.

.

.

Love Shake

Jeon Wonwoo l Kim Mingyu l Other Cast

Rated : T

Disclaimer : Cerita hasil imajinasi saya sedangkan castnya milik bersama

.

.

.

.

.

Umur mereka terpaut sembilan tahun. Tak banyak hal yang bisa dibicarakan bersama. Masa sang kakak dan sang adik sangatlah berbeda. Tetapi, semakin kesini sang kakak malah meniru gaya hidup sang adik. Ingin terlihat lebih muda katanya. Beruntunglah sang kakak rajin merawat dirinya. Jadi, tak ada perbedaan yang sangat menonjol saat sang kakak ikut bermain bersama teman-teman adiknya.

Itulah Jeon Hyosung. Kakak satu-satunya yang Jeon Wonwoo miliki. Tahun ini umur Hyosung genap tiga puluh tahun. Itu artinya tahun ini Wonwoo berumur dua puluh satu tahun.

Hyosung adalah seorang sekretaris di perusahaan yang sedang berada di puncak kejayaan. Gaji perbulannya sangatlah lumayan. Selama satu tahun bekerja, Hyosung sudah mampu membeli apartemen yang tergolong mewah. Semua biaya sekolah Wonwoo mulai dari kelas dua Senior High School, Hyosung juga yang membayarnya.

Kedua orang tua mereka meninggal saat Wonwoo baru saja masuk Senior High School. Orang tua mereka meninggalkan banyak hutang pada rentenir. Saat itu Hyosung masih bekerja di perusahaan yang biasa saja. Gajinya setahun masih belum cukup untuk melunasi hutang orang tuanya. Akhirnya, Ia memutuskan untuk menjual rumahnya dan menyewa apartemen kumuh. Sisa uang penjualan rumah digunakan untuk membiayai sekolah Wonwoo selama setahun.

Enam bulan kemudian Hyosung baru tahu kalau orang tuanya berhutang demi membiayai sekolahnya dan adiknya. Bibi Jeon yang menceritakannya. Bibi Jeon juga memberikan sebuah buku tabungan pada Hyosung. Buat biaya pernikannya kelak. Titipan dari kedua orang tuanya.

Bicara tentang pernikahan, Hyosung langsung tersadar dari lamunan masa lalunya. Ia teringat pembicaraannya dengan seseorang dua hari yang lalu. Adiknya harus segera tahu tentang ini.

Hyosung memperhatikan Wonwoo yang sedang mengoleskan selai pada salah satu sisi roti. Wonwoo kemudian menumpuk sisi roti yang sudah diberi selai dengan roti yang lain. Dahi Hyosung langsung berkerut.

"Roti kedua?" tanya Hyosung.

Wonwoo mengangguk lalu menggigit rotinya.

"Tumben."

Wonwoo menelan rotinya terlebih dahulu baru berbicara, "Aku belum makan kemarin malam. Tugasku menumpuk."

Hening sejenak. Hyosung kembali membuka mulutnya.

"Wonwoo-ya?"

"Ya, Noona" Wonwoo kembali menggigit rotinya.

"Aku ingin bicara."

Wonwoo menelan rotinya, "Kita memang sedang berbicara, kan?" kemudian Wonwoo meminum susunya yang tinggal setengah.

"Aku ingin menikah."

Uhuk Uhuk

Wonwoo tersedak susu yang sedang diminumnya. Hyosung segera menghampiri Wonwoo dan menepuk-nepuk punggung adiknya.

"Bercandamu sungguh tidak lucu, Noona" Wonwoo berucap sinis.

Hyosung menarik kursi yang berada disebelah Wonwoo kemudian mendudukinya, "Aku serius."

"Pacar saja kau tidak punya."

"Dia bukan pacarku."

"Lalu, Kenapa kau mau menikah dengannya?"

"Apa setiap orang harus menikah dengan pacarnya," Hyosung memutar bola matanya.

Wonwoo diam tak menjawab.

"Pokoknya aku mau menikah."

"Kau ini mau meminta persetujuanku atau bagaimana," cibir Wonwoo

"Aku hanya memberitahukanmu bukan meminta persetujuanmu."

"Bagaimana kalau aku tak setuju?" Wonwoo menaikan sebelas alisnya.

"Kau mau melihatku menjadi perawan tua, huh?" Hyosung langsung bangun dan berkacak pinggang.

Wonwoo memutar bola matanya melihat kelakuan kakaknya, "Terserahmu saja, Noona."

"Kuanggap kau setuju adikku sayang."

.

.

.

