Mission 1: New Kid
Aku ingat hari itu. Saat kita berdua tak sengaja hendak mengambil buku dari rak yang sama secara bersamaan. Saat pandangan kita saling bertemu. Bisa ku lihat kedua manik matamu yang berwarna hitam jernih itu.
Dengan menunduk malu aku hanya bisa berkata 'Ah, mianhamnida.. kau bisa mengambil bukunya terlebih dahulu Lee-Shii'
Hening
Beberapa detik saat itu terasa begitu lama, sampai akhirnya kau membalas dengan 'Kenapa kau tau namaku?'
Hatiku bergemuruh. Kata itu terus terngiang-ngiang di benakku. Kata yang selama ini ku pendam, kata yang selama ini ku fikir tak mungkin untuk ku ucapkan…
'Saranghae' ujarku pelan sambil terus menunduk.
Akhirnya kata itu kuucapkan, meski pelan dan penuh kepengecutan. Aku tak berani menatap wajahnya.
Hening lagi…. Kali ini sangat lama….
'Tidak.. mm.. maksudku.. a... aku.. bukannya…' cepat-cepat aku berusaha membuat alasan untuk menghilangkan kecanggungan, namun tiba-tiba tangan itu mebelai pelan kepalaku. Ku beranikan diriku untuk menatap wajah itu, bisa ku lihat namja bersurai abu-abu itu tersenyum kecil.
Hari itu, setelah 4 tahun yang ku gunakan hanya untuk menatapnya dari jauh. Setelah 4 tahun yang ku gunakan hanya untuk mengikutinya. Meski sebelumnya aku sudah berjanji hanya akan menyimpan perasaan ini di dalam hatiku selamanya, namun setelah 4 tahun itu, aku berani juga mengungkapkan perasaanku, karna saat aku berhadapan dengannya perasaan ini semakin meluap-luap. Dan akhirnya terbalaskan…..
Dulu segalanya sangat memabukkan dan terlalu menyenangkan….
Namun sekarang…. 2 tahun setelahnya…
사랑하지마(Don't Love Me)
Mission 1: New Kid
Sesosok namja putih dengan surai hitam legam itu berjalan terburu-buru sambil memakan roti bakarnya. Secepat kilat ia berjalan mengambil tas, buku-buku, serta handphone-nya yang berada di meja yang lampunya masih menyala itu. Tak ia pedulikan selimut dan bantal gulingnya yang berserakan di lantai. Ia melihat arlojinya sebentar.
'Damn! Aku bisa telat' paniknya sambil merutuki nasib saat ketiga jarum jam di arlojinya berhenti tepat di angka 10.
Dengan gesit ia berlari menuju tempat penyimpanan sepatu, mencari alas untuk kakinya, dan memakainya dengan tergesa-gesa. Setelah selesai, dengan kasar ia menutup pintu apartemen yang bernomor 1205 itu dan menguncinya.
Ia menarik nafas dalam-dalam kemudian ia hembuskan perlahan saat ia sadar jika jarum berwarna merah di arlojinya itu tak bergerak dan tetap di angka 10 sama seperti yang ia lihat terakhir kali. Kemudian ia tersenyum menahan geli dengan kelakuannya sendiri. Setelah itu namja itu berjalan menuju lift yang berada di tengah lorong apartemennya.
"Sepertinya aku harus membeli jam baru" monolognya seraya membuang jam itu ke tempat sampah.
Jam di handphone-nya menunjukan angka 09:48saat namja itu berjalan melewati lorong yang di lewati banyak orang yang berbisik-bisik sambil melihat kearahnya. Merasa di perhatikan, namja itu mengeratkan coat hitam nya dan berjalan sedikit menunduk. Entah kenapa ia merasa sedikit minder.
Masih tersisa 2 menit sebelum bel berdering. Dan namja itu mempercepat langkahnya saat ia dapat mendengar dengan jelas berbagai bisikan orang-orang itu terhadapnya.
Dia anak baru?
