Ini kisah tentang Sehun, yang menyukai sahabat kecilnya. Luhan. ralat. Bukan menyukai, lebih tepatnya mencintai Luhan. ia mencintai pria mungil berwajah polos bak malaikat dan bemata rusa. Sehun, yang hanya bisa memendam perasaannya pada Luhan. Sehun,yang mencintai Luhan tanpa syarat. Sehun, yang rela menunggu sangat lama. Sehun, yang hanya seorang sahabat bagi Luhan. Sehun, yang menemani Luhan dimasa-masa sulitnya. Sehun, yang membantu Luhan agar berjuang untuk hidupnya. Sehun, yang hanya bisa melihat Luhan tanpa Luhan melihat kearahnya. Ke hatinya. Sehun, yang rela mati-matian menahan rasanya ketika Luhan mulai mengingat semuanya. Sehun, yang berusaha tenang padahal hatinya kacau. Sehun, yang rela mengorbankan segalanya demi Luhan. ya. Segalanya. Demi cintanya.
Luhan, pria yang diam-diam dicintai oleh sahabatnya sendiri. Sehun. Luhan, yang bertubuh mungil yang memiliki Jongin sebagai kekasihnya. Luhan, yang divonis kanker otak stadium 3. Luhan, yang kehilangan semangat hidupnya sejak 1tahun lalu ia divonis mengidap penyakit tersebut. Luhan, yang keras kepala dengan , yang tiba-tiba berubah menjadi pelupa. Luhan, yang kemudian melupakan semuanya. Luhan, yang lupa akan siapa dirinya. Luhan, yang akhirnya disadarkan oleh Sehun. Sahabatnya. Luhan, yang tidak pernah peka terhadap perasaan Sehun. Luhan, yang terlalu polos dan terlalu manis. Luhan, yang selalu di rindukan oleh dua lelaki yang mencintainya. Sehun dan Jongin.
Jongin. Kekasih Luhan. Jongin, yang jatuh cinta pada Luhan sejak mereka bertemu di Yonsei University. 3tahun lalu. Jongin, yang tidak bisa tidur nyenyak jika belum melihat wajah manis Luhan. Jongin, yang mencintai Luhan dan Luhan juga mencintainya. Jongin, yang berjanji akan menikahi Luhan. Jongin, yang memiliki hati Luhan. Jongin, yang akhinya pergi meninggalkan Luhan untuk melanjutkan kuliahnya di Canada. Jongin, yang sebenarnya berat meninggalkan Luhan, malaikat kecilnya sendirian. Namun, saat Jongin kembali. Luhan berbeda. Luhan melupakan semuanya. Luhan melupakan cintanya. Luhan melupakan Jongin.
.
.
.
First, I Love You
Cast: Oh Sehun, Lu Han, Kim Jongin,- etc
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Rate: T
It's Hunhan.
.
.
.
Ruangan itu begitu hening. Hanya terdengar suara alat-alat penunjang hidup seseorang yang kini terbaring lemah di atas ranjang tersebut. matanya menutup, wajahnya pucat pasi dengan tubuh yang kini mungkin hanya tulang berbalut kulit pucat. Dengan alat bantu pernafasan yang terpasang di hidungnya. Nafasnya masih begitu teratur. Orang itu adalah Luhan. Luhan yang masih menutup matanya damai. Disamping ranjangnya, Sehun tidur sambil bertumpu pada tangannya. Lelaki berkulit seputih susu itu terlihat begitu lelah setelah beberapa hari terakhir kurang tidur karena menunggui Luhan, yang belum sadar sejak melakukan operasinya minggu lalu.
KRIIIT..
Perlahan pintu kamar rawat Luhan terbuka. Sehun yang mendengar suara tersebut, perlahan mulai bangun dan menegakkan tubuhnya. Seorang pria memakai jas putih ala labolatorium datang bersama seorang suster dibelakangnya. Pria tersebut mulai berjalan ke ranjang Luhan. guna memeriksa keadaan pria mungil tersebut.
