Pagi yang damai di Namimori, tapi tidak untuk yang satu ini.

"Kamikorosu!"

"Hiiieee! Hibari-kun, bisa kau hentikan itu?!"

"Heee.. kau mengajakku bertarung, heh?"

"Hiiieee! Hentikan itu Kyoya!"

"DIAM KAU HERBIVORE!"

Tsuna sweatdrop mendengarnya. Hibari bersaudara itu ingin bertarung, mereka sudah menyiapkan tonfa masing-masing. Tsuna menghela napas panjang, selalu begini, pikirnya. Beruntung hari ini adalah hari libur, kalau tidak, Tsuna bisa terlambat untuk sekolah.

"Kalian.."

Tiba-tiba aura gelap nan hitam berkelebat di sekitar mereka, bahkan aura yang lebih hebat daripada killing aura milik Hibari bersaudara itu. Saat mereka menoleh ke samping, terlihat Tsuna-pengurus mereka-sedang mengeluarkan aura hitam yang pekat.

"Khukhukhu.. jika kalian melanjutkan ini, sarung tanganku siap menjadikan kalian daging asap yang lezat untuk sarapan," ujar Tsuna sambil tersenyum yandere, di tangannya sudah ada sarung tangan yang memancarkan api, atau yang biasa disebut 'X Gloves'.

Hibari bersaudara itu sweatdrop mendengarnya. Menyeramkan juga kalau pengurus-Tsuna-sedang marah, pikir mereka. Karena tidak ingin terkena amukan Tsuna, akhirnya Hibari bersaudara itu menghentikan pertarungan mereka.

"Nah.. begitu dong. Kalau kalian akur, kan, lebih baik," ujar Tsuna yang sudah kembali normal sambil tersenyum.

Kedua bersaudara itu hanya mendecih kesal sambil memalingkan muka. Tsuna hanya terkikik melihat tingkah laku mereka. Keras kepala, pikir Tsuna.

Hibari bersaudara, yang pertama bernama Hibari Kyoya, dan yang kedua, errr.. Hibari Kyoya juga. Yang pertama biasa dipanggil Kyoya, yang kedua biasa dipanggil Hibari. Keduanya kakak beradik yang mirip, tapi rambut Kyoya agak lebih jabrik dibandingkan dengan Hibari yang lebih halus(Kyoya itu ibarat TYL!Hibari, kalau Hibari-nya sendiri ibarat Hibari yang masih remaja).

Keduanya yatim piatu sejak kecil, orang tua mereka meninggal ketika sedang menjalankan misi dari Vongola, keluarga mafia yang terbesar dan terkuat di dunia. Orang tua Hibari bersaudara adalah ketua CEDEF di Vongola sejak lama. Karena kematian orang tua mereka, Hibari bersaudara itu jadi sangat membenci keluarga Vongola, mafia yang mereka anggap telah membunuh orang tua mereka.

Pada akhirnya, Hibari bersaudara itu dirawat oleh paman mereka yang bernama Fon. Tapi karena Fon sangat sibuk dengan urusannya, akhirnya Fon menyerahkan kepengurusan mereka kepada Tsuna. Walaupun sebenarnya Hibari bersaudara itu tidak tahu, bahwa Tsuna adalah bos Vongola kesepuluh. Fon meminta Tsuna untuk merahasiakan identitas aslinya sebagai bos mafia, dan berusaha untuk tidak melibatkan mereka dalam dunia mafia.

Sawada Tsunayoshi, pengurus Hibari bersaudara, adalah bos Vongola yang kesepuluh. Ia adalah seorang remaja berusia 18 tahun yang juga pekerja di suatu perusahaan yang di asuh oleh Vongola juga. Itu hanya pekerjaan sampingan untuk menghidupi kebutuhannya, Tsuna tidak ingin menggunakan uang Vongola untuk kehidupannya sendiri. Tsuna lebih menyukai jika uang itu disumbangkan untuk membantu keluarga yang kurang mampu ekonominya di sekitar Sicilia, tempat berdirinya Vongola Headquarter.

Terkadang, Tsuna harus meminta bantuan Kyoko dan Haru-temannya-untuk menjaga Hibari bersaudara dikarenakan ada masalah dengan Vongola yang tempatnya berada di Italia. Meskipun Kyoko dan Haru bukanlah keluarga Vongola, tapi mereka tetap terlibat dalam dunia mafia karena mereka berdua adalah teman Tsuna.