Lihat! Anak itu terlihat seperti Idol
Dia sebenarnya namja atau yoeja? Kenapa wajahnya manis sekali?
Namja itu berjalan semakin cepat, yang ia inginkan kali ini adalah rasa lega, suara-suara itu semakin surut saat ia membuka pintu sebuah ruang kelas. Namun rasa leganya harus tertahan lagi saat semua mata tertuju kearahnya.
'Oh sweet nibbles!' makinya dalam hati.
Namja itu hanya tersenyum canggung dan sedikit membungkukkan badannya saat ia hendak berjalan menuju ke meja kosong yang berada di ujung kanan ruangan itu. Ya, ia masih mendengar berbagai bisikan yang ditujukan padanya walau isinya hampir sama dengan di koridor tadi.
Ruangan yang ia tempati itu memiliki bentuk seperti tribun, semakin kedepan semakin ruangan itu menurun. 20 Meja di ruangan itu sangat panjang dan terbuat dari bahan yang terlihat sangat baik, meja itu di tata dengan format 2 deret ke samping dan 10 ke belakang. Jangan lupakan kursinya yang ternyata sangat nyaman untuk di duduki. Setiap meja memiliki 5 kursi.
Namja itu baru sadar, ternyata kursi dan meja di ruangan itu tak mungkin bergerak karena bagian bawah semua benda itu dilapisi baja dan di skrup. Ia tak berhenti terkagum-kagum melihat berbagai fasilitas di ruangannya ini, namun satu hal yang terasa janggal.
Kenapa hanya meja ini saja yang kosong? Dan juga kenapa tak ada satupun orang yang menempatinya. Yang ia tau, seseorang yang sudah duduk di bangku kuliah biasanya duduk tak serapat ini, biasanya mereka selalu memberi jarak satu kursi. 'Masa bodoh, mungkin memang beginilah korea' fikirnya. Dan saat itu juga sebuah suara seseorang mengagetkannya.
"Minggir! Kau menduduki kursiku"
Namja yang sedang duduk itu langsung melihat ke arah si-empunya suara. Seorang namja tinggi dengan surai coklat gelap yang disisir secara rapi kearah kiri, dan mengenakan hem hitam pekat yang membuat kulit putih pucatnya terlihat kontras dengan bajunya. Jangan lupa dengan wajah tanpa ekspresi dan mata hitam yang mengarah ke sosok namja yang tengah menatapnya dengan heran.
Saat kedua manik mata mereka bertemu, entah mengapa sosok bersurai coklat itu membulatkan maniknya.
Karna tak ingin membuat masalah di hari pertamanya, namja bersurai hitam itu hendak beranjak dari kursi yang ia duduki itu menuju ke kursi yang berada di tengah-tengah para yoeja meja paling depan. "Mianhamnida…" ujarnya sopan. Dan lagi-lagi mata namja bersurai coklat itu membulat sempurna.
Baru saja ia berjalan sebentar, namun tiba-tiba sebuah tangan sudah menahannya untuk pergi. Karna kaget, namja bersurai hitam itu langsung berbalik dan yang ia lihat hanyalah punggung namja yang menyuruhnya minggir tadi, ternyata namja itu menahannya dengan posisinya yang tak bergeming sedari tadi.
"Kau duduk di sampingku saja" ujarnya dengan nada dingin. Karna bingung akhirnya namja bersurai hitam yang memiliki mata bagai rusa itu hanya mengangguk pelan. Dan ia bisa melihat semua orang sekarang sedang melihatnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"Apa aku pernah bertemu denganmu sebelumnya?" tanya namja itu.
"Hah? Maaf, tapi aku baru hari ini di sini"
Saat dosen yang mengampu sudah masuk dan memulai materi, dengan seantusias mungkin namja bersurai hitam itu memperhatikan dan mencatat bagian-bagian yang penting. Jika diperhatikan lebih lanjut, sebenarnya namja itu sedang berpura-pura menyibukkan dirinya karna merasa aneh di pandangi oleh seseorang di sampingnya dengan tajam seperti silet yang menyayat kulit.