"bagaimana kondisinya hyung?"
Sehun membuka mulutnya setelah menyaksikan pria berjas putih tersebut memeriksa Luhan. Pria yang dipanggil "hyung" tersebut –Yixing menoleh ke arahnya. seulas senyum terpatri di bibir tipisnya. Seolah berusaha menenangkan pria di depannya, pria yang menatap lurus kepada Luhan yang masih terbaring di tempatnya dengan tenang.
"kondisinya stabil Sehun-ah." Jawab Yixing.
"kapan ia akan sadar?" Sehun masih memandang sendu ke arah Luhan yang masih memejamkan matanya. Seperti enggan untuk bangun dan melihat dunia. Sehun menatapnya cemas, ia sangat merindukan pria kecil itu. Terhitung sudah seminggu sejak Luhan melakukan operasi karna di cairan berlebih di dalam otaknya yang menekan tempurung tengkoraknya, Luhan belum juga sadar. Bisa dibilang, pria bermata rusa itu tengah koma.
Yixing menatap prihatin ke arah Sehun. Yixing berprofesi sebagai dokter yang setahun belakangan ini merawat Luhan sebagai pasiennya. Yixing mengerti perasaan Sehun, ia dapat melihat pancaran kesedihan yang mendalam dimata Sehun. Perlahan, Yixing mendekatkan dirinya dan menepuk pundak Sehun pelan. Membuat Sehun mengalihkan pandangannya dan menatap pria yang merangkap sebagai dokter tersebut.
"kita hanya bisa berdoa Sehun-ah. Aku tidak tahu kapan ia akan sadar. Karna kau tahukan? Tekanan di otaknya yang disebabkan oleh cairan tersebut membuat Luhan susah untuk memulihkan dirinya. Belum lagi kanker tersebut masih terus menggerogoti organnya."
Sehun termagu mendengar penjelasan Yixing. Ditatapnya lagi Luhan yang masih terbaring di ranjangnya. Ia begitu merindukan senyuman manis pria mungil tersebut.
"ya tuhan. Tolong selamatkan dia. Aku tak ingin kehilangannya. Bahkan aku belum sempat mengatakan perasaanku padanya. Aku rela menggantikan tubuhnya. Luhan, kumohon sadarlah." Batin Sehun.
Yixing menatap Sehun nanar, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pergi dikarenakan harus mengecek pasien lain.
"jangan menyiksa dirimu sendiri. Kau makanlah. Mengingat akhir-akhir ini kau jarang sekali makan. Dan... kau terlihat sangat kacau. Bereskan tak ingin kan terlihat berantakan ketika Luhan membuka matanya untuk pertama kali?"
Sehun terdiam mengingat-ingat pesan Yixing sebelum lelaki itu pergi. Ia langsung melihat keadaannya sendiri. Ya, Yixing benar. dia terlihat kacau. Kemudian ia terdiam lagi. Pikirannya melayang jauh ke waktu dimana hari itu terjadi. Dimana keadaan semuanya masih baik-baik saja. ke hari dimana, Luhan pertama kali terlihat begitu lemah di matanya.
-FLASHBACK -
"Sehun-ah.. aku lelaaah." Rengek seorang pria mungil mengenakan baju hangat bermotif rusa dengan sarung tangan berwarna biru yang tengah menyenderkan kepalanya di bahu pria yang masih membuat bola dari salju putih yang turun dan yang berada disekeliling mereka. Sehun. Ia tertawa renyah melihat Luhan yang begitu menggemaskan dengan puppy eyesnya setelah ia ajak untuk membuat boneka olaf dari salju-salju yang ada di halaman rumah mereka.
"hei.. bahkan olafnya belum jadi. Kau mau menyuruhku untuk membuat olaf sendirian? Begitu?" tanya Sehun dengan diselingi tawa khasnya. Luhan mengangguk cepat.
