sedang duduk sambil membaca buku.
"Kaito!"
Pemuda itu mengangkat kepalanya, lalu senyum mengembang di bibir pemuda itu. Ia menutup buku yang sedang ia baca dan berdiri, lalu berjalan menghampiri gadis itu.
"Kenapa berteriak-teriak, Miku?"
"Ada kabar baik."
"Apa itu?"
"Aku berhasil! Aku akan memulai debutku sebagai penyanyi di Crypton Entertainment!"
"Aku tahu kau pasti akan diterima, usahamu sangat keras selama ini."
"Semua ini berkatmu juga, Kaito."
"Aku?"
"Well, lagumu sangat bagus. Aku menyukainya! Kata-katanya juga memiliki arti yang mendalam."
"Baguslah kalau kau menyukainya, soalnya aku membuat lagu itu khusus untukmu, Miku."
"E-eh?"
"A-ah! B-bukan, maksudku-"
Namun Kaito kehilangan kata-katanya.
Spontan, wajah kedua pemuda-pemudi itu menampakkan sedikit rona kemerahan.
"Anu... K-karena aku sudah diterima, bagaimana kalau aku mentraktirmu?"
"B-boleh."
Miku berlari, meninggalkan Kaito di taman. Sambil tersenyum, ia melambaikan tangannya.
"Ayo cepat, BaKaito!"
Kaito tersenyum melihat kelakuan gadis di depannya. Sudah 20 tahun namun sikapnya masih seperti saat mereka SMP.
"Baik, baik, Ohime-sama."
Kaito berjalan mendekati Miku. Namun dari sebelah kiri jalan, ia melihat sebuah mobil melaju dengan kencang menuju tempat Miku berdiri.
Dengan mata yang terbelalak, ia berlari, berusaha memperingatkan Miku.
"MIKU! MENYINGKIR DARI SANA!"
"Eh?"
.
.
.
TIN! TIN!
BRAKK!
.
.
.
Sebelum Miku dapat mencerna segalanya, mobil tersebut telah menghantam tubuhnya yang mungil, membuat gadis teal itu terlempar dari tempat asalnya.
"MIKUUU!"
Sang pengemudi mobil itu meninggalkan Miku bersimbah darah di sisi jalan tanpa menelpon ambulans, pergi begitu saja.
Kaito berlari menuju tempat Miku terbaring, meminta seseorang menelpon ambulans. Ia menggoyangkan tubuh Miku, mendapati gadis itu sudah di ambang hidupnya dengan napas yang tersengal-sengal.
"Miku! Miku! Ayo sadar! Kumohon!"
"K-kai...to?"
"Bertahanlah, ambulans akan segera datang!"
"A-aku..."
"J-jangan berbicara lagi!"
Tangan Miku memegang wajah Kaito yang sudah meneteskan air mata dengan tangan kanannya yang bersimbah darah. Sambil tersenyum, ia mengucapkan kata-kata terakhirnya.
"Me-men...c-cintai...mu..."
Kemudian tangan Miku serasa kehilangan tenaganya, matanya memaksa dirinya untuk tertutup, dan semuanya terlihat gelap.
Kaito menatap wajah gadis yang tertidur di lengannya. Senyum tidak hilang walau jiwa sang gadis telah lenyap dari tubuh itu.
Air mata semakin deras menuruni wajah Kaito, dan ia memeluk tubuh Miku yang sudah tidak bernyawa.
"M-Miku... Kau hanya bercanda kan? Ayo bangun..."
Namun tidak ada jawaban yang keluar dari bibir gadis berambut teal tersebut.
"Miku... Ayo bangun, bukankah kau bilang mau mentraktirku?"
Kaito semakin tenggelam dalam kesedihannya, memeluk tubuh Miku semakin erat.
"M-Miku, aku belum bilang kalau... A-aku juga mencintaimu..."
.
.
.
.
.
.
"Di mana ini?"
Miku duduk di sebuah ruangan yang putih bersih. Lantainya putih, dindingnya putih, tidak terlihat apa-apa selain warna putih.
Miku menatap tangannya, lalu pakaiannya. Tidak ada darah di sana.
Rambutnya kini tergerai, pakaiannya adalah dress berwarna putih bersih, lalu ia menatap punggungnya.
Ia memiliki sayap.
Ia menjadi malaikat.
Ia sudah mati.
Itulah 3 fakta yang ada dalam benaknya kini.
"Apa ini mimpi? Katakan kalau ini adalah mimpi."