Dan yang di pandangi hanya dapat membatin sambil memejamkan matanya secara perlahan, 'Daebak Xi Luhan! Padahal ini hari pertamamu kuliah namun sepertinya kau sudah merasa tak betah.. hiks… Oemmaaaaaaaaa! Jauhkan namja ini dariku! Huaaaaa!'
"Lu-heeennnn!"
Baru saja Luhan masuk ke dalam kantin kampus, namun sudah ada suara melengking dari seorang namja mungil yang sedang melambai-lambaikan tangannya heboh kearahnya. Luhan kemudian berjalan kearah meja yang ditempati namja mungil bersurai ungu kehitaman itu. dan langsung memukul kepalanya sambil kembali duduk di samping namja itu.
PLAK
"Sudah ku bilang berapa kali, namaku itu Luhan! Bukan Luheeen, Byun Baekhyun. Ya! Ya! Ya! Jangan memelukku begini! Baek! Yaaa!" ujar Luhan sambil menjauhkan tubuh Baekhyun yang sedang melingkarkan tangannya di pinggangnya.
"Waeyoo? Aku merindukanmu Lu. 2 tahun semenjak kau pergi ke China itu sangat lama kau tau? Kau tak tau bagaimana rasanya sahabat baikmu pergi jauh kan" balasnya sambil melepaskan pelukan itu.
Luhan hanya tersenyum ke arah sahabatnya itu. "Dan lagi, ketika seseorang sudah kembali ke korea sejak 2 bulan lalu dan entah mengapa ia tak memberi tau temannya…. Teman baiknya…. Sahabatnya… sahabat yang selalu mendukungnya…." Lanjut Baekhyun sambil melirik kearah Luhan dengan tatapan sengit.
"Mian, Baek. Aku kan sudah bilang aku mengurus kepindahanku. Surat-surat untuk masuk ke universitas, belum lagi aku harus mencari apartemen, 2 bulan itu juga untuk mendapatkan uang. Aku harus mencari pekerjaan. Aku juga tak mau membuatmu khawatir atau menyusahkanmu. Apa kabar dengan adikmu tersayang itu?" jawab Luhan sambil mencoba mengalihkan pembicaraan, Baekhyun yang mendengar kata-kata 'adik tersayang' langsung merinding ngeri.
Seorang namja berkulit tan tiba-tiba berjalan cepat kearah mereka berdua. "Hyuuuungggg~" teriaknya sok imut sambil duduk di kursi berhadapan dengan mereka. "Hyuuung~ kau tau, aku sangat ingin mengatakan ini sejak kemarin-kemarin" ujar namja itu memberi jeda, sedang Baekhyun hanya menatapnya datar dan Luhan masih memperhatikan namja itu. 'Byun Jong In, kau benar-benar tak berubah. Hihihi'
"Tak ada orang lain di dunia ini yang ku percaya dan ku hormati selain dirim—"
"Kai, aku tak mau meminjamimu uang" potong Baekhyun.
"Wae, wae? Kenapa hanya itu yang kau fikirkan Hyung? Hyung.. Hyung… aku … jeballl hyung. Ne ne ne ne ne ne?" lanjut namja itu sudah kehabisan ide.
Baekhyun menatap Kai dengan pandangan sebal. "Kau menghabiskan uang bulananmu lagi untuk membeli sepatu lagi kan? Huh, kapan kau akan dewasa hitam pesek!"
Kai langsung mengalihkan puppy face nya kearah Luhan setelah tau Hyungnya tak mau menolongnya. "Teman Hyung ku yang sangat baik… bisakah kau menyadarkan hyungku yang pelit itu? neeee?"
