Disguise on the still water

jasmineforme

Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto.

/AU/Post 4th Shinobi World War/

"Sakura-chan, kurasa Sasuke bukanlah Uchiha yang terakhir."

Kalimat Naruto mendorong Sakura melakukan penyelidikan di balik misi utama untuk menemukannya. Seseorang yang dikatakan telah tewas sepuluh tahun silam. Seseorang yang tak pernah jatuh ke dalam 'Kutukan Kebencian'

"Sakura-chan, apakah seseorang pasti mati bila terjun ke sungai?

*

Warning : alur lambat di chapter awal.

Dua tahun setelah Perang Dunia Shinobi Keempat berakhir, kehidupan para shinobi berjalan lebih baik. Meskipun bekas luka itu masih ada –penderitaan secara fisik maupun kehilangan orang tercinta itu perlahan digantikan dengan kedamaian, berkat terbentuknya aliansi lima negara shinobi. Dapat dipastikan, selama beberapa tahun ke depan, setidaknya, para shinobi maupun warga biasa dapat hidup dengan tenang dan aman.

Setidaknya, itu yang Sakura pikirkan saat ini hingga terdengar keributan di depan ruangan kerjanya.

"SAKURA-CHAAAN!"

Ah, itu pasti Naruto. Sepertinya, ia baru tiba di desa setelah menyelesaikan misi yang diberikan Kakashi. Sahabat baiknya itu memang berisik dan tidak bisa diam, tak peduli baru seminggu yang lalu mereka menyelamatkan Hanabi dan Hinata Hyuuga dari tangan Toneri Otsutsuki.

Tunggu, kalau Naruto baru pulang dari misi dan langsung membuat kekacauan di depan ruangannya hanya ada satu hal yang terjadi. Sakura berusaha mengenyahkan pikiran buruk tersebut. Ia segera meletakkan pulpen dan bergegas menuju pintu.

"Naruto! Segera masu—Astaga! Apa yang terjadi dengan lenganmu?"

Baru saja Sakura akan membuka pintu, Naruto telah mendahuluinya dan masuk dengan lengan palsunya yang separuh-hancur. Perban yang biasa menutupinya terkoyak, meski lengan palsu itu tidak mengeluarkan darah seperti lengan manusia pada umumnya.

Namun, Sakura tetap tidak bisa santai melihat Naruto datang dengan kondisi begitu. Tanpa menunggu jawaban Naruto, Sakura segera menyuruhnya masuk dan berbaring di tempat tidur.

"Ehehee… Jadi Sakura-chan…" Dengan raut agak merasa bersalah, Naruto mencoba mencairkan suasana.

"Diam. Kau menganggu konsentrasiku," jawab Sakura ketus. Ia mengalirkan chakra hijau ke lengan Naruto, memeriksa keparahan yang terjadi.

"Maaf merepotkanmu, Sakura-chan. Ehehe. Habisnya, aku tidak tahu akan meminta tolong pada siapa. Kau tahu kan, aku tidak suka ke rumah sakit sebenarnya, meskipun perawat atau dokter lainnya akan ramah padaku. Tapi kalau aku periksa ke mereka, pasti—"

"—Tsunade-sama akan tahu, dan kau akan habis dibantainya," potong Sakura.

"Benar sekali! Makanya, kurasa menemuimu adalah pilihan yang terbaik." Ia tersenyum lebar.

"Kau tahu, ini sudah kali ketiganya lengan palsumu hancur. Sebenarnya apa yang kau lakukan sih? Misi yang diberikan Kakashi-sensei apa sesulit itu?" tanya Sakura kesal.

Ia pun menghela napas, Untung saja tidak ada luka yang besar atau membahayakan di lengan Naruto. Sepertinya, Naruto terlalu memaksakan dirinya, sehingga lengan kanan palsunya tidak kuat menahan beban sebelum akhirnya hancur.

"Ano sa, sebenarnya tidak sulit kok. Daimyo Hi no Kuni memintaku untuk mengawalnya ke pertemuan Daimyo Lima Negara. Timku hanya menemui sekolompok bandit saat berangkat. Itupun bisa ditangani Konohamaru. Tetapi entah kenapa, saat perjalanan pulang tiba-tiba lenganku menjadi seperti ini." Cerita Naruto panjang lebar. Sakura mengernyitkan dahi, seakan tahu Naruto masih menyembunyikan sesuatu.

