Fic ini sekuel dari fic-ku yang pertama. Kali ini settingnya dirumah Katara dan Sokka, dikutub selatan. Tapi kali ini tidak akan ada Paman Iroh.

Aku sudah berusaha nulis fic ini sebaik mungkin, tapi maaf kalau masih jelek n berantakan, aku memang belum berpengalaman dalam membuat cerita.

Please RnR …!

Happy Reading…!

Disclaimer: Avatar the Last Airbender © Nickelodeon

Hari yang cerah, langit yang biru terlihat sangat menawan, burung-burung terbang dengan bebasnya, namun sejauh mata memandang hanya akan ada satu warna yang terlihat sangat mencolok, putih. Ya, tentu saja karena dikutub selatan seluruh daratannya tertutupi oleh salju. Walaupun suhu disini dingin, tidak menyurutkan niat mereka untuk berkumpul dikutub selatan.

Semua orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Namun tiba-tiba terdengar suara dari seseorang yang sebentar lagi akan menjadi kepala suku menggantikan ayahnya, Hakoda. Suara yang tentu saja berasal dari Sokka itu sontak membuat teman-temannya menghentikan kegiatannya.

"Teman-teman, ada surat dari Toph!" Sokka berlari kearah teman-temannya dengan membawa gulungan surat ditangan kanannya.

"Sini biar kubaca." Katara langsung saja merebut surat itu dari tangan Sokka begitu Sokka sampai. Katara segera membuka gulungan surat itu, dan terlihat beberapa baris kalimat, surat yang cukup singkat.

"Maaf teman-teman, sepertinya aku tidak bisa berkumpul bersama kalian dikutub selatan, karena keadaanku tidak memungkinkan. Salam hangat, Toph Bei Fong." Katara membacakan surat itu dihadapan Aang, Sokka, Zuko, Suki, Mai, dan Ty Lee.

(A/N: Tentu saja yang nulis surat bukan Toph, tapi dituliskan oleh mm ya sebut saja orang tuanya yang nulisin)

"Apa maksudnya 'keadaannya tidak memungkinkan?" Ty Lee tampak tidak mengerti.

"Mungkin karena Toph tidak bisa melihat disini, karena yang ada disini hanyalah es." Aang menjelaskan.

"Lalu apa yang harus kita lakukan, membiarkan Toph tidak ikut serta atau lebih baik kita menjemputnya?" Tanya Suki.

"Akan aneh rasanya kalu tidak ada Toph, kalau aku ingin Toph tetap datang kesini. Bagaimana dengan kalian, yang setuju angkat tangan!" Sokka menyampaikan pendapatnya sekaligus bertanya kepada teman-temannya.

Mereka semua tampak sedang berfikir, tidak mungkin mereka meninggalkan Toph, membiarkannya tidak mengikuti acara ini, karena Toph juga merupakan salah satu bagian yang penting dalam kelompok mereka. Perlahan satu persatu dari mereka mulai mengangkat tangan tanda persetujuan mereka.

"Baiklah, semua sudah setuju, lalu siapa yang akan menjemputnya, karena tidak mungkin kita menjemputnya bersama-sama." Kata Mai. Memang mereka tidak mungkin menjemput Toph beramai-ramai, karena semuanya mempunyai kegiatan yang harus mereka kerjakan.

"Biar aku saja, aku sangat mengenal Toph, pasti aku bisa membujuknya." Katara menawarkan diri, karena diantara mereka Katara memang paling dekat dengan Toph.

"Baiklah, kalu begitu aku juga akan ikut Katara menjemput Toph." Aang berniat menemani Katara. Namun tiba-tiba seseorang yang sedari tadi hanya diam mendengarkan mengeluarkan suaranya yang membuat teman-temannya terkejut dan heran.

"Tidak, lebih baik aku saja, kalian disini saja, teman-teman yang lain pasti membutuhkan kalian." Zuko akhirnya angkat bicara.

"Hah, apa kau bilang, Zuko? Kau ingin menjemput Toph, memangnya kau yakin bisa membujuknya? Dari pada kau, lebih baik aku dan Suki yang menjemputnya! Kami lebih mengenalnya dari pada kau" Sokka meragukan Zuko. Teman-teman yang lain juga terlihat heran dan tidak yakin dengan apa yang dikatakan Zuko.

"Aku yakin. Sudahlah tenang saja, aku pasti bisa membawa Toph kesini." Zuko meyakinkan Sokka dan yang lainnya. Walau pun Zuko mengatakan dengan dingin dan santai tetapi tetap saja terlihat keseriusan diwajahnya yang akhirnya membuat teman-temannya mengizinkannya.