Oke, kembali ke cerita. Saat ini, Tsuna bersama dengan dua kurca-ehem-maksudku Hibari bersaudara sedang sarapan di ruang makan. Jangan mengira jika Tsuna membeli makanan diluar, meskipun Tsuna adalah bos yang selalu dilayani dengan koki luar biasa handal di mansion, tapi ia tidak buta dengan masalah dapur. Bahkan bisa dibilang melampaui koki-koki di mansion Vongola.

"Bagaimana, Hibari-kun, Kyoya?"

"Terima kasih makanannya, Tsunayoshi-san."

Tsuna tersenyum dan mengalihkan pandangan ke Hibari yang sedang menaruh pisau dan garpunya.

"Hibari-kun?"

Hibari melirik ke arah Tsuna.

"Hn. Enak."

Tsuna hanya sweatdrop mendengarnya, selama ini Hibari tidak pernah tersenyum ke arahnya. Walaupun tersenyum, itu adalah seringaian menyeramkan yang ingin meng-kamikorosu-nya.

Tsuna membereskan peralatan makan bekas sarapan dan mencucinya di wastafel. Setelah itu berjalan ke arah mereka berdua yang sedang memakan buah.

"Setelah ini, kalian ingin pergi kemana?" tanya Tsuna.

"Aku ingin ke taman hiburan," jawab Hibari.

"Aku sama dengan Hibari," ujar Kyoya.

Tsuna tersenyum.

"Baiklah, kita akan ke taman hiburan sekarang juga."

~(01)~

Taman Hiburan

"Waahh.. taman hiburannya ramai sekali."

"Bodoh, ini adalah hari libur, herbivore. Pantas saja ramai."

"Hibari! Berkatalah yang sopan kepada Tsunayoshi-san!"

Hibari berdecih kesal sambil memalingkan muka.

"Gomenasai, Tsunayoshi-san," ujar Kyoya membungkuk. "Hibari memang seperti itu."

Tsuna hanya sweatdrop mendengarnya.

"S-sudahlah, tidak apa-apa. Anggap saja aku keluarga kalian."

Aku lupa! Saat ini, Kyoya sedang menduduki bangku kelas enam SD, sedangkan Hibari sedang menduduki bangku kelas tiga SD. Jadi maklum saja jika Kyoya bersikap lebih dewasa daripada Hibari.

"Keluarga?! Apa kau bodoh?! Kau hanya pengurus yang diutus paman untuk menjaga kami! Jika Vongola brengsek itu tidak memberikan tugas pada ayah, tidak akan begini jadinya!"

PLAK!

Tsuna terbelalak melihatnya. Kyoya menampar pipi Hibari dengan sangat keras. Hibari memegangi pipinya yang memerah akibat tamparan Kyoya. Asal tahu saja, tamparan Kyoya itu menyakitkan sekali, bahkan lebih sakit daripada sengatan lebah. Tsuna agak menunduk sedikit, kata-kata Hibari agak menusuk hatinya, apalagi ia berbicara tentang Vongola yang semakin membuat hatinya terluka.

"Jaga bicaramu, Hibari! Jika tidak ada Tsunayoshi-san, mungkin saja kita sudah terlantar seperti anak-anak di jalan! Berpikirlah dewasa, Hibari."

"S-sudah, sudah, sudah. Kita kesini tujuannya untuk bermain, kan? Jangan bertengkar seperti itu, malu dilihat orang-orang," lerai Tsuna sambil tersenyum tipis.

Tapi Kyoya tahu, bahwa senyuman itu pasti dipaksakan. Kyoya bisa melihat dari perbedaan raut wajahnya yang agak gemetar sedikit. Hibari hanya mendecih kesal, kesal dengan kakaknya yang lebih membela orang asing yang tidak dikenalnya daripada membela adiknya sendiri.

Akhirnya Tsuna memplester pipi Hibari dengan plester putih yang dibawanya dari tadi, untuk berjaga-jaga. Tsuna menempelkan plester itu dengan perlahan-lahan agar Hibari tidak kesakitan.

"Aku tidak akan berterima kasih padamu, herbivore asing," ujar Hibari sambil memalingkan muka.

Tsuna hanya tersenyum. "Dan aku akan membuatmu berterima kasih kepadaku, Hibari-kun. Lihat saja nanti."