Luhan menahan tawanya melihat Kai yang sangat tak pantas bertingkah imut. Kemudian ia melihat Baekhyun. "Baek, coba kau fikirkan. Ia makan di café, bertemu seseorang, mereka berpacaran, kemudian menikah, dan Kai, adikmu itu pergi dari rumahmu. Bukan kah itu yang kau inginka—"
"You got the money!" seru Baekhyun sambil memberikan beberapa lembar won dari saku bajunya ke Kai. "Thanks Hyung. Saranghaeee" balas Kai sambil membentuk simbol hati. "Gomawoooo mmnggg…" Luhan yang tau Kai sedang mencari-cari kata untuk memanggilnya langsung berkata. "Kau lupa denganku Kai? Kau lupa dengan orang yang tembak di taman belakang sekolah waktu itu? kau lupa dengan orang yang menolakmu?"
Kai membulatkan matanya, ia berdiri dan langsung memeluk namja bersurai hitam itu. "Luhaaannn hyunnggggg"
"Ah ah, ya ya ya, sudahlah. Aku tak suka di peluk Byun Jong In"
"Luhan Hyung. Kau tau betapa menderitanya aku saat kau tinggal pergi ke China? Padahal kau tau aku sangat mencintaimu. sampai sekarangpun tetap begitu Hyung. Ku cium yaa"
Belum sempat Luhan membalas, sebuah ciuman sudah mendarat di pipi kirinya. "Ya! Byun Jong In! Jangan kabur! Kemari! Ku patahkan lehermu! Yaaa!" teriak Luhan dengan wajah memerah. Dan di balas cengiran oleh Kai yang sudah kabur pergi ke luar kantin.
"Adikmu benar-benar tak berubah Baek. Tetap mesum!"
"Apa ku bilang, aku sangat membencinya. Tapi kau malah membelanya tadi"
Luhan langsung terdiam dan menunduk saat sosok bersurai coklat itu masuk kedalam kantin dan terus memandangnya dengan tatapan mengintimidasi. Bahkan Luhan tak sadar jika namja itu sudah berlalu. Baekhyun yang mengetahui gelagat aneh sahabatnya itu langsung bertanya. "Kau menyukai Oh Sehun?"
"Whats?! Oke, when I say what I mean iyuuh!" balas Luhan sok jijik.
"Terus kenapa kau menundukan wajahmu menahan malu, Lu?"
"Dia tadi mengusirku dari kursinya, dia kira dia siapa. Anehnya dia menahan tanganku dan memintaku duduk disampingnya. Dan ngerinya lagi dari tadi dia memandangku seakan aku ini daging ayam yang siap digilas. Mana bagian aku menyukai namja itu? aku membencinya dan risih di tatap aneh seperti ini" jawab Luhan sambil mempraktekkan cara Sehun menatapnya.
"Ayolah Lu, kau nanti pasti akan menyukainya. Percayalah"
"Kenapa kau berkata begitu?"
Tiba-tiba pintu kantin di buka dengan kasar sampai terdengar bunyi BRUK. Dan saat itu juga seorang namja dengan gaya yang nngggg mentel atau centil berjalan masuk. Dengan lekak lekuk tubuhnya ia mengoda seorang namja yang sedang berjalan kearah yang berlawanan dengannya "Apa kabarmu beiiby" sambil memberikan wink menggoda.
Namja itu berjalan lagi melewati meja yang penuh dengan para namja. "Jangan terus memikirkan Hwang Kwanghee yang cantik ini dong" ujarnya
"In your dream!"
"Akan kutunggu!"
Namja itu berjalan lagi kali ini kearah meja Baekhyun. Namun sebelum sampai ia berkata pada seorang namja. "Hai…. oh yeah. he wants me" dan lanjut berjalan, Luhan yang dari tadi memperhatikan gerak gerik namja itu hanya melongo tertahan. Ada juga namja senarsis orang yang sekarang duduk di depan mereka.