"iya. Ayo cepat buatkan. Aku terlalu lelah untuk sekarang. Jadi biarkan aku istirahat sebentar Sehun." Karena tak tega, akhirnya Sehun menyerah pada puppy eyes yang Luhan tunjukkan untuknya.
"baik. Baik. Aku akan membuatkannya untukmu. Diam dan duduklah yang manis." Sekali lagi Luhan menganggukan kepalanya patuh dengan mata berbinar. Sehun tersenyum melihat Luhan yang begitu manis dengan caranya sendiri. Sehun pun beranjak dari duduknya dan mulai membuat boneka olaf dari salju dengan tangannya sendiri.
Cuaca dingin menyelimuti kota Seoul saat itu. Bulan Desember, tertanggal 12. Salju terus berjatuhan dari langit, hawa pun semakin dingin menusuk ketika sore hari. Sehun berhenti dari kegiatannya membuat boneka olaf tersebut, ia merasa suasana begitu aneh dan mengganjal. Suara Luhan yang tadi masih mengoceh menyuruhnya 'ini-itu' kini tak terdengar. Sehun pun membalikkan badannya, menghadap Luhan. namun betapa kagetnya ia, ketika melihat Luhan sedang meringkuk dan menggigil sambil memegangi lututnya erat. Wajahnya pucat pasi, nafasnya memburu, uap-uap yang keluar dari mulutnya tak henti-henti.
"Se-Sehunh.."
Tubuh itu begitu lemah. Suaranya parau. Sehun segera menghampiri makhluk mungil tersebut, menariknya kedalam dekapannya. Sehun panik. Ia panik melihat rusanya lemah dalam pelukannya.
"d-dingin.." nafas Luhan tersengal, ia merapatkan dirinya pada sahabatnya itu. Mencari kehangatan dalam pelukan Sehun.
"kepalaku... sakit sekali Sehun.." ucap Luhan lagi. Sehun melonggarkan pelukannya untuk melihat keadaan Luhan. namun, betapa kagetnya ia. Ketika mendapati Luhan dengan wajah pucat yang tak ada bedanya dengan salju disekitar mereka yang mulai menebal dengan cairan merah yang mulai mengucur dari hidung bangir Luhan.
"L-Lu.. K-kau kenapa?" Sehun masih terus berusaha menghentikan pendarahan di hidung Luhan. Luhan memejamkan matanya. Masih terus merapalkan rintihan-rintihan kesakitan di kepalanya. Cairan merah itu masih tak mau berhenti. Sebagian besar wajah luhan kotor karna darahnya sendiri, bahkan syal yang dipakai Sehun sudah berganti warna yang tadinya putih kini berwarna senada dengan cairan tersebut. Sehun panik bukan main.
"Luhan.. bertahanlah.. aku akan membawamu kerumah. Kita akan di tempat hangat." Luhan sudah tidak mendengar ucapan Sehun, kepalanya terasa begitu menyakitkan. Seakan ada banyak ribuan jarum menusuk-nusuk kepalanya tersebut, ditambah suhu yang terus menurun disekitar mereka karena pergantian sore ke petang dan menuju malam. Membuat Luhan perlahan-lahan menutup matanya di gendongan Sehun karena tidak tahan dengan rasa sakit yang ia rasakan.
.
- I Love You, First –
.
"hyung... bagaimana keadaan Luhan? kenapa dia mimisan? Apa karena suhu dingin tadi? Kenapa dia terus meringis kesakitan? Apa semua salahku?" tanya Sehun beruntun ketika Yixing sudah memeriksa Luhan. melihat Luhan yang pingsan dalam gendongannya, Sehun mebawa Luhan ke rumah sakit terdekat dengan rumah mereka. Dan kini Luhan masih terlelap di ruangan yang kini akan menjadi kamar sementaranya untuk beberapa hari kedepan, darah disekitar wajah dan hidungnya sudah di bersihkan oleh perawat yang datang bersama Yixing.