Hibari hanya memasang wajah cemberut yang Tsuna ingin sekali mencubit pipinya yang lucu.

"Baiklah, ayo kita bermain."

~(01)~

Setelah lelah bermain, Tsuna duduk di bangku kayu panjang bersama Hibari bersaudara.

"Herbivore, aku haus."

"Tsunayoshi-san, aku juga haus."

Tsuna melirik ke Hibari bersaudara.

"Kalian haus? Hmm.. aku juga haus. Tunggu sebentar, ya, aku beli minuman dulu," ujar Tsuna sambil beranjak dari bangku kayu itu.

Saat Tsuna meninggalkan kakak beradik itu, tiba-tiba intuisi Tsuna bergerak. Seperti akan ada kejadian buruk yang akan menimpa kakak beradik itu. Tsuna yang sudah dilatih untuk mempercayai intuisi-nya, agak ragu-ragu meninggalkan mereka berdua. Tapi setelah Tsuna mengingat bahwa Kyoya itu kuat, ia akhirnya mengabaikan intuisi-nya.

'Kyoya bisa menjaga dirinya dan adiknya,' batin Tsuna. 'Semoga tidak terjadi apa-apa dengan kalian, Hibari-kun, Kyoya.'

Oh, Tsuna, apa kau tidak mengetahui? Jika kejadian itu akan menimbulkan perpecahan diantara kalian dan menimbulkan masalah pada Vongola?

~(01)~

"Nee, Hibari, Tsunayoshi-san lama sekali."

"Susul saja herbivore itu."

Kyoya hanya menghela napas panjang, adik kembarannya ini tidak mau berubah. Bahkan semenjak kematian ayah mereka, Hibari tidak ingin tersenyum. Untuk Kyoya sendiri saja, Hibari tidak mau, apalagi untuk orang lain. Dan sikapnya tidak pernah berubah, menyebalkan, dingin, dan jutek.

"Baiklah, akan kususul Tsunayoshi-san. Kau tunggu disini, jangan pergi kemana-mana tanpa seizinku."

"Hn."

Tapi saat beberapa langkah Kyoya meninggalkan Hibari..

"KYAAA!"

Suara teriakan adiknya sangat jelas terdengar. Kyoya menoleh ke belakang, dilihatnya beberapa orang menggunakan jas hitam dan kacamat hitam menyekap adiknya yang sudah terkapar. Entah sejak kapan Hibari sudah terkapar seperti itu, tapi Kyoya geramnya bukan main.

"K-kalian.. berani sekali kalian melukai adikku!"

Lelaki berkacamata yang sepertinya pemimpin kelompok itu terkekeh mendengarnya.

"Ho? Dia adikmu? Kukira dia Hibari Kyoya."

"Bodoh, kami berdua adalah 'Hibari Kyoya'! Sekarang, karena kalian berani melukai adikku, tak akan kuampuni kalian!"

Entah sejak kapan Kyoya sudah menyiapkan tonfa-nya dan bersiap-siap menghajar para pengecut itu.

BRAK!

DUAGH!

CLANK!

BUAGH!

"Apa maumu?" tanya Kyoya dingin.

Serangan tonfa-nya ditahan oleh pemimpin kelompok itu, sementara anak buahnya sudah terkapar dengan mengeluarkan banyak darah dari seluruh tubuh mereka. Pemimpin kelompok itu hanya menyeringai. Menyeramkan, pikir Kyoya.

"Aku hanya menginginkan Vongola Decimo."

"Vongola Decimo? Aku tidak mengenal Vongola Decimo dan aku tidak berurusan dengan keluarga mafia brengsek itu!"

DUAGH!

Kyoya menghajar tengkuk pemimpin orang itu hingga mengeluarkan darah.

"Apa kau tidak mengenal Vongola Decimo?"

"Tidak."

"Hahaha! Bodoh sekali, anak dari ketua CEDEF kenapa tidak bisa mengetahuinya!"

Kyoya semakin geram, dia tidak ingin ayahnya disebut-sebut. Apalagi menyangkut tentang CEDEF.

"Vongola Decimo adalah orang yang sedang bersama kalian dalam satu tahun ini. Setelah paman kalian meninggalkan kalian karena urusannya."

"Bersama kami?"

"Tentu saja."

Orang itu kembali menyeringai.

"J-j-jangan-jangan.. y-yang kau maksud.."

Kyoya bergemetar, hatinya diselimuti ketