Cello

Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto, story's idea © Ravarion.

Rated : K+

Warning : Alternative Universe, almost Out-Of-Character.

Character(s) : All Akatsuki star(?).

Genre : Humor / Friendship(?)

-x-x-x-

ENJOY

-x-x-x-

Konan berjalan di sisi trotoar bersama kantung belanjaan di kedua tangannya. Tobi berjalan dengan autisnya (seperti biasa). Dan dengan noraknya menunjuk-nunjuk etalase tiap toko yang menarik, Konan mempercepat laju langkahnya. Pura-pura ga kenal. Di sebelahnya Deidara sedang memainkan lilin(?). Ia berhenti saat Tobi berhenti berteriak-teriak katrok di belakangnya. Deidara menabrak punggung Konan saking seriusnya dengan lilin mainan di tangannya.

Konan menoleh dan mendapati Tobi sedang memandang salah satu isi etalase toko musik. Di dalamnya ada seorang perempuan cantik berambut pirang yang diikat dua, seorang pegawai toko.

"Tobi! Sedang apa disitu? Kita harus pulang sekarang juga, Tobi!" seru Konan, diacuhkan Tobi yang masih tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Hingga akhirnya Konan memutuskan untuk menghampiri.

"Waah... Lihat itu. Besar sekali ya..." kata Tobi menunjuk asal isi etalase. Cello, biola dan gitar. Tapi ternyata Deidara salah mengira.

Dari sudut pandangnya, ia pikir Tobi menunjuk pegawai toko yang memiliki dada yang besar. Deidara memasang wajah syok sampai-sampai ia memakan lilin di tangannya(?). Oke, ga selebay itu.

Konan mengangguk-angguk, "Ayo, pergi," sambil menarik kerah baju Tobi dan meninggalkan Deidara yang masih cengo. Di sini yang autis siapa sebenarnya?

-x-x-x-

"Ketua! Ketua! Tobi mau nanya!" seru Tobi saat semua Akatsuki berkumpul di ruang tengah, menggeledah barang belanjaan.

"Apa?" tanya Pein asal, lalu ia berebut majalah 'R18' dengan Hidan.

"Tadi Tobi liat sesuatu yang bagus. Bentuknya kayak gitar..." perkataan Tobi menyita perhatian semuanya, dan Tobi menirukan bentuk yang ia maksud dengan kedua tangannya.

"Atasnya agak besar, tengahnya lebih kecil pas di bawahnya besar..." kata Tobi tanpa sadar membuat Pein dan yang otaknya ngeres mikir yang ngga-ngga.

"Mulus..." pikiran mereka melanglang buana.

"Ada tali-talinya..." satu per satu mulai tumbang.

"Di ikat di sekitar leher..." Pein masih tetap bertahan.

"Tadi Konan bilang, menggunakannya dengan cara di gesek..." Pein, satu-satunya yang masih sadar, akhirnya tumbang ke atas lantai dengan kepala terbentur. Berharaplah ia terkena amnesia.

Saat Konan melangkah ke ruang tengah, ia kaget. Semua temannya, kecuali Tobi, pingsan berjajar seperti ikan sarden atau para korban bencana alam yang di kubur massal.

"Apa yang terjadi, Tobi?" tanya Konan pada Tobi yang sedang menusuk-nusuk kepala Sasori dengan tusukan lolipop.

"Ng, tadi Tobi hanya menceritakan apa yang Tobi lihat di etalase toko. Di toko musik itu... Ce—Ce—Cel—Celine Dion?"

"Cello," tanggap Konan sambil menarik-narik rambut Pein agar bangun.

"Ah, iya! Cello! Lalu, kenapa mereka pingsan?"

Konan mengangkat bahu.

-x-x-x-

Fin

-x-x-x-

(Listen to: Jingle Waffle Crunchox)

(Word Count: 472 words)

Halo hola~

Ih, gaje ya. Ga penting ya. Siapa sih yang buat? XD

Ya, oneshot-fic-gaje ini cuma selingan pembuatan Psycho #8. Sumpah, saya stuck di sana. O.O

Sekian sajalah. Saya mau berselancar di lautan Wikipedia dulu.

Mind to Review? Per favore?