"aku perlu melakukan beberapa test terhadapnya, agar aku tahu penyakit apa yang ia idap sekarang ini. Hmm.. bolehkah aku bertanya? Sejak kapan dan sudah berapa lama Luhan mengalami mimisan disertai sakit di kepalanya?" Sehun memejamkan matanya, berusaha mengingat-ingat.
"sepertinya.. aku sudah 4 kali melihatnya mimisan. Dan dia selalu bilang padaku, kalau dia hanya terlalu lelah. Tapi untuk rasa sakit di kepalanya, aku tidak tahu." Ujar Sehun. Yixing diam. Ia berfikir keras dan seperti sedang menimang-nimang sesuatu.
"baiklah. Untuk sementara waktu, biarkan Luhan dirawat disini selama beberapa hari sampai keadaannya membaik. Dan jika Luhan bangun, tolong suapi dia dengan makanan yang disediakan. Dan jangan lupakan obatnya, itu akan membantu meringankan sakit di kepalanya." Jelas Yixing panjang lebar. Sehun mengangguk pertanda ia mengerti. Di tatapnya nakas yang berada disebelah ranjang Luhan, diatasnya terdapat semangkuk bubur panas, segelas air putih dan sebuah botol kecil berisi beberapa pil yang Yixing jelaskan sebelumnya. Sampai akhirnya Yixing keluar dari ruangan Luhan dan meninggalkan mereka berdua.
.
- I Love You, First –
.
Mata rusa itu perlahan bergerak-gerak. Terbuka dengan gerakan perlahan. Hingga akhirnya terbuka sempurna dan mulai mengerjap-ngerjapkan, membiasakan diri dengan pemandangan buram dan ruangan yang asing bagi sang pemilik.
"dimana aku?" pertanyaan dengan suara kecil lolos dari bibir mungilnya. Ia menoleh ke kanan sebelah ranjang yang ia tempati. Ia mendapati Sehun, sahabatnya. Tengah tertidur pulas dengan bertumpu pada tangan yang dilipat dan ditaruh diatas ranjang milik Luhan. pria itu mengernyit.
"Sehun?" Luhan kembali membuka mulutnya. Sehun mulai bergerak, dan terusik mendengar suara kecil Luhan yang masuk ke pendengarannya. Ia mulai membuka mata dan menarik dirinya dari ranjang Luhan. matanya setengah terbuka, mendapati Luhan yang sudah terduduk menatapnya bingung.
"kau sudah sadar? Akhirnya-"
"kenapa aku ada disini?a-apa yang terjadi?"potong Luhan ketika Sehun belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Sehun tersenyum, kelegaan mengalir di hatinya ketika melihat Luhan sudah sadar.
"kemarin kau pingsan Lu. Bahkan seharian kau tidak bangun. Aku sungguh mencemaskanmu rusa kecil. Kemarin kita bermain tidak tahu waktu sampai akhirnya aku melihatmu meringkuk dan kesakitan. Maafkan aku."Sehun memegang tangan Luhan yang begitu dingin menurutnya.
"tidak perlu meminta maaf. Itu bukan salahmu Sehun-ah. Badanku saja terlalu lemah. Haha" Luhan tertawa renyah. Mengingat betapa konyolnya ia saat meringkuk kedinginan dan membuat sahabatnya itu panik. Lagi-lagi Sehun tersenyum.
"karna kau sudah sadar. Sekarang kau harus makan, aku tidak ingin kau mempunyai tubuh lemah seperti itu. Lalu minum obat ini." Sehun mengambil nampan berisi bubur dan bersiap menyuapi Luhan. pelan-pelan, Luhan membuka mulutnya menerima suapan-suapan dari Sehun. Sesaat kemudian dia tersadar. Luhan diam. Sehun menatapnya bingung.
"ada apa?" tanyanya.