Kelas terakhir Wonwoo baru saja usai. Ia merenggangkan otot-otot tangannya yang terasa sangat pegal. Setelah itu, Ia memasukkan semua alat tulisnya kedalam tas, memakai tasnya kemudian berjalan keluar.

"Yak Jeon Wonwoo!" Soonyoung langsung merangkul Wonwoo saat Wonwoo baru saja keluar.

Wonwoo mendecak kemudian menyingkirkan tangan Soonyoung dari pundaknya, "Sedang apa kau disini?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Menunggumu. Memang apalagi, huh?"

"Tunggu sebentar."

Wonwoo mengeluarkan ponselnya yang bergetar dari kantong celana. Ia membuka ponselnya dan menemukan satu pesan dari kakaknya.

From : Hyosung Noona

Kelas terakhirmu sudah selesai, Kan? Angkat teleponku kalau begitu.

Baru saja Wonwoo ingin mengetik balasan untuk Hyosung, Sang kakak sudah lebih dulu menelpon.

"Yeoboseo?"

"Kau belum pulang, Kan?"

"Aku baru saja mau pulang. Soonyoung mengajakku pulang bersama," Wonwoo melirik Soonyoung. Yang dilirik pura-pura tak lihat.

"Mampir dulu ke halte dekat Seoul Broadcasting School. Cari anak yang bernama Kim Mingyu lalu culik dia dan bawa kerumah. Dia siswa tingkat akhir Seoul Broadcasting School. Fotonya kukirim lewat line."

"Serius kau memintaku untuk menculiknya?"

"Ya tuhan, Tentu saja tidak adikku sayang."

"Apa aku akan dibayar?"

"Makan gratis dirumah? Itu bayarannya. Aku masak banyak sekali hari ini."

Wonwoo mendecih. "Hanya itu saja, kan? Aku tutup telponnya."

Belum sempat Hyosung menjawab, Wonwoo sudah menutup telponnya lebih dulu. Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana kemudian merangkul Soonyoung.

"Ayo kita pulang!"

"Tunggu dulu. Kelas Jihoon sebentar lagi usai. Kita pulang bertiga."

Jihoon itu prioritas utama Soonyoung. Maksud Soonyoung menunggu Wonwoo adalah untuk mencari teman. Soonyoung akan mati kebosanan jika harus menunggu Jihoon sendirian. Licik sekali kan seorang Kwon Soonyoung.

.

.

.

"Stop Soonyoung! Stop!" Jerit Jihoon seraya memukuli paha Soonyoung yang sedang menyetir.

Soonyoung langsung menginjak remnya. Wonwoo yang duduk di belakang sampai terbentur sandaran jok yang diduduki Jihoon di depan.

Jihoon menoleh ke belakang lalu berkata, "turunlah. Kau sudah sampai, Jeon"

"Serius itu haltenya?" tanya Wonwoo seraya menunjuk halte yang berjarak beberapa meter dari mobil Soonyoung berhenti.

"Kau tak lihat di sebelah kananmu itu adalah Seoul Broadcasting School?!" Jihoon menunjuk-nunjuk kearah gedung sekolah yang berada di seberang jalan.

"Baiklah aku turun."

Wonwoo membuka pintu mobil. Ia turun dari mobil kemudian menutup kembali pintunya. Jihoon membuka kaca mobil dan Wonwoo segera mendekat kearah Jihoon.

"Kalau ada apa-apa jangan hubungi kami," ucap Jihoon seraya tersenyum manis. Berbeda sekali dengan makna kalimat yang baru diucapkannya.

"Tidak akan."

"Hubungi Seungkwan saja. Dia anak Seoul Broadcasting" timpal Soonyoung.

"Terimakasih sarannya, Kwon."

"Sebenarnya apa yang akan kau lakukan di halte?"

"Hyosung Noona menyuruhku mencari seseorang lalu mengajaknya pulang dan dia anak Seoul Broadcasting."

"Kau harus meminta bantuan Seungkwan. Dia itu hapal diluar kepala semua nama anak Seoul Broadcasting."

"Iya, Aku tahu."

"Kami duluan Wonwoo-ya. Ingat jangan hubungi kami."

Tidak Jihoon. Tidak Soonyoung. Semuanya sama saja.

Jihoon menutup kembali kaca mobilnnya kemudian mobil Soonyoung melaju meninggalkan Wonwoo.

Wonwoo menatap sebal kearah mobil Soonyoung yang mulai menjauh. Ia menyumpahi si pengemudi dan penemumpangnya seraya berjalan menuju halte. Kenapa juga Wonwoo harus bertemu Soonyoung dan Jihoon lalu menjalin ikatan pertemanan dengan mereka berdua.

