Title : Rainy Heart.

Genre : Hurt/Comfort. Romance.

Cast : DBSK Member and other.

Pair : YunJae.

Lenght : Chap 1.

Warning : Boy X Boy Dont Like Dont Read, No Bash, No flame, No War (?).

Chapter 1

Mata besar Jaejoong tengah menatap tanah yang kini di pijaknya, di bawah pohon mapel yang ada di samping gedung universitas tempatnya menuntut ilmu. Di depannya ada seorang pria yang hanya menatapnya dalam diam dengan musangnya yang tajam seolah-olah megintimidasi.

Sudah cukup lama mereka berdiam diri pasca kata terakhir yang diucapkan Jaejoong pada Yunho, nama pria itu. Mungkin saja Yunho tengah memproses setiap bait kata yang diucapkan Jaejoong tadi. Hanya saja rasa-rasanya setiap detik yang berlalu bagaikan sebuah dentingan boom waktu yang menunggu meledak bagi Jaejoong.

Sejujurnya, Jaejoong cukup sangsi untuk mengutarakan apa yang dirasakannya pada Yunho, tapi perasaan yang bertahta semakin dalam dipelosok hatinya itu seakan tak tertahankan lagi. Ini untuk pertama kalinya ia merasa seperti benar-benar ingin memiliki seseorang. Sebelum-sebelumnya, Jaejoong tidak pernah merasakan hal ini, walaupun cukup banyak orang-orang yang dekat dengannya, menyukainya-dan disukainya. Tetap saja ini adalah pengalaman pertamanya.

Perasaan ingin memilikinya memang sangat kuat tertanam dalam hati. Hanya saja, untuk kali ini Jaejoong tidak mengharapkan apapun, ia paham dalam kondisi seperti apa ia sekarang. Ia sangat paham bagaimana dirinya dan Yunho, dan seandainya pria itu juga menyukainya, maka ia harus membuat sebuah keputusan final.

Jaejoong sangat ingat bagaimana ia menjadi cukup akrab dengan Yunho seperti sekarang. Sebelumnya mereka memang saling mengenal satu sama lain Dan Jaejoong sendiri tidak pernah mengelak, jika dari awal ia mengenal Yunho, ia tahu pria itu mampu menariknya ke dalam pusaran pesona yang dimilikinya, hanya saja ia cukup pintar untuk tidak terlalu mengenal Yunho, dulu.

Tapi, sekarang berubah cukup drastis. Pada awalnya Jaejoong ingin menjodohkan Yunho dengan sahabatnya yang baru ditinggalkan kekasihnya, ia sangat prihatin dengan keadaan sang sahabat dan mencoba untuk mencarikan seseorang yang baru yang menurutnya pantas untuk sahabatnya.

Beberapa daftar nama pria yang menurutnya sangat layak menjadi kekasih pun sudah tertata rapi untuk ditanyai satu persatu. Tentu saja, ia tidak ingin setengah-setengah dalam membantu, ia ingin menanyakan apa dari beberapa pria itu sedang mencari kekasih.

Orang pertama yang menjadi sasarannya adalah Yunho, namun naas, saat detik pertama ia berbicara dengan pria itu rasa-rasanya jantungnya berdebar-debar hebat. Jaejoong cukup bisa tidak mengacuhkan hal itu selama beberapa saat. Tapi tidak akan bisa lagi saat Yunho mulai menjuruskan rayuan yang berefek sangat nyata untuk hatinya.

Seketika juga benteng pertahanannya untuk pria itu lenyap, ia seakan tergoda dan mulai menggoda. Dan sejak saat itu lah kedekatannya dengan Yunho mulai tercipta. Ia lupa tujuan awal apa yang menjadi alasannya mendekati pria itu. Sangat lupa karena instrumen yang sedang dimainkan oleh hatinya, hingga akhirnya Jaejoong tidak bisa memendamnya dan berakhir di sini.

"Joongie," panggilan yang cukup membuat telinga Jaejoong merinding itu diucapkan Yunho dengan suara bassnya yang terdengar sangat seksi.

Jaejoong segera mendongak menatap Yunho yang langsung mengajaknya beradu pandang. Perasaan gejolak yang dimilikinya seakan menggebu-gebu.

"Kau yakin bahwa kau menyukai oppa?" Tanya Yunho, sebuah keraguan memang nampak terlihat dari iris mata musangnya.