"Hai Baek, dan hai namja imut. Kau anak baru yang sedang di bicarakan itu? perkenalkan aku Hwang Kwanghee. Kau bisa memanggilku Princess Kwanghee atau Kwanghee Imut" katanya sambil memberikan wink. Luhan hanya begidik ngeri dan membalas salam orang itu. "Aku Xi Luhan, senang berkenalan denganmu Kwanghee-shii" yang langsung dibalas tatapan maut dari namja itu. "Anuu maksudku.. Princess Kwanghee. hehe"
"Seperti kabarnya, kau sangat imut. Yah walau aku yang sangat imut disini, kau tetap imut Luhan. Jangan berkecil hati"
"Ya, coba kau mengaca sebulam berka—"
"What you say?!" balas Kwanghee dengan tatapan mautnya.
"I Love your top!" cepat-cepat Luhan membalasnya.
"Don't be jealous Luhan my little deer, kau boleh menggoda siapa saja di universitas ini kecuali seorang namja! Lihat namja berwajah imut di sebelah sana?" Luhan memperhatikan arah telunjuk Kwanghee. "He's Minee!"
"Tenang saja Princess. Aku tak tertarik untuk mencari pacar"
Hening
"Baek, kupingku tidak budek kan?" ujar Kwanghee akhirnya memecah kesunyian.
"Ani, aku rasa tidak" balas Baekhyun. "Ayolah Lu, kau itu imut. Aku tau banyak orang yang menyukaimu. Jangan sia-siakan masa mudamu dengan menyendiri dan membaca buku sepanjang waktu sama seperti saat kau duduk di bangku sekolah dulu"
"Ya, itu benar little deer. Untuk apa kau sia-siakan masa mudamu? Katakan seperti apa seleramu, akan ku bantu untuk mendapatkannya" lanjut Kwanghee percaya diri.
"Benar Hee? Meski seleranya seperti Oh Sehun?" Ejek Baekhyun
"MWO?! Oh Sehun itu dewa! Aku bahkan bersedia berlutut memohon untuknya!" Luhan menatap datar kearah Kwanghee yang mulai teriak-teriak tidak jelas, baekhyun hanya memutar bola matanya malas.
"Walau ya, faktanya suatu hari nanti aku akan menjadi pengantin dari mister Oh itu. Kikiki. Tak taukah kalian disetiap harinya aku selalu membayangkan wajah tampan dan bibir indahnya yang melumat milikku. Ahhh…"
"Kwanghee, aku mengatakan ini karna aku peduli padamu" ujar Baekhyun pelan. "CEPAT BANGUNN!" dan Kwanghee menatap kearah namja mungil itu dengan tatapan tidak suka.
"Maaf, tapi aku benar-benar tak tertarik" ujar Luhan pelan. "Dan juga aku membenci namja itu. Oke"
"Kenapa?" ujar Baekhyun pelan
"Maksudmu? Sudah ku bilang kan alasanku tadi"
"Kenapa kau tak mau pacaran? Apa kau takut akan sesuatu, Lu?"
Luhan terdiam. Ia menundukan wajahnya. Apa mungkin aku bisa cerita dengan Baekhyun? Tapi nanti ia pasti marah.
"Aku… aku.. aku hanya tak mau lagi mendengar seseorang berkata jika aku ini merepotkan, tak pantas untuknya, dan lagi aku tak mau merasakan sakit ketika seseorang meminta untuk melupakan semua yang pernah terjadi dengannya dan mendengar kata maaf karna hubungan itu berlangsung lama. Aku tak mau lagi Baek. Aku…. Masih trauma…" ujar Luhan dengan wajah tertunduk.
Namun fokus mata Baekhyun dan Kwanghee ada pada sosok namja bersurai coklat yang berdiri mematung di sebelah meja mereka dengan mata membulat sempurna. Luhan yang mulai tak nyaman, akhirnya berdiri dan hendak pergi. Namun ia sangat terkejut saat melihat keberadaan Sehun di sebelah mejanya. Tak peduli, dan kemudian ia berjalan menjauh. Yang ia fikirkan sekarang adalah pulang.