"Baiklah, tapi kalau kau tidak berhasil kau harus bertanggung jawab." Kata Sokka.

"Tenang saja, Aang aku pinjam Appa ya!" kata Zuko. Zuko melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Appa sedang beristirahat, namun langkahnya terhenti ketika sebuah tangan yang lembut menahan tangannya. Zuko pun menoleh kebelakang.

"Emm, Zuko, aku ikut denganmu." Mai berniat untuk menemani Zuko. Tetapi Zuko tidak mengizinkan Mai menemaninya.

"Tidak perlu, Mai. Aku bisa sendiri. Kau temani Ty Lee saja dan bantu yang lain." Zuko meyakinkan Mai untuk tetap tinggal bersama yang lain. Dia melepaskan tangan Mai yang masih memegang lengannya.

"Baiklah! Hati-hati, Zuko" Mai tampak kecewa dengan jawaban yang diberikan oleh kekasihnya itu.

Akhirnya Zuko berangkat ke Kerajaan Bumi dengan Appa. Saat Aang, Katara, Sokka, dan Suki sudah meninggalkan tempat itu untuk melakukan kegiatan mereka yang sempat tertunda tadi, Mai tampak masih berdiri ditempat semula, memandang Zuko yang sudah berangkat dan perlahan-lahan mulai tak tampak. Ty Lee yang hendak meninggalkan tempat itu pun terhenti saat menyadari bahwa Mai tetap tidak beranjak dari sana.

"Mai, kenapa kau berdiri terus disitu!" kata Ty Lee sambil bergerak mendekati Mai. Namun tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Mai. Mai tetap menatap langit dengan tatapan kosong, dia terus memikirkan Zuko yang baginya kini tampak aneh.

"Mai, apa kau baik-baik saja?" kata Ty Lee sambil menepuk pundak Mai karena Mai yang ditanyainya tidak memberikan jawaban. Lamunan Mai pun pecah setelah Ty Lee menepuk pundaknya.

"Ah, tidak apa-apa." Jawab Mai dingin. Dia segera duduk dan diikuti oleh Ty Lee.

"Tapi kau terlihat aneh, tidak seperti biasanya!" Ty Lee yakin bahwa ada sesuatu yang disembunyikan Mai.

"Benarkah? Bukankah Zuko yang aneh!" akhirnya Mai pun mengatakan hal yang sedari tadi dipikirkannya.

"Memangnya apa yang aneh?" Ty Lee terlihat sedang berfikir, dia memainkan telunjuk kanannya didagunya, matanya terlihat menerawang keatas, menandakan bahwa dia benar-benar sedang berfikir. Namun ia tak kunjung menemukan sesuatu yang aneh dari Zuko.

"Ah, kurasa semua baik-baik saja, tidak ada yang aneh" kata Ty Lee setelah berfikir cukup lama.

"Apakah hanya kau atau yang lain juga tidak menyadari bahwa sikap Zuko akhir-akhir ini berbeda. Entah hanya perasaanku saja, atau memang benar bahwa Zuko tampak lebih perhatian dengan Toph." Kata Mai dengan nada yang dingin tetapi tersirat sebuah kesedihan didalam perkataannya.

"Hmmm iya ya, sepertinya Zuko memang terlihat lebih perhatian dengan Toph. Ah aku telat menyadarinya. Hehehe.." setelah mendengar penjelasan Mai, Ty Lee pun segera menyadari dan tertawa tanpa dosa atas kelambatan otaknya dalam berfikir.

"Jadi kau juga merasa begitu." Kata Mai sambil menatap Ty Lee dalam.

"Ya, dan aku rasa Sokka lebih bisa membujuk Toph dibandingkan dengan Zuko, Sokka mengenal Toph lebih lama daripada Zuko. Tapi Zuko terlihat begitu yakin bahwa dia pasti bisa membawa Toph kesini. Memangnya ada sesuatu diantara Zuko dan Toph ya?" Kini mereka berdua diam memikirkan sesuatu.

'Apa mungkin ada sesuatu diantara mereka' kata Mai dalam hati. Hatinya semakin tidak enak setelah mendengar kata-kata Ty Lee yang terakhir. Namun karena sadar bahwa Mai terdiam cukup lama (lagi), Ty Lee mengeluarkan suaranya dan memecah keheningan.

"Hei, Mai, kau kenapa lagi. Kenapa kau diam. Hmm … aku tahu, kau pasti cemburu ya!" kata Ty Lee sambil mendekatkan wajahnya kewajah Mai, yang membuat pipi Mai sedikit memerah.