Jaejoong mengangguk pelan sebelum menjawab, "Aku tahu itu terlalu cepat, tapi seperti yang ku katakan sebelumnya, oppa adalah kriteria pria yang aku sukai."

Lagi, keheningan menyelimuti mereka. Yunho kembali diam setelah jawaban yang cukup lugas diberikan Jaejoong, si pria cantik yang memanggilnya dengan sebutan khas dan yang disukainya. Yunho-lah yang meminta Jaejoong untuk terus memanggilnya oppa, ketika pria itu memanggilnya oppa dengan iseng.

"Lalu kau ingin bagaimana?" Tiba-tiba Yunho bertanya demikian yang membuat Jaejoong sedikit terkejut.

"Aku tidak ingin apa-apa oppa, aku hanya ingin mengutarakan hal itu, meski memang ada harapan untuk bisa lebih, tapi aku paham itu tidak akan mudah."

"Kau sendiri bilang kalau ada seseorang yang sudah menjadi tunanganmu, apa kau lupa?"

Jaejoong kembali menggeleng, ia tersenyum miris ketika mendengar hal itu, salah satu fakta yang membuatnya sadar akan posisinya. "Aku tahu oppa, tapi aku menyukaimu."

"Oppa takut, jika nanti dia membunuh oppa karena itu," ujar Yunho sembari sedikit terkekeh saat mengatakannya.

"Tidak, dia tidak akan membunuhmu atau melakukan apapun padamu karena itu," sahut Jaejoong dengan polos dan sangat yakin.

Yunho kembali diam, mungkin sedikit berpikir.

"Aku tidak memaksa oppa untuk itu atau menjawabnya, hanya saja jika oppa berhubungan dengan yang lain akan sulit bagiku terima. Tapi itu adalah hak oppa, mungkin aku akan menghilang beberapa waktu karena hal ini, hingga nanti kita bertemu lagi aku bisa menyapa oppa tanpa beban rasa yang saat ini menggelayutiku."

Yunho sedikit tersentak mendengar apa yang diucapkan Jaejoong tadi, keningnya mengkerut dengan tatapan mata yang langsung terarah pada manik mata Jaejoong.

"Oppa yang akan menghilang, kau tidak perlu."

Hal pertama yang dirasakan Jaejoong saat mendengar hal itu adalah sakit. Ia bukanlah orang bodoh yang tidak mengerti maksud perkataan Yunho tadi. Ingin rasanya ia menangis tapi tentu saja ia tidak akan bisa melakukan itu di depan Yunho. Ia memang bukanlah seorang pria yang benar-benar kuat untuk menanggung perasaan itu, lagi pula ini juga kali pertamanya ada seseorang yang tidak menginginkannya.

"Jangan, biarkan aku yang menghilang dari hadapan oppa," ujar Jaejoong setelah otaknya bisa berpikir dengan baik. Memang, ia sudah merencanakan untuk menjauh dari Yunho setelah mengatakan bahwa ia menyukai pria itu. Keadaan diantara mereka faktor utama ia memikirkan itu. Bagi Jaejoong mengatakan hal itu cukup membuat hatinya lega sekaligus membuat keegoisannya memuncak, tapi sekali lagi, Jaejoong sadar akan posisinya.

Yunho menghela napas beratnya, pria itu melirik sekilas ke arah Jaejoong sebelum berkata, "Kita bicarakan ini besok, sekarang sudah waktunya kau pulang ke rumah bukan?"

Jaejoong mengangguk, beberapa hari bersama Yunho membuat dirinya sedikit paham kebiasaan pria itu dan begitu juga sebaliknya.

"See you tomorrow, Princess," ujar Yunho lembut, Jaejoong segera menatap lekat pria itu. Meskipun ia adalah seorang pria sama dengan Yunho, namun tak elak perasaan senang saat dipanggil princess membuat hatinya bergemuruh hebat.

Ia tersenyum menanggapi hal itu, "Ya oppa, semoga kau menyukaiku, keke ~ aku hanya bercanda," sahutnya sebelum melangkah menjauh dari Yunho dan tak ingin melihat ekspresi wajah pria itu setelah mendengar sebuah harapannya yang tak pernah terwujud.