Keesokan harinya…. Luhan berfikir keras dengan semua yang terjadi hari ini. Dimulai saat Ia sengaja berangkat lebih pagi agar bisa duduk di mana saja yang terpenting tidak di samping manusia menakutkan yang bernama Oh Sehun itu. Akhirnya ia duduk di deret paling depan bersampingan dengan seorang yoeja yang bernama Park Ji Yeon. Baru beberapa menit mengobrol tapi mereka bisa langsung akrab.
Namun semuanya berubah ketika sosok Oh Sehun memasuki ruangan dan mendapati dirinya sedang berbicara sambil tertawa dengan Ji Yeon. Entahlah, ia tak tau, tiba-tiba tangan namja berwajah datar itu sudah menyeretnya untuk duduk di belakang. 'Oh no, it can't be good'.
"Kau ini kenapa!" omel Luhan kala itu, pasalnya niatnya untuk lepas dari namja itu seketika hilang.
"Kau harus duduk di sampingku. Selamanya" kata Sehun dengan wajah datar. "Dan jangan berniat kabur, kalau kau ingin kakimu ku patahkan" lanjutnya membuat Luhan yang sudah beriri lansung duduk kembali di kursinya sambil meneguk ludahnya. 'dasar namja aneh'
"Jangan mengataiku" kata Sehun sambil terus menatap tajam Luhan. Dan seketika namja bermata rusa itu hanya pasrah.
Dan sekarang ia duduk di bangku taman jurusannya dengan wajah ditekuk-tekuk. Bagaimana tidak, bahkan saat ia membaca buku-pun namja yang duduk disampingnya ini terus menatapnya tajam. Merasa tidak tahan, akhirnya ia mulai bersuara.
"Oke, Oh Sehun. Sebenarnya apa masalahmu denganku?" tanyanya namun wajahnya terus menatap kearah air mancur yang berada beberapa meter dari tempat ia duduk.
"Kau masih saja memiliki kebiasaan saat bicara seperti itu" ujar Sehun pelan. "Kau tidak berubah sama sekali" lanjutnya.
Luhan langsung menatap kearah Sehun dengan pandangan bingung. "Apa maksudmu?"
Sehun membulatkan matanya dan kembali menatap Luhan tajam. "Kau benar-benar tak mengingatku?"
"Mm.. ngg.. Kau pernah mengatakan hal itu sebelumnya, tapi kufikir kau salah mengenaliku dengan orang lain. Ini kali pertama aku mengenalmu" ujar Luhan yang kemudian memalingkan wajahnya ke air mancur. Sehun yang mendengar itu langsung memutar kepala luhan kearahnya dan memegangi pipinya.
"Ap.. apa yang kau lakukan?" Tanya luhan takut takut. Ia masih tak mau menatap manik mata Sehun yang terus menatapnya tajam. "Mungkinkah kau akan ingat setelah aku melakukan ini?"
"ap—"
Tiba-tiba Sehun mendekatkan tubuhnya dan mulai menempelkan bibirnya di bibir luhan. Luhan yang bingung terus terusan meronta dan langsung mendorong tubuh Sehun untuk menjauh. "Tungg.. tunggu! Oh Sehun! Apa… oh sehun sshi, kau kena—" belum sempat Luhan menyelesaikan kalimatnya, lagi-lagi Sehun mengaitkan kedua bibir itu menjadi satu. Kali ini Luhan tak dapat kabur karna Sehun sudah mengunci tengkuknya.
Ia merasakan lumatan demi lumatan yang terus terusan di berikan oleh Sehun. Dan akhirnya dengan hentakan keras ia melepaskan tubuhnya dari Sehun dan membuat jarak.
"Hah.. hah.. berhenti! Tolong berhenti bercanda Oh Sehun sshi!" ujar Luhan dengan muka berwarna merah menahan malu.
Sehun menatapnya datar. "Bercanda? Oh ya, untukmu ini semua hanyalah sebuah lelucan bukan begitu"
"Hah?"
"Keadaan di dekatmu agak berbeda namun kau masih sama seperti dulu" ujar Sehun tak mempedulikan Luhan yang menatapnya tak mengerti.
"Apa yang kau bicarakan Sehun sshi?"