"Sehun, apa kau melihat ponselku? Aku belum mengabari Jongin. Dia pasti akan cemas belum aku kabari." Sehun terdiam. Luhan bahkan masih mengingat Jongin, Kekasihnya yang baru saja minggu lalu pergi ke Canada guna melanjutkan kuliahnya. Jongin terpaksa meninggalkan Luhan atas kemauan orang tuanya. Jongin tak bisa membantah. Tapi ia berjanji pada Luhan bahwa ia akan kembali. Kembali untuk Luhan. dan akan melamar Luhan, berniat menjadikan Luhan pasangan hidupnya. Awalnya Luhan menolak, bahkan ia marah pada Jongin. Jongin terus membujuknya, hingga akhirnya Luhan luluh dan akhirnya akan menunggu Jongin-nya. Kekasihnya seorang.
Sehun tercekat,ia berusaha menahan sakit yang perlahan menjalari hatinya lagi. Sakit ketika Luhan membahas Jongin. Sakit ketika Luhan tidak menyadari perasaannya. Sehun merogoh sakunya,mengambil ponsel Luhan yang ia simpan dan memberikannya pada pemiliknya.
Mata Luhan berbinar mendapati ponselnya masih rapi dan bagus di tangan Sehun, ia mulai membuka kuncinya. Dilayar ponselnya, tertera 31 panggilan tak terjawab dengan 20 lebih pesan masuk dan semua itu berasal dari Jongin. Luhan tersenyum tipis melihatnya, ia senang ketika Jongin memperhatikannya bahkan mereka tidak berdekatanpun Jongin terus mengkhawatirkannya, Luhan pun merasa agak bersalah karena tidak membalas pesan Jongin dikarenakan tidur panjangnya. Luhan mulai mengetik pesan untuk Jonginnya.
Tak berapa lama, Yixing kembali masuk ke ruangan dan mendapati Luhan sudah sadar dan sedang asyik dengan ponselnya. Ia tersenyum, perlahan berjalan kearah Luhan dan Sehun.
"bagaimana keadaanmu Luhan?" tanya Yixing yang langsung membuat Luhan menghentikan aktifitasnya. Luhan tersenyum lebar memamerkan gigi-giginya.
"jauh lebih baik dari kemarin, hanya kepalaku masih terus berdenyut sakit. Kau tahu rasanya? Seperti ditusuk oleh ribuan jarum.. menyakitkan." Papar Luhan. Yixing mulai memeriksa lagi tubuhnya. Sehun hanya menatap mereka dengan diam.
"sudah berapa lama kau mengalami sakit kepala itu? Apa disertai mimisan juga?" Luhan mengangguk sebagai jawaban.
"mungkin sekitar 2 bulan lalu, tapi untuk mimisan aku baru merasakannya beberapa hari belakangan. Dan itu sudah tidak terhitung lagi berapa liter darah yang keluar dari hidungku yang mancung ini" Luhan memajukan bibirnya membentuk sebuah kerucutan, ia hanya mencoba bergurau. Tapi kini melihat mimik wajah Yixing yang serius, membuatnya mengurungkan niatnya.
"apa disertai mual?atau yang lain? katakan padaku." Kini tatapan Yixing menyelidik. Luhan berfikir sejenak.
"ya.. aku sedang tidak mood makan akhir-akhir ini. Segala yang aku makan, pasti rasanya tidak enak. Mungkin lidahku sedang bermasalah" Yixing berdiam diri sejenak. Sehun hanya memperhatikan keduanya, merasa bingung dengan keadaan yang tiba-tiba berubah menjadi canggung.
"aku butuh melakukan beberapa test kepadamu Lu, untuk memastikan apa sebenarnya penyakitmu. Kau bersedia?" tanya Yixing lembut.
"memangnya aku sakit apa? Pasti aku hanya kelelahan hyung.. tidak lebih." Jawab Luhan.
"hanya memastikan Lu." Setelah berfikir-fikir. Luhan akhirnya menyetujui permintaan Yixing.
"baiklah. Aku bersedia."
.
I Love You, First –
.