"Aku tak tahu. Sudahlah lupakan semua itu, aku percaya pada Zuko." Kata Mai berusaha mengalihkan perhatian. Lalu ia berdiri dan mulai berjalan melewati Ty Lee.

"Haah, dia benar-benar aneh hari ini. Tapi mungkin memang ada sesuatu antara Zuko dan Toph, tapi kira-kira apa ya? Haah, aku tidak mengerti dengan semua ini." Ty Lee berkata sendiri. Dia pun segera bangkit dari tempat duduknya lalu menyusul Mai yang sudah meninggalkan tempat itu.

xxx

Akhirnya Zuko tiba di Kerajaan Bumi, dia pun segera menuju ke Kota Gaoling ditempat tinggal Toph. Zuko mengetuk pintu gerbang, dan tak lama kemudian pintu gerbang pun terbuka, terlihat seorang penjaga menghampiri Zuko dan menanyakan maksud kedatangannya, lalu penjaga itu pun mengantar Zuko sampai di depan pintu utama rumah keluarga Bei Fong. Appa juga ikut masuk ke halaman tentunya. Zuko menunggu diluar sementara penjaga tersebut memberitahukan kepada Lao Bei Fong atas kedatangan Zuko.

"Tuan, ada seseorang yang ingin menemui Nona Toph!" kata salah seorang penjaga kepada Lao Bei Fong, ayah Toph.

"Siapa dia berani-beraninya hendak menemui putriku tanpa pemberitahuan terlebih dahulu?" kata Lao seperti biasanya jika ada orang yang tiba-tiba ingin bertemu dengan keluarga Bei Fong.

"Raja Api Zuko, Tuan!" jawab penjaga singkat.

"Oh, kalau begitu persilahkan dia masuk."

"Baik, Tuan. Permisi." Penjaga itu pun membungkukkan diri lalu keluar dari ruangan tersebut. Dia menghampiri Zuko yang masih menunggu diluar. Zuko dipersilahkan masuk menuju ruang tamu. Sesampainya diruang tamu, Lao menyambut zuko dengan ramah.

"Suatu kehormatan bagi kami menerima Raja Api sebagai tamu dirumah ini. Lalu ada kepentingan apa sehingga Anda datang kemari dan ingin menemui putriku." Tanya Lao.

"Saya ingin mengajak Toph pergi ke kutub selatan untuk berkumpul bersama teman-teman." Zuko menjelaskan.

"Sebenarnya saya tidak ingin melarang Toph untuk mengikuti kegiatan itu. Tetapi karena kali ini tempatnya dikutub selatan, saya takut jika terjadi apa-apa dengan Toph, berhubung Toph tidak bisa melihat disana." Lao menjelaskan alasan kenapa Toph tidak bisa ikut.

"Saya mengerti, tapi kami semua sangat ingin Toph bisa ikut serta dengan kami, karena Toph juga adalah bagian dari kami. Teman-teman yang lain pasti akan kecewa jika Toph tidak bisa ikut, oleh karena itu saya mewakili teman-teman yang lain untuk menjemput dan membawa Toph kesana." Zuko menjelaskan kepada Lao. Wajahnya terlihat begitu serius saat mengeluarkan kata demi kata. Namun kata-katanya itu tak cukup manjur untuk meyakinkan Lao.

"Tapi saya khawatir dengan keselamatannya disana, karena Toph adalah anak saya satu-satunya." Mereka berdua diam beberapa saat. Zuko masih memikirkan cara supaya ayah Toph mengizinkannya pergi ke kutub selatan. Setelah kira-kira satu menit mereka berdiam diri, Zuko mengangkat suaranya.

"Baiklah, begini saja, saya yang akan menjaga Toph disana. Saya akan menjamin bahwa Toph akan kembali kerumah ini dalam keadaan baik-baik saja. Saya yang bertanggung jawab atas keselamatan Toph selama kami berada disana."

Lao memikirkan perkataan Zuko, berusaha mencerna kata dem kata yang dikeluarkan Zuko. Tidak ada keragu-raguan yang terpancar dari wajahnya, Zuko tampak sangat serius. Melihat keseriusan Zuko, Lao pun memberikan izinnya untuk Toph. Dia yakin dan percaya bahwa Zuko memang bisa dipercaya untuk menjaga putri semata wayangnya.

"Baiklah kalau begitu. Saya percaya dengan perkataan Anda dan saya titipkan Toph kepada Anda selama dia berada di kutub selatan."

"Emm, apakah saya boleh menemui Toph sekarang?"

"Oh.. ya. tentu saja. Silahkan, dia ada di halaman belakang."