Ia mencoba mencubit pipinya. Sakit, itulah yang dirasakan.
"Bukan mimpi..."
Miku memandang sekelilingnya, tidak ada orang.
Rasa takut merayap dalam hatinya, kemudian ia mencoba memanggil nama orang-orang yang melintas dalam benaknya.
"Kaito? Luka-chan?"
Tidak ada jawaban. Hanya suaranya menggema dalam ruangan itu.
Miku tetap mencoba memanggil orang lain, berharap akan ada yang menjawabnya.
"Gakupo? Meiko-chan? Akaito? Mikuo-nii? Ayah? Ibu?"
Tetap tidak ada yang menjawab.
Miku meneteskan air mata, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Semuanya... Di mana kalian?"
Ketika Miku masih menangis, tiba-tiba secercah cahaya hangat menyelimuti tubuhnya. Ia mengangkat tangannya dan menatap cahaya tersebut.
"A-apa ini?"
Lalu sebuah bisikan terdengar di telinganya.
"Tidurlah nak, akan kubangunkan kalau 5 tahun sudah berlalu."
Miku terdiam, menganggukkan kepalanya, lalu menutup matanya dan mencoba tertidur dalam ruangan putih itu.
.
.
.
.
.
"Selamat tidur…"
5 tahun kemudian...
"KYAAAAAAAAA!"
Teriakan terdengar di sebuah rumah bergaya minimalis yang didominasi oleh warna kuning dan orange.
"K-kau! Siapa kau?"
Begitulah pertanyaan seorang gadis berambut honey-blonde pendek kepada seorang gadis di depannya.
Gadis itu berambut teal panjang yang digerai dan memiliki bola mata yang sewarna dengan rambutnya. Ia mengenakan gaun putih bersih dan senyum melekat di bibirnya. Sebuah sayap tergantung di belakang punggungnya, berwarna putih bersih seperti gaun yang dikenakannya.
"Kau bisa melihatku?"
Rin mengangguk dengan pelan sambil menggigit bibirnya sampai merah.
"Hei, jangan menggigit bibirmu seperti itu, nanti tidak ada yang mau menciummu loh."
Oke, gadis ini cukup aneh.
"Perkenalkan, namaku Miku. Hatsune Miku lebih lengkapnya."
"H-hai... Namaku Rin, Kagamine Rin."
Miku mengulurkan tangannya, berniat untuk menyalami Rin, tapi ia tidak kunjung dapat memegang tangan Rin.
"Oh... Aku lupa kalau aku tidak dapat tersentuh oleh manusia biasa."
Sesaat Miku terdiam sambil menundukkan kepalanya. Rin yang merasa tidak enak langsung bertanya tanpa ragu.
"K-kau adalah hantu?"
"Kurang tepat!"
"Jadi?"
"Kami-sama yang baik hati menjadikanku malaikat setelah meninggal."
"Berapa umurmu saat meninggal?"
"Hmm... 20 tahun. Kalau aku masih hidup, sekarang umurku sudah 25 tahun."
"Berarti sudah 5 tahun kau meninggal?"
"Betul sekali. Umurmu berapa?"
"Umurku 16 tahun."
"Wah, kau baru masuk SMA kan? Bagaimana? Nilaimu bagus? Punya banyak teman? Sudah punya pacar?"
"Err... Itu dapat kita bicarakan nanti. Aku mau bertanya sesuatu padamu."
"Ya?"
"Kenapa kau ada di sini?"
"Aku tidak tahu. Tadinya Kami-sama menyuruhku untuk tidur selama 5 tahun. Begitu terbangun, aku sudah mendengar teriakanmu."
"Bukan, maksudku apa ada sesuatu yang mengganjal di hatimu? Kau terlihat belum tenang walau sudah menjadi malaikat."
"Eh? Begitukah?"
"A-aku tidak tahu, hanya saja kau terlihat seperti itu bagiku."
"Matamu jeli juga ya."
"Err, terima kasih?"
"Well, alasanku berada di sini..."
Setetes air mata menuruni wajah Miku yang seperti boneka itu.
"Aku ingin melihat Kaito untuk terakhir kalinya, menyampaikan semua yang tidak sempat kukatakan sebelum aku meninggal..."
.
.
.
.
.
-TBC-
.
.
.
.
.
Maaf, kok rasanya chapter ini pendek sekali
yah, ini baru prolognya
selanjutnya Ria usahakan lebih panjang lagi
review ditunggu loh ;)