Wonwoo duduk di pojok kanan halte. Ia mengeluarkan ponselnya kemudian mengecek akun Line nya. Hyosung telah mengirim fotonya ternyata.

"Apa kita pulang terlalu cepat?"

"Kau langsung berlari saat gerbang baru saja dibuka."

"Aku tak mau ketinggalan acaranya, Minhee-ya"

Wonwoo melirik sekilas dua siswi yang duduk tak jauh darinya. Seragamnya mirip dengan seragam Seungkwan. Itu artinya Seoul Broadcasting school telah memulangkan anak didiknya.

Wonwoo langsung menelpon Seungkwan saat itu juga. Sebelum Seungkwan pulang dan anak yang bernama Kim Mingyu itu juga pulang.

"Yeoboseo Hyung?"

"Kau masih disekolah, Kan?"

"Iya. Aku baru saja keluar kelas."

"Temui aku di halte dekat sekolahmu. Bawa Kim Mingyu juga. Aku ada perlu dengannya."

"Kim Mingyu?"

"Dia seangkatan denganmu. Kau pasti kenal, kan?"

"Yak Kim Mingyu! Jangan pulang dulu!"

Wonwoo menjauhkan ponselnya dari telinganya saat Seungkwan berteriak. Sepertinya Seungkwan sudah menemukan Kim Mingyu.

"Hyung, sebentar lagi aku kesana. Aku tutup."

Setelahnya Seungkwan benar-benar menutup telponnya. Wonwoo memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Ia terdiam memandangi kendaran yang melintas. Dua siswi tadi telah menaiki bus saat Wonwoo menelpon Seungkwan. Disusul dengan siswa dan siswi lain yang berlarian dan berteriak-teriak hanya untuk menghentikan bus. Bus langsung penuh seketika. Wonwoo yang menjadi penonton hanya bisa geleng-geleng kepala. Mereka terlalu anarkis.

Angin semilir menerpa wajah Wonwoo. Rasa kantuk yang bercampur dengan lelah membuat Wonwoo memejamkan matanya perlahan. Baru hitungan menit Wonwoo tertidur, Suara Seungkwan telah menginterupsinya.

"Sudah ya Hyung. Aku ada kencan,"

Wonwoo hanya terdiam melihat kepergian Seungkwan. Ia masih belum sadar sepunuhnya. Ditambah lagi kepalanya yang terasa pusing. Suara Seungkwan sungguh berefek sangat dahsyat.

Saat sudah sadar sepenuhnya, Wonwoo malah kebingungan. Pasalnya, ia tak menemukan seseorang pun di depannya. Jangan bilang Seungkwan berbohong.

"Aku disebelahmu"

Wonwoo langsung menoleh dan mendapati seorang siswa yang duduk tak jauh darinya. Dengan kacamata dan rambut klimis, siswa itu menundukkan kepalanya. Terlihat sekali kalau dia itu tipikal siswa 'nerd' yang tak memiliki kepercayaan diri sama sekali.

Wonwoo mengeluarkan ponselnya. Ia membuka akun Line nya lalu melihat foto yang dikirimkan Hyosung. Di foto itu, Kim Mingyu terlihat sangat tampan dan mempesona. Tapi anak bernama Kim Mingyu yang sedang bersamanya ini terlihat sangat menyedihkan.

"Serius kau Kim Mingyu? Kim Mingyu siswa tingkat akhir Seoul Broadcasting School?" tanya Wonwoo.

"Aku Kim Mingyu yang kau maksud."

"Kenapa kau berbeda sekali dengan yang di foto," Wonwoo menunjukkan foto yang dikirim Hyosung pada Mingyu.

"Itu memang aku," jawab Mingyu dengan penuh percaya diri. Berbeda sekali dengan Kim Mingyu yang pertama kali Wonwoo lihat.

"Kim Mingyu di foto ini sangat tampan dan kau? Kau hanyalah nerd yang terlalu mengada ngada!" keluar sudah sisi buruk Wonwoo. Menghina dan berkata pedas adalah keahliannya. Sama seperti Jihoon.

"Aku tinggal melepas kacamataku dan menata ulang rambutku," Mingyu melepaskan kacamatanya. lalu mengacak-acak rambutnya sendiri, "Apa sudah terlihat mirip?"

Wonwoo kembali membandingkan Mingyu dengan foto yang dikirim Hyosung. Masih ada yang kurang.

"Coba tersenyum," pinta Wonwoo.

Mingyu tersenyum lebar sekali hingga gigi taringnya yang lebih panjang dari giginya yang lain terlihat. Wonwoo tertegun memandangi sosok Mingyu yang benar-benar berubah drastis.

