Hinata menjadi salah satu cewek satelit yang paling populer di sekolah.

Versi dirinya yang dulu mulai menghilang termakan kepura-puraan yang ia lakukan.

Ia semakin kehilangan versi dirinya ketika ada anak baru yang kebetulan berada pada kelas yang sama dengan pacarnya.

Hinata kehilangan kepercayaan dari Gaara.

akankah Hinata kembali pada versi dirinya yang dulu sementara ia mulai menyukai teman-teman satelitnya.

.

.

|Girlfriend|

.

.

Aku kadang memimpikan untuk menjadi cewek satelit yang mengintari planet indah bernama Ino Yamanaka −cewek populer di sekolah sekaligus pacar Sasuke. Aku pikir semua itu hanya akan berakhir menjadi bunga tidur, tapi ini nyata. Aku menghabiskan makan siang ku di atas meja cewek populer, di Konoha Gakuen kadang ada yang sedikit berbeda, semua perkumpulan memiliki tempat khusus, seperti meja para virtuoso, meja para cheers, dan meja para olahragawan sekolah. Di atas semua itu yang paling membanggakan ketika kau duduk di dalam perkumpulan cewek satelit yang populer.

Kehidupan sekolahku berubah drastis saat aku resmi menjadi pacar Sabaku Gaara −cowok yang tidak kalah keren dari Sasuke.

"Jadi ternyata si Neko Girl itu kehilangan kunci lokernya." Karin tertawa puas sebelum memakan french fries nya.

"Kau tidak pernah puas mengerjai si Neko Girl itu. Menyedihkan." Ino sangat berwibawa, tak heran semua cewek satelit menghargainya, termasuk aku.

"Lain kali kau buang saja kotak bentonya yang terlihat payah." Tenten menimpali, mencengkeram perutnya untuk menahan tawa "Aku baru tahu ada gadis SMA yang membawa kotak bento sekonyol itu. Kau tahu kan? Hahaha...bentuk kepala kucing."

Ino, Karin, Tenten membuat sedikit keributan dengan ledakan tawanya. Aku hanya tertawa pelan saja untuk menghormati. Sejujurnya aku ini sangat menyedihkan, aku kehilangan versi lama dari diri ku, dan kini sudah menjadi versi baru sebagai cewek satelit yang membicarakan penderitaan dari kalangan yang kurang populer, seolah aku lupa diri bahwa dulu aku berada dalam kalangan kurang populer dan pernah disakiti oleh cewek satelit −iya, ketika aku menemukan buku tugas ku berakhir di closet toilet. Siapa lagi yang melakukan?.

Ino mengangkat tangan kanannya mengisyaratkan agar satelitnya diam. Dan mereka diam.

"Ada apa Hinata?" tanya Ino yang merasa agak aneh dengan sikap ku.

Aku mengangkat bahu, mengingat apa yang akan aku katakan. "Menurut mu, apa yang harus aku lakukan di acara aniversary pertama ku?"

mereka bertiga terlihat sedang berpikir.

"Tidak terasa hubungan mu dan Gaara sudah berjalan satu tahun." Karin mengomentari.

"Bagaimana dengan pesta?" Tenten menyarankan.

"Pesta? Kedengarannya menarik juga. Tapi apa para cowok mau?" Ino memutar bola matanya.

"Yah...lagipula aku tidak punya cowok."

"Apa Suigetsu akan suka datang ke pesta?" Ino menanyai Karin.

"Yah...dia akan selalu suka dengan hal yang berbau party." Karin menginformasikan tentang pacarnya.

"Oke Hinata, pesta tidak terlalu buruk." Ino memutuskan.

.

.

|Girlfriend|

.

.

Gaara sudah berada di depan loker ku ketika bel pulang menggema, dia tidak pernah bisa memakai dasinya dengan rapih, seragamnya di biarkan keluar, lengannya yang berhias jam tangan hitam dibiarkan tersemat dalam saku celananya.

"Gaara-kun, sudah lama di sini?" Aku membuka pintu loker ku dan memasukan buku-buku dari tas ku yang berat.

"Baru lima menit." dia bersandar pada loker samping.

Aku memandangnya untuk beberapa saat, rambut merah padamnya, iris jade nya, wajah tampan itu. Apa dia benar pacar ku? Kalau saja aku tidak tahu malu, ingin sekali rasanya langsung memeluknya, melingkarkan lenganku diantara lehernya dan memandang dalam iris jade indah itu.

"Kenapa? Ada yang aneh dengan ku?"

aku menggeleng "Tidak ada, hanya saja −" kalimatku terhenti, saat itu juga aku memberikan senyum nakal padanya.

"Hanya saja apa? Dan apa-apaan itu senyum mu?" Gaara mencoba untuk menahan diri.

"Kau tampan sekali. Dan aku suka." aku mengigit bibir bawahku, merasakan kepuasan saat melihat garis

Kemudian Gaara mengedarkan pandangan ke sekitar, memeriksa keadaan.

"Dasar kau."

setelah seruan itu terdengar, yang kurasakan selanjutnya adalah bibir dingin Gaara yang menyentuh bibir ku.

Sekian menit selanjutnya aku sudah terlepas dari serangan 'monster' di hadapanku.

Aku meninju dadanya dengan pelan. "Dasar mesum." aku tak bisa menahan gejolak di perutku.

"Apa kau suka?" bisa-bisanya dia menanyakan hal seperti itu pada ku.

"A-aku..."

"Kita lakukan lagi jika kau suka." Gaara mendekatkan lagi bibirnya.

Aku mendorong dadanya ketika aku menyadari ada seseorang ya mungkin melihat kami.

Gadis berambut pink berada di depan lokernya yang terletak jauh dari tempat aku dan Gaara berada.

"Ada apa?" Gaara kecewa.

"Dasar mesum." aku menyentuh ujung hidungnya dengan telunjukku.

Aku berjalan meningalkan gedung sekolah dengan Gaara di sampingku. Sambil memikirkan apa gadis tadi melihat ku ciuman atau tidak?

.

.

|Girlfriend|

.

.

Tenten menguap tanpa menutupinya dengan telapak tangan, dan jelas hal ini membuat Ino memukulkan kipas lipatnya pada tangan gadis bercepol dua itu.

"Jaga sikap mu." Ino memperingatkan.

Aku mendengus menahan tawa, Ino kadang terlihat seperti nyonya besar dari kalangan atas yang sangat menjunjung tinggi tata cara menjadi wanita anggun terbaik.

"Ngomong-ngomog dimana Karin?" Ino membentangkan kipasnya, lalu mengibas-ngibaskan di depan lehernya.

"Mungkin sedang makan siang dengan Suigetsu." aku tidak ada jawaban lain selain memikirkan Karin yang sedang makan siang dengan pacarnya.

"Gak mungkin."

sebelum ada Karin di meja ini, sampai kapanpun perkumpulan kami akan terasa monoton, Tenten tidak memiliki banyak gosip yang dia ketahui, kalau aku, aku bahkan lebih parah lagi mengingat aku mantan dari kalangan siswa kurang populer yang jelas tidak akan pernah tega menyebarkan berita yang membuat seseorang tersakiti.

"Minna..." Seru Karin yang terburu-buru mendekati meja kami.

"Astaga...bisakah kau jangan berteriak." Ino bangkit sambil berkacak pinggang.

"INI GAWAT! GAWAT!" Karin memberi penekanan.

"Gawat apa?" Ino terlihat tak sabar untuk mengetahui berita baru.

"Ada anak baru." Karin mengatakannya dengan terengah-engah.

Aku menyodorkan minuman kaleng pada Karin dan langsung di minum habis.