"Kau…. Kau bilang kau mencintaku kan"
"HEEEH?!"
Sehun hanya tersenyum kecut dan mulai berdiri. "Pasti menyenangkan menjadi dirimu. Aku tak percaya kau membuangku dan melupakan semuanya"
"Apa? Membuang?"
"Aku akan kekantin. Jadi pikirkan baik-baik ketika kau bertemu denganku kembali"
Luhan benar-benar tak mengerti dengan perkataan Sehun, namja satu itu pasti sudah gila, pikirnya. "Apa yang sebenarnya kau bicarakan Sehun sshi?"
Sehun melihat Luhan yang sudah sama-sama berdiri. "Orang tuaku bercerai saat aku duduk dibangku SMA, sehingga nama keluargaku juga berganti… nama lamaku adalah… Lee Sehun" ucapnya seraya berjalan meninggalkan Luhan.
Luhan terdiam… seketika berbagai ingatan saat ia masih di sekolah dulu datang. Lee Sehun.. Lee… berkali-kali ia mengerjapkan kedua manik matanya. Kemudian ia kembali ingat dengan kejadian di perpustakaan itu, di hari ia mengutarakan perasaannya.
Ia berlari, dan terus berlari menuju kearah namja itu. Ia langsung menarik baju Sehun. "Tunggu Lee Sehun, maksudku Oh Sehun!"
Lee Sehun=Oh Sehun. Lee Sehun=Oh Sehun. Cinta pertamaku, satu-satunya keberadaan yang sangat ingin kulupakan dari memoriku. Kenapa aku harus bertemu dengannya disini? Dan kenapa dia harus satu jurusan denganku? Aish!
"Tunggu! Jangan berkata seenak jidatmu dan kabur! Bisa-bisanya kau memperkenalkan dirimu didepanku seperti itu tanpa perasaan bersalah sama sekali? Setelah kau melakukan hal yang sangat buruk terhadapku, begaimana dengan permintaan maaf hah!"
"Huh? Hal buruk?" Tanya Sehun dengan wajah mengreyit bingung. Oke kali ini Luhan bisa melihat ekspresi nya daripada wajah datar tak berperasaan yang biasa ia tunjukkan.
"Ya, that's right you moron!"
"Aku melakukan hal buruk terhadapmu?"
"Don't play so innocent Oh Sehun or Lee Sehun or whatever your name is! Sampai kapan kau akan berpura-pura? Gara-gara dirimu ak—"
"Bukannya kau yang melakukan hal jahat?" potong Sehun.
"Manusia sialan say what?!"
"Sekarang siapa orang yang menendangku dari belakang dan menghilang di kemudian harinya?!" oke, mungkin Luhan tak begitu bodoh untuk mngerti jika apa yang di katakana namja di depannya itu hanyalah makna kiasan, tapi sayangnya ia tak peduli.
"Menendangmu dari belakang? Apa yang kau bicarakan? Lagipula orang yang menghilang itu dirimu…"
"Apa-apaan denganmu! Ternyata kau tipe orang yang melupakan sesuatu jika itu sudah tak menarik bagimu. Kau benar-benar yang terburuk!"
"Hah.. kau! Kau! Itu kau!" serunya tak terima. "Mungkin saat itu aku masih tak mengerti dan terlalu polos untuk mengerti, tapi aku benar-benar serius menjalin hubungan denganmu. Tapi kau yang malah pergi, memaikan perasaanku, dan membuangku seenak hatimu!"
"Hah? Kapan aku melakukan hal seperti itu?"
"Kau bilang kau tak menginginkanku dan pergi tak berperasaan!"
"Aku tak tau apa yang kau bicarakan Xio Lu atau Xi Luhan the worst namja" seketika wajah Luhan memerah lagi setelah mendengar nama itu, bisa-bisanya ia mengingat nama samara itu
"Jangan-jangan kau menendangku dari belakang dan kabur hanya karna kau berfikir aku memainkan perasaanmu begitu? Dan kau terus memendam dendam mu itu selama 2 tahun?"