"Sudah?" tanya Mingyu sambil tersenyum jahil.

"A-apa?" Wonwoo langsung gelagapan.

"Memandangi wajah tampan orang yang kau hina tadi."

Wonwoo tertohok. Ucapan Mingyu sungguh menyindirnya sekali. Wonwoo mana tahu akan jadi seperti ini.

Sebuah bus berhenti tepat di depan halte. Wonwoo segera berdiri lalu menarik tangan Mingu.

"Kau mau menculikku?" tanya Mingyu dengan nada takut yang kentara sekali.

"Mana ada penculik yang menggunakan bus umum. Sudah ayo naik."

Wonwoo mendorong Mingyu untuk naik lebih dulu. Ia membayar untuk dirinya dan Mingyu kemudian menghampiri Mingyu yang telah mendapatkan tempat duduk.

Mingyu duduk disebelah jendela dan Wonwoo duduk disampingnya. Tak ada pembicaraan sama sekali diantara mereka. Sampai Akhirnya Wonwoo menguap dan memilih untuk tertidur. Melanjutkan acara tidurnya yang sempat tertunda tadi di halte.

Mingyu menoleh saat kepala orang yang duduk disebelahnya, jatuh diatas pundaknya. Ia mendorong kepala orang itu dengan jari telunjuknya. Bukannya menyingkir, orang itu malah menyamankan posisi kepalanya di pundak Mingyu. Satu jari tak mempan, Mingyu menggunakan kelima jari tangan kanannya untuk menyingkirkan kepala orang itu.

Berkat ulah Mingyu, Wonwoo pun terbangun. Ia melayangkan tatapan mematikan kearah Mingyu.

"Kau ini apa-apaan?!" omel Wonwoo.

"Salah sendiri kau tertidur di pundakku," Mingyu membela diri.

Wonwoo memilih diam. Dilihat dari wajahnya, Ia yakin Mingyu adalah tipe orang yang tak mau mengalah. Jadi, mengajak orang yang seperti itu berdebat adalah kesalahan terbesar.

Bus berhenti. Wonwoo memukul lengan Mingyu kemudian turun. Mingyu meringis dan langsung berlari menyusul Wonwoo.

"Kenapa memukulku?!" Gantian Mingyu yang mengomel.

"Lalu, aku harus bagaimana?"

"Kau kan bisa menggunakan cara baik-baik!"

"Kau kan juga bisa menggunakan cara baik-baik untuk menyingkirkan kepalaku dari pundakmu!"

Mingyu terdiam. Kenapa jadi dia yang terpojokkan, sih?

Wonwoo berjalan mendahului Mingyu. Ia berbalik lalu menarik tangan Mingyu yang ternyata tak mengekorinya. Tak butuh waktu lama untuk sampai di apartemen Wonwoo. Hyosung memang sengaja mencari apartemen yang dekat dengan halte. Apalagi Hyosung belum memiliki mobil sendiri. Keduanya masih sangat bergantung pada bus umum.

Wonwoo menekan password apartemennya kemudian membuka pintunya. Wonwoo masuk kedalam. Mingyu lagi-lagi tak mengekori Wonwoo. Ia hanya berdiam diri di depan pintu.

"Masuklah," titah Wonwoo.

Mingyu hanya diam saja. Tak menjawab juga tak mengikuti perkataan Wonwoo yang menyuruhnya untuk masuk.

"Kim Mingyu!" Wonwoo mulai naik pitam.

"Berjanjilah kalau kau tak akan membocorkan identitasku pada siapapun. Termasuk Seungkwan."

"Apa?"

"Berjanjilah dulu. Baru aku akan masuk."

"Iya. Aku berjanji."

"Janji?" Mingyu menyodorkan jari kelingkingnya.

Wonwoo berjalan menghampiri Mingyu kemudian menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Mingyu. Janji jari kelingking.

"Kalau kau melanggar, aku akan potong jari kelingkingmu." ancam Mingyu.

"Sekarang cepatlah masuk," Wonwoo menarik tangan Mingyu agar masuk. Kemudian, Ia menutup pintunya lumayan keras.

"Akhirnya kau pulang juga," Hyosung berucap dari Meja makan. Kakaknya sedang menata meja makan yang telah terisi beberapa menu makanan.

Wonwoo melempar tasnya ke sofa dan langsung berlari kearah meja makan. Kakaknya benar-benar sedang masak banyak sekali hari ini.

"Apa ini bayaranku? Semuanya?" tanya Wonwoo dengan mata berbinar.