Sebenarnya ia enggan untuk melangkahkan kakinya menjauh dari hadapan Yunho. Jika ia melakukan ini, sama saja tak ada hari esok untuknya bertemu dengan sang pujaan hati. Ia sudah bertekad untuk mengutarakan rasanya, ia juga bertekad akan menjauh dari Yunho setelah itu. Bukan apa-apa, alasannya cukup jelas dan singkat, Jaejoong ingin melupakan Yunho, melupakan rasa suka yang teramat pada pria itu, melupakan bagaimana hangatnya pria itu memperlakukanya.

Sikap Yunho padanya tadi cukup jelas, pria itu tidak membalas perkataan sukanya, Yunho hanya pernah mengatakan bahwa Jaejoong adalah kriteria uke yang disukai. Manis, sangat manis malahan, dan juga perhatian. Tapi, rupa-rupanya semua itu bukan jaminan untuk Yunho mengucap suka pada Jaejoong. Dan Jaejoong tahu, alasan utama pria itu apa.

.

.

.

Seperti apa yang dikatakan Jaejoong sebelumnya pada Yunho, pria itu menghilang. Ia tidak pernah melihat keberadaan pria itu setelah obrolan mereka terakhir. Ia tidak menyangka jika Jaejoong benar-benar menyukainya, ia pikir Jaejoong hanya bercanda soal itu. Ia juga tidak terlalu menanggapi soal itu dengan baik tadinya, tapi jika Jaejoong menyukainya, ia merasa harus bertanggung jawab karena itu.

Desahan kesal lagi-lagi diembuskan Yunho, entah ia merasa cukup ganjil dengan keadaan ini. Ia bahkan sudah berteriak di taman kampus yang cukup banyak penghuninya. Rasa-rasanya perasaannya cukup tidak nyaman, ia merindukan seseorang, mungkin. Tapi bisakah ia sebut itu rindu. Entah ia tidak mengerti.

"Kenapa Yunho?" Sebuah pertanyaan ditujukan untuknya sesaat setelah kembali menarik napas dalam. Ia menatap seorang pria imut yang kini menatapnya bingung namun terpatri senyum manis di wajahnya.

"Tidak apa-apa," jawabnya pada pertanyaan tadi.

Pria itu terkekeh pelan menanggapinya, seperti paham dengan apa yang dirasakan Yunho sekarang, "Kangen seseorang?" Tanyanya seraya sedikit menaikkan alisnya ke atas.

"Hmm, ya Junsu."

"Kangen Kitty?"

Kening Yunho terangkat sempurna saat mendengar pertanyaan Junsu barusan. Sebenarnya bukan letak dari pertanyaannya, melainkan ketika ia mendengar nama Kitty disebut. Kitty adalah Jaejoong, itu adalah panggilan yang diberikan teman-temannya, Jaejoong memang terkesan sikapnya sangat mirip dengan seekor kucing. Itu kenapa semua yang mengenalnya lebih suka memanggil dengan sebutan itu.

"Ya," sahutnya singkat, memang benar pada saat ini ia tengah merindukan sosok manis itu. Seharusnya Jaejoong tidak perlu menghilang darinya, seharusnya dirinya lah yang menghilang seperti katanya, tapi ia sendiri tidak mampu melakukan itu, ia tidak bisa.

"Kitty hyung, sedang menenangkan dirinya, Yun hyung, nanti juga kembali," ujar Junsu menatap lamat-lamat ekspresi yang dipasang wajah Yunho.

"Dia tidak perlu menghindar," sahut Yunho.

"Bukan menghindar, hanya sedang dalam masa melupakanmu."

Yunho segera mendongak, menatap kehadiran pria bersuara husky yang tersenyum remeh padanya.

"Oh ya? Tapi aku tidak mau dilupakan," ucap Yunho sedikit memamerkan seringainnya pada pria itu.

"Junsu, bisakah kau tinggalkan kami berdua?"

Junsu segera mengangguk pada permintaan yang diucapkan pria itu. "Baiklah Yoochun," ujarnya sebelum meninggalkan kedua pria itu di taman.

"Apa kau serius dengan Jaejoong?" Segera setelah kepergian Junsu, Yoochun melancarkan aksi serangannya pada Yunho.

"Serius? Maksudmu?" Kening Yunho terangkat sebelah, jujur saja ia tidak mengerti kemana arah pembicaraan Yoochun kali ini.