"Terima kasih!"

Lalu Zuko bergegas menuju halaman belakang.

xxx

Setelah berhasil meyakinkan ayah Toph, Zuko pun menemui Toph. Sesampainya dihalaman belakang, Zuko melemparkan pandangannya kekiri, tidak ada orang disana yang ada hanyalah pohon dan tumbuhan pagar yang hijau segar. Kemudian dia memutar kepalanya kekanan, dia melihat sesosok wanita atu lebih tepatnya seorang gadis yang sangat ia kenal sedang duduk di atas jembatan. Gadis itu terlihat anggun dengan gaun yang panjang berwarna krem dengan list coklat keemasan disertai sebuah selendang dengan warna senada. Lalu Zuko melangkahkan kakinya untuk menghampiri gadis itu, setelah dia berada di jarak yang dekat kurang lebih setengah meter dari gadis itu, dia pun berhenti danduduk tepat disamping gadis tersebut.

"Hai, emm apa kabar?" Zuko bingung harus mengatakan apa terlebih dahulu. Zuko masih agak sedikit canggung untuk memulai pembicaraan dengan Toph karena sudah setahun mereka tidak bertemu, pertemuan terakhir mereka adalah sewaktu mereka berkumpul di kota Gaoling satu tahun lalu. Zuko masih bisa bertemu dengan teman-teman yang lain karena Aang, Katara, Sokka, dan Suki juga sering berkunjung kenegara api.

"Oh, kau Zuko. Kenapa kau ada disini?" Toph sedikit kaget atas kedatangan Zuko.

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau masih ada disini?"

"Apa maksudmu. Inikan rumahku, memang sudah seharusnya aku berada disini." Jawab Toph yang sedikit tidak mengerti dengan pertanyaan Zuko.

"Haha, ya aku tahu ini rumahmu, dan memang sudah seharusnya kau ada disini, tapi tidak untuk hari ini, seharusnya kau ikut bersama kami berkumpul dikutub selatan."

"Aku tidak mau. Aku benci kutub selatan!" kata Toph dengan ketus.

"Kami semua ingin kau berkumpul bersama kami, Aang, Katara, Sokka, Suki, Ty Lee, dan Mai sudah menunggu kedatanganmu." Zuko masih berusaha membujuk Toph.

"Tapi kali ini berbeda, aku tidak bisa melihat dikutub selatan, yang ada disana hanyalah es, dan aku benci jika aku tidak bisa melihat, aku akan benar-benar buta disana, yang akan aku rasakan hanyalah kegelapan."

"Kalau kau bilang yang akan kau rasakan hanyalah kegelapan, kau salah. Karena masih ada aku yang akan menjadi cahaya untuk menerangimu."

"Hah, apa maksudmu 'kau akan menjadi cahaya untukku'?" Toph tampak bingung dengan pernyataan Zuko tadi, namun jauh didasar hatinya dia merasa senang mendengarkan Zuko mengatakan hal tersebut.

"Oh,, ti..tidak, mm maksudku kami semua yang akan menjadi cahaya untukmu." Zuko pun merasa malu atas perkataan yang tiba-tiba meluncur begitu saja dari bibirnya tanpa berfikir dahulu. Hal ini pun juga membuat semburat merah di pipi Zuko tampak jelas.

'apa yang kukatakan tadi, kenapa aku berkata tanpa berfikir dulu. Ah sial..' kata Zuko dalam hati.

"Oh ya, benarkah?"

"Ya, kami akan selalu melindungimu selama kau berada dikutub selatan. Kau mau kan ikut dengan kami?" tanya Zuko

"Emm, tak enak rasanya jika menolak permintaan orang yang paling terhormat di negara Api. Baiklah, aku akan ikut dengan kalian." Akhirnya Zuko pun berhasil membujuk Toph.

"Ini bukan permintaanku saja, tapi juga permintaan dari teman-teman yang lain."

"Haha, ya aku tahu. Emm tapi tunggu dulu, bagaimana dengan ayahku? Aku tidak yakin dia akan mengizinkanku pergi kesana!"

"Tenang saja, sebelum menemuimu aku sudah menemui ayahmu dan berbicara tentang hal ini, dan ayahmu mengizinkan."

"Hah, bagaimana kau bisa membujuk ayahku?"

"Oh, itu mudah, aku bilang saja bahwa selama berada dikutub selatan aku akan selalu melindungimu dan membawamu kembali kesini dalam keadaan baik-baik saja."