"Kau harus berbagi dengan Mingyu dan tamu kita"

Wonwoo mendengus. Semua makanan yang tersaji di meja makan adalah makanan favoritnya. Kecuali menu sea food yang berada di pojoknya. Wonwoo tak akan menyentuhnya sama sekali. Ia alergi akan itu.

"Duduklah disini, Mingyu-ah" Hyosung mendudukkan Mingyu tepat di depan Wonwoo.

"Menu terakhirnya sudah siap!" Seru seorang lelaki yang mengenakan celemek pink dan membawa sepiring olahan sea food.

Lelaki itu menaruhnya tepat dihadapan Mingyu. Setelahnya, Ia mengusap kepala Mingyu sambil tersenyum. Mingyu ikut tersenyum. Wonwoo berasumsi kalau mereka sudah saling kenal.

"Ayo kita mulai acara makan bersamanya!" seru Hyosung, bersemangat.

Hyosung melepaskan celemek yang dipakainya kemudian menaruhnya diatas pantri. Begitu juga dengan lelaki tadi. Hyosung duduk di sebelah Wonwoo sedangkan lelaki tadi duduk disebelah Mingyu.

"Sebelum kita makan, bagaimana jika kita berkenalan lebih dulu." ucap Hyosung.

Wonwoo menatap tak suka kearah kakaknya. Tak tahukah adiknya benar-benar sedang kelaparan sekarang.

"Karena Kau dan Wonwoo sudah saling kenal, Jadi tinggal aku saja yang belum memperkenalkan diri padamu, Mingyu-ah"

Mingyu hanya mengangguk saja. Sejujurnya Ia baru tau nama lelaki yang duduk di depannya saat wanita tadi menyebutkan namanya.

"Aku Jeon Hyosung. Aku teman Himchan dan Kakak Wonwoo," Hyosung tersenyum. Mingyu ikut tersenyum juga

"Sekarang giliranku," Lelaki yang tadi mengenakan celemek pink berdehem sebentar. "Aku Kim Himchan. Teman Hyosung dan Mingyu ini anakku," Lelaki itu—Himchan—menepuk-nepuk punggung Mingyu.

"Anak?! Sebesar ini?!" Wonwoo tak mampu menutupi rasa keterkejutannya.

"Iya. Mingyu ini anakku." Himchan menunjuk wajahnya dan wajah Mingyu bergantian. "Apa wajah kami tidak mirip?"

"Tidak sama sekali."

"Mingyu sangatlah mirip dengan ibunya. Aku hanya menyumbangkan ketampananku saja padanya," Himchan berucap dengan penuh percaya diri.

"Himchan ini temanku yang akan menikah denganku," ucap Hyosung pada Wonwoo, "Ingat bukan pacar."

"Serius kau akan menikah dengannya, Noona?" tanya Wonwoo seraya menunjuk Himchan.

"Serius," Hyosung beralih menatap Mingyu, "Mulai sekarang kau harus terbiasa memanggil Wonwoo dengan sebutan Ahjussi."

"Ahjussi? Tidak!" tolak Wonwoo mentah-mentah.

"Mingyu akan menjadi keponakanmu Wonwoo-ya"

"Batalkan Noona! Batalkan!"

"Kau sudah menyetujuinya diawal, Adikku sayang"

"Tapi tidak untuk sebutan Ahjussi!"

"Kita makan dulu sebelum makannya dingin," Himchan menyela pertengkaran Hyosung dan Wonwoo, "Kita bicarakan lagi nanti."

Mereka berempat makan dengan tenang. Sebenarnya hanya Hyosung, Himchan dan Mingyu saja yang makan dengan tenang. Wonwoo tampak tak menikmatinya sama sekali.

"Wonwoo ahjussi, tolong ambilkan yang itu"

Takkk

"Yak! Kenapa memukulku?!"

.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

.

Fanfic chaptered pertama ~

Semoga bisa menyelesaikannya sampai akhir ^^

Judul Fanfic ini diambil dari judul Lagu Minx

Ada yang kenal Minx? Aku Cuma tau beberapa nama membernya aja

Aku nemu /? Lagu Minx saat aku nonton lejel homeshoping /?

Lagunya enak buat moodbooster

Kenapa aku pakai Himchan sebagai ayahnya Mingyu? Karena Himchan sama Hyosung ini memang dekat. Kebetulan marganya Himchan dan Mingyu sama.

Terimakasih yang sudah mau baca ^^

Terimakasih juga untuk : Honeylili Furasawa99 peachpeach. Terimakasih untuk pengoreksiannya di fanfic Verkwan aku

Terakhir,

Review juseyo ~ ^^