Setelah 2 hari melakukan test yang menurut Luhan rumit dan melelahkan. Sebuah kenyataan pun akan ia dengar hari ini. Sebuah fakta yang semua orang tidak menginginkannya. Kala itu Luhan sedang berkirim-kirim pesan dengan Jongin melalui ponselnya. Sehun tidak ada siang itu, Sehun masih ada kelas. Dan berjanji akan kembali ketika ia sudah pulang nanti. Luhan menantikan kedatangan Yixing, sambil terus berkirim pesan dengan Jongin.
Sebuah suara menginterupsi kegiatannya, suara pintu ruangannya dibuka pelan. Luhan mendongakkan kepalanya, tampak seorang pria berjas putih panjang di tangannya membawa beberapa amplop dan berkas, yang Luhan yakini bahwa itu perlahan mulai berjalan ragu menghampiri Luhan.
"Yixing Hyung.." sapa Luhan dengan ceria. Yixing tertegun. Hatinya mencelos, rasanya sesak sekali melihat Luhan yang ceria. Ia tak tega memberi tahu apa yang akan ia jelaskan pada pria kecil ini.
"jadi.. bagaimana? Aku baik-baik saja kan? Hanya terlalu lelah.. sudah kuduga kal-"
"Lu..." Yixing membuka mulutnya,memotong perkataan Luhan. otomatis Luhan langsung terdiam. Terasa aura menakutkan dengan apa yang akan Yixing jelaskan padanya. Dan raut wajah Yixing terlihat begitu sedih.
"ada apa?" Luhan bertanya balik dengan hati-hati. Yixing menghela nafasnya.
"aku tau kau kuat. Kau kuat Lu.." luhan menggigit bibir bawahnya cemas, perasaan tak enak dan pikiran-pikiran buruk menyergapinya.
Apa maksudnya perkataan Yixing hyung? Batinnya.
Yixing menyerahkan sebuah amplop kepada Luhan, tangan kurus tersebut terulur menerima amplop tersebut. Perlahan, Luhan membukanya. Terdapat 1 lembar foto hasil rontgen dan sebuah surat didalamnya. Jemari-jemari Luhan pun mencoba mengeluarkan foto hasil rontgennya.
Ditangannya, kini terlihat hasil rontgen yang dilakukan selama 2 hari terakhir. Rontgen kepalanya. Gambar dari bentuk tengkoraknya dengan sisi gelap disebelah kanan yang menyelimuti otaknya. Luhan mengernyitkan dahinya. Tidak mengerti dengan hasil visualisasi yang berada ditangannya.
"a-apa maksudnya ini hyung?" Luhan menatap Yixing bingung, meminta penjelasan atas hasil yang ia pegang.
"kau... kau mengidap Kanker Otak stadium 1.. kanker itu perlahan mulai menyebar dan akan menjadi stadium dua."
.
I Love You, First –
.
Cairan bening itu terus menerus mengaliri pipi pria manis itu tak henti-hentinya menumpahkan cairan bening tersebut, dan Sehun mendekapnya dalam pelukannya. Membiarkan dadanya basah oleh airmata Luhan. hati Sehun begitu teriris melihat pria yang ia cintai begitu menderita dengan fakta yang baru ia ketahui.
Pria-nya. Mengidap Kanker Otak stadium 1.
Seperti ada palu besar, menohok hatinya. Membuat Sehun merasakan berkali lipat perih daripada yang ia dapati jika Luhan membicarakan Jongin. Kini Sehun mengelus lembut dan penuh sayang punggung Luhan, menenangkan rusa kecilnya.
"Sehun... aku... aku tidak bisa sembuh. Untuk apa aku hidup lagi Sehun? Kenapa harus aku yang mengalaminya... kenapa harus aku yang menanggung penyakit sialan ini?" ucap Luhan dengan terisak.