"Eeh-eh… Yaah, setelah mengantar Daimyo aku dan Konohamaru mampir untuk latihan sebentar. Jadi kurasa, itu penyebabnya eheheh…" Naruto terkekeh lagi, sambil meringis agak takut.

"Dasar bodoh! Kau ini, masih saja suka memaksakan diri. Seharusnya setelah misi penyelamataan Hanabi, kau memeriksakan tanganmu dulu ke Tsunade-sama." Sakura menghela napas. Meski kesal, memukul Naruto bukanlah sebuah solusi. Ia dan Naruto bukan anak kecil lagi yang menggunakan fisik untuk meributkan hal-hal sepele.

"Mungkin selanjutnya aku akan menuruti saranmu, Sakura-chan. Ngomong-ngomong, kau masih menyimpan lengan cadangan untukku kan?" tanya Naruto penuh harap.

"Ya, masih ada cadangannya. Naruto, dengar ya! Ini yang terakhir, aku tidak punya lagi cadangan untukmu," ujar Sakura sembari membuka lemari kerjanya, lalu mengeluarkan sebuah gulungan.

"Oke! Aku janji tidak akan merusaknya lagi!" Seru Naruto seraya mengacungkan jempol kirinya pada Sakura. Sahabatnya itu terdiam sejenak, lalu berkata, "Aku jadi terpikir sesuatu, Naruto. Karena ini sudah ketiga kalinya, mungkin aku perlu mengembangkan lengan palsu ini." Sakura membentuk segel, lalu meletakkan tangannya di atas gulungan. Dengan fuuinjutsu, ia mengeluarkan cadangan terakhir.

"Kau tahu kan, model ini adalah hasil dari penelitian yang pertama. Aku perlu mengajukan proposal untuk penelitian pengembangan selanjutnya. Kalau disetujui, kau tahu, bila Sasuke-kun pulang suatu hari nanti, aku harap dia bisa menggunakannya juga."

"Aah curang!" Naruto pura-pura merajuk, "Sasuke-teme, perlu berterima kasih padaku, tidak perlu kesusahan atau saat tangannya putus tiba-tiba."

"Naruto, kau ini… Ayo ke meja periksa sekarang. Aku perlu melepaskan lengan yang lama terlebih dahulu." Sakura tidak ingin berdebat lagi Naruto. Padahal dalam hatinya, ia tahu Sasuke pasti lebih kesulitan dari Naruto yang setidaknya sudah dibantu dengan lengan palsu. Ngomong-ngomong, Sasuke-kun ada di mana sekarang ya?

Satu jam kemudian, Sakura telah memasangkan lengan kanan palsu yang baru pada Naruto. Ia pun meregangkan tangannya ke atas, berharap mampu mengusir rasa pegalnya. Padahal hari baru menginjak siang, namun ia sudah merasa agak lelah. Ia berpikir dengan jalan-jalan ke luar sembari mencari makan siang akan memulihkan stamina dan kebugaran tubuhnya.

Pada saat yang bersamaan, Naruto juga selesai merapikan perban yang baru untuk tangannya. Ketika perutnya berbunyi dengan keras, ia menyadari bahwa ia kelaparan dan belum makan sejak misi berakhir. "Sakura-chan, ini sudah jam makan siangmu kan?" tanya Naruto.

Sakura mengangguk. "Mau makan siang bersama?" Sakura bertanya kembali.

Tiba-tiba raut wajah Naruto berubah cerah, "Wah, Sakura-chan mengajakku makan siang! Oke, kali ini aku yang traktir!"

"Dasar Naruto, tidak pernah berubah," gumam Sakura.

Mereka pun segera meninggalkan rumah sakit.

note 1 ini cerita pertamaku di sini, setelah bertahun-tahun menjadi silent readers.

note 2

aku tahu sudah jarang author atau pembaca yg aktif di sini, but lemme gibe a try ok?

note 3

please review! aku akan coba untuk update cepat:)