"Kau benar-benar hebat mencari alasan, Zuko." Kata Toph sambil tersenyum, kali ini bukan senyum sarkastik yang biasa ia keluarkan, tapi senyum yang tulus dari hatinya. Kemudian Toph memukul lengan Zuko, ya seperti biasanya. Zuko tahu apa artinya pukulan itu, dia pun tersenyum.

Mereka pun bangkit berdiri, namun sebelum benar-benar berdiri Toph salah menginjakkan salah satu kakinya sehingga membuatnya akan jatuh ke dalam air dibawahnya.

Melihat itu Zuko berniat untuk menolong Toph. Dia segera mendekatkan tangannya kepinggang Toph untuk mencegahnya jatuh. Namun sebelum tangannya menyentuh Toph, Toph segera menggunakan pengendalian buminya sehingga dia tidak jadi jatuh.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Zuko khawatir.

"Ah, tidak apa-apa kok, ayo kita berangkat!" merka berdua berjalan beriringan menuju kedalam rumah.

xxx

Setelah itu Toph berganti baju, kali ini Toph menggunakan baju yang sedikit tomboy berwarna hijau dengan list kuning, khas Kerajaan Bumi. Selesai berganti baju, Toph keluar menemui Zuko yang sedang menggunya bersama Appa.

"Hey, Zuko, emm apakah kau sedang memandangku?" Tanya Toph yang heran melihat Zuko yang sedari tadi diam.

"Ah i..iya, hanya saja kau lebih cantik menggunakan gaunmu yang tadi."

"Oh, aku tidak suka menggunakan baju feminim. Aku hanya menggunakan baju feminim untuk membuat orang tuaku senang."

"Emm tumben kau memakai alas kaki!" tanya Zuko setelah melihat Toph memakai alas kaki, maksudnya alas kaki yang benar-benar menutupi seluruh telapak kaki Toph.

"Kita kan akan pergi ke kutub selatan, memakai atau pun tidak, aku akan tetap tidak bisa melihat. Dan lagi pula aku tidak yakin aku bisa bertahan didaratan sedingin itu tanpa alas kaki "

"Ah, iya, kau benar.."

Lalu Toph berjalan mendekati Appa, namun karena kali ini dia benar-benar memakai alas kaki, 'penglihatannya' pun menjadi kabur dan akibatnya dia menabrak Zuko. Mereka berdua jatuh dengan Toph berada diatas badan Zuko. Refleks tangan Zuko pun melingkar di pinggang Toph. Wajah mereka pun begitu dekat, wajah keduanya pun memerah, terlebih Zuko. Zuko memandang Toph dengan seksama, dia tidak pernah sedekat ini dengan Toph, dan dia mulai menyadari betapa cantiknya gadis tomboy tersebut yang sudah mulai beranjak dewasa.

Toph merasakan bahwa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, dia bisa merasakan hembusan nafas Zuko.

'Aku tak pernah sedekat ini dengan Zuko, aku bisa mendengar detak jantungnya yang berdetak dengan cepat, aku juga bisa merasakan nafasnya, dan aku bisa merasakan jantungku berdetak seirama dengan detak jantungnya.' Kata Toph dalam hati.

Sesaat Zuko ingin mencium bibir mungil Toph, tapi niatnya itu terhenti ketika orang tua Toph keluar dari rumah untuk mengucapkan selamat jalan.

"Toph, hati-.." perkataan ibu Toph terhenti ketika melihat Zuko dan Toph. Tapi ibu Toph malah tersenyum-senyum melihat mereka berdua, seakan-akan menginginkan mereka berdua tetap berada pada posisi tadi.

Zuko pun segera mendapatkan kesadarannya dan mereka berdua mulai berdiri.

'Ah, apa lagi yang aku pikirkan, aku hampir saja menciumnya. Kenapa? Kenapa perasaanku ini, aku merasa begitu nyaman berada didekatnya, bahkan aku merasakan perasaan nyaman ini melebihi rasa nyamanku saat bersama Mai.' Zuko bergulat dengan pikirannya sendiri.

"Oh.. ayah, ibu, aku pergi dulu ya!" kata Toph setelah benar-benar berdiri, dia pun berpamitan dengan kedua orang tuanya.

"Ya, hati-hati Toph!" kata ibu Toph.

"Raja Api Zuko, tolong jaga anak kami." Kata Lao kepada Zuko. Zuko segera tersadar dari lamunannya.

"Oh i..iya, tentu saja, saya akan menepati janji saya." Kata Zuko

Mereka berdua segera menaiki Appa dan segera terbang menuju kutub selatan dimana Aang, Katara, Sokka, Suki, Mai, dan Ty Lee sudah menunggu mereka dari tadi.