Kedua orang terdiam. Mereka masih saling menatap satu sama lain.
"Apa kau bodoh?" ucap Sehun dengan wajah mengejek. Dasar, si kampret sialan itu benar-benar menjengkelkan batin luhan dengan emosi yang ia tahan.
"Kau yang bodoh!"
"Yang terpenting semua masalah telah terjawab. Dengan begini aku tak masalah jika datang padamu lagi kan?"
"Heh?!"
"Tak peduli berapa kali aku memiliki hubungan dengan orang lain aku tak pernah bisa melupakan dirimu. Karna alasan itu… aku akan membuatmu mengatakan 'Saranghae' sekali lagi. Jadi persiapkan dirimu. Xi Luhan!" setelah berkata begitu, Sehun pergi berjalan meninggalkan Luhan yang masih mematung di tempatnya.
"Jangan bercanda Oh Sehun sialan!" teriak Luhan dengan wajah merah padam karna menahan malu.
Calm down, calm down.. apa maksud semua ini? Apa ada kesalahan di bagianku? Andwe! Maksudku, setelah kejadian itu memberikanku luka yang mendalam bahkan mengubah sifatku untuk menjadi lebih dewasa. Semua itu bukanlah sesuatu yang dapat diselesaikan dengan perkataan tak mengerti dan tak tau. Kenapa aku bisa-bisanya ceroboh tak mengenaliny? Babo! Salahkan gaya rambutnyaa yang sudah berubah dari pelagi norak menjadi coklat, bukankah itu mungkin membuat seseorang tak mengingatnya? Ya pasti begitu! Harus begitu! Seharusnya jika aku sudah mengenalnya aku harus menjauh darinya sejauh yang ku bisa! Dan lagi . . . .
Luhan kembali mengingat kata-kata Sehun tadi.. "Aku tak pernah bisa melupakan dirimu" ulang namja itu dengan wajah yang semakin merah. Ia menunduk lagi. Bisa-bisanya ia seceroboh itu.
Bagaimana jika apa yang dikatan Sehun benar? Bagaimana jika semua ini hanyalah salah paham? Apa ia dulu benar-benar mencintaiku? . . . . apa ia masih . . . mencintaiku? Jika benar begitu.. apa aku bisa jatuh cinta lagi dengannya? Walau aku tau aku orang yang pertama mencintainya
Luhan menegakkan tubuhnya dan menatap lurus sosok yang mulai menjauh itu "Tak akan pernah Oh Sehun! Semua itu tak akan pernah terjadi" katanya pelan dengan wajah benci.
Jika semua itu kesalah pahaman kenapa ia tak meminta maaf. Aku benci dengan diriku sendiri karna terlalu bodoh. Meski begitu aku bukan orang idot yang akan berkata 'tak masalah' dan memaafkannya. ANI! ini bukan cinta! Orang bodoh mana yang akan jatuh cinta lagi dengan manusia laknat itu! Dia bilang ia akan membuatku berkata 'saranghae' lagi? Teruslah bermimpi Oh Sehun!
"Ini sangat cepat. Apa kau datang untuk menyatakan nya?"
Luhan menatap wajah Sehun yang berada beberapa meter dari tempatnya berdiri. "Hah? Apa yang kau bicarakan? Lagipula…"
Luhan masih berdiri di depan pintu yang bertuliskan angka 1205, sambil terus menatap penuh benci kearah Sehun yang berdiri tak jauh darinya. Lebih tepatnya berada di depan pintu bertuliskan angka 1204 itu. "…. Aku tinggal disini" lanjutnya.
Aku ini bodoh atau bagaimana! Dan kenapa wajahku memerah? Aniya niya aniyaaa! Ini bukan cintaa! Sarang aniyaaa! Omo omo omo! Dan kenapa jantungku berdetak dengan cepat seperti ini! Kau harus menghindarinya Xi Luhan! Sarang aniya! Sarang aniya! Sarang aniyaa!
TBC