"Serius dengannya, tidak mempermainkannya, kau tahu sendiri bagaimana perasaannya padamu, Joongie itu sensitif," ucap Yoochun yang merujuk pada sikap Jaejoong pada akhir kalimatnya. Jaejoong memang teramat sensitif, semua orang yang mengenalnya tahu dengan sangat baik. Dan Yoochun hanya mengingatkan itu pada Yunho, pada pria yang disukai sahabatnya itu. Jika Yunho paham akan hal itu tentu ia akan paham bagaimana Jaejoong.

"Aku tidak pernah mengatakan aku mempermainkannya, dan ya, aku tahu dia sangat sensitif," Yunho menatap lekat Yoochun, kemudian menambahkan sesuatu yang sedari tadi dipertanyakan otaknya, "Kau siapanya Jaejoong?"

Yoochun terkekeh pelan ia menatap musang Yunho sedikit berbeda. "Aku hyungnya."

"Bagus, katakan pada Jaejoong aku menunggunya di sini!"

Yoochun tergelak mendengar perkataan Yunho yang sedikit bernada perintah itu untuknya. Jujur saja pria ini kurang percaya dengan Yunho, setidaknya Yoochun mempunyai alasan kuat untuk itu.

"Joongie sedang dalam pengawasanku, sebelum aku menyuruhnya ke sini, aku ingin bertanya padamu."

"Apa?"

"Apa kau menyukainya? Jika kau jawab pertanyaanku, aku akan menyuruhnya untuk ke sini."

"Aku baru saja dekat dengannya, suka atau tidak suka adalah urusanku dengan Jaejoong, oh ayolah apa aku harus mengatakan itu padamu Yoochun?"

Yoochun sedikit berpikir, yang dikatakan Yunho memang benar, hanya saja Yoochun tidak rela jika melihat Jaejoong tersakiti atau lebih tepatnya ia khawatir pada keadaan Jaejoong lebih dari sekarang ini. Jujur saja, ia tidak percaya dengan Yunho. Ia pria dan berstatus seorang seme, ia paham bagaimana sikap seorang seme, tapi memberi kepercayaan sedikit pada Yunho mungkin bukanlah hal yang buruk.

"Baiklah, aku akan menyuruhnya ke sini," ucap Yoochun pada akhirnya.

"Thank bro," ucap Yunho, ia tersenyum tipis pada Yoochun yang hanya mengangguk dan mulai mengambil ponselnya di balik saku celana jeansnya.

"Dia akan ke sini sebentar lagi," ujar Yoochun setelah menuliskan sederetan kata singkat pada pesan teks yang dikirimkannya pada Jaejoong.

.

.

.

TBC ?

Entahlah, ini jadinya kayak gimana aku ga tau ~ . Hanya menuliskan kisahku di RP (Role Players ) akhir" ini,

Heeey ~ anak RP khususnya member DBSK, You Know Me, rite ? Tentu kalian kenal, sudah jelas disebut siapa aku -3- -sebelum ditanyain aku ngaku duluan ini-

Okey ini mungkin sangat pendek tapi cukup membuatku nyesek (?) saat nulisnya,

Thank buat U-Know Jung Yunho yang udah bersedia liatin isi PM nya sama itu Yun sehingga aku bisa kasih scene percakapan kalian. Thank...

Maaf buat anak Dorm -kalau ada yang baca- admin sekaligus owner kalian sudah bikin dorm galau kemarin" :3

Thank buat Fams RP yang luar biasa, Buat Chwang ~ Kekeke, tuan putri menulis ff gaje ini ~ Maaf pengawalku, aku tidak kuat dengan rasa itu (?)

Dan Maaf buat yang di sana, meski udah dikasarin rasanya tetep sama seperti kemarin. Maaf, maaf. -plaak-

Maaf buat my beloved couple in RP, dia mirip kamu ~ thats why aku suka dia -plaak- but i'm still love you my Yunyunniendut ~ xD

Kalau ga ngerti tanyain aja ne ~

FFyang unfaithful juga berasal dari RP -bagi yang ada baca ff itu- sebenarnya kejadian bersangkutan, karena belum ada endingnya di RP sana aku ga tau mau bikin sekuel apa, kalau mengarang (?) lagi ga punya ide -3-

Dan tentu Thank buat yang mau baca dan mau kasih reviewnya sebagai rasa menghargai ini ~ -bow-

.

.

.