"sshh.. kau jangan berkata seperti itu. Kau sangat berarti Lu. Bagiku. Kau akan sembuh. Percayalah. Kita pasti menemukan keajaiban. Tuhan sayang padamu Lu. Aku menyayangimu. Jo-Jongin juga menyayagimu." Sehun tercekat dengan kalimatnya sendiri. Ia merasa sakit sendiri ketika menyebut nama kekasih Luhannya itu.
"apa Jongin masih mau menerimaku yang penyakitan ini, Sehun?" Luhan menatap Sehun nanar. Airmatanya masih terus mengaliri pipi tirusnya. Sehun perlahan senyum.
"tentu. Jika ia mencintaimu sepenuh hatinya, ia pasti akan menerima apapun keadaanmu Lu." Ucapan itu terlontar dari bibirnya. Luhan kembali menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Sehun. Setelah merasa Luhan sudah tak menatapnya, kini bulir-bulir bening itu turun di pipi Sehun. Mengalir turun melalui rahang tegasnya.
"kenapa sesakit ini Lu... kenapa sesakit ini mencintaimu?" batin Sehun perih.
- FLASHBACK OFF -
Sehun masih setia memegang tangan Luhan yang dingin. Perlahan jiwanya terkumpul kembali setelah menyelami ingatan buruknya setahun lalu. Saat dimana Luhan divonis mengidap penyakit yang ia alami sekarang. Penyakit yang bersarang dikepala Luhan. penyakit yang sepertinya enggan pergi dari otak Luhan yang berharga.
"kau harus bangun Lu. Aku.. sungguh merindukanmu. Aku..." Sehun menghentikan kalimatnya. Sesaat ia ragu,pandangannya tak pernah lepas dari Luhan. ia menghela nafasnya lagi.
"aku mencintaimu Lu. Bangunlah rusa manis.. aku sungguh lebih menyukai kau yang diam dan membuka mata daripada kau yang tertidur damai seperti sekarang. Sungguh ini menyiksaku Lu."
Sehun kembali meneteskan air matanya. Ia tak dapat menahan cairan bening itu agar tak mengalir. Hatinya kini rapuh. Ia benar-benar menunggu keajaiban. Ia akhirnya membiarkan semua emosinya tumpah, membiarkan bulir-bulir bening itu membasahi wajahnya. Tak terasa, jemari-jemari Luhan yang mungil perlahan mulai bergerak. Merasakan pergerakan kecil itu, sontak membuat Sehun menghapus airmatanya.
Tuhan mengabulkan permintaannya. Tuhan mendengar apa yang Sehun harapkan. Sehun terus memperhatikan mata rusa yang ia rindukan itu, Luhan mengerjapkan matanya. Membiasakan cahaya lampu ruangan tersebut dengan mata rusanya, sampai akhirnya mata rusa itu benar-benar terbuka dengan sempurna. Sehun terdiam.
Perasaan bahagia kini menyelimuti hatinya, mendapati pria kecilnya telah sadar dari tidur panjangnya.
Ya. Luhan. rusa kecil Sehun, telah sadar...
- TBC or END? -
Note:
Apa ini? Haha ini iseng-iseng aja. Dan maaf kalo OOC, ga nyambung sama judul, kata-kata yang kurang berkenan. Pokonya maafkan FF Hancurnya ini ya? Wkwk pengen buat drama-drama kek gitu. Terinspirasi dari lagunya Yovie and Nuno wkwk ada yang tau judulnya apa? :p dan Niatnya sih pendek aja. Gatau deh mau bilang apa. Selalu bingung kalo pas mau nulis. Dan ah ya, untuk FF "Fallen Angel" sepertinya HIATUS dulu. Sampe udah ga terlalu banyak kerjaan di kantor. Maaf banget ya. Dan dengan hadirnya FF ini, semoga para readers memaafkan Uno kembaran Luhan ini :'3 hahaha monggo dibaca lalu tinggalkan pesan di kotak review.
ARIGATOU, KAMSAHAMNIDA
Regards,
Uno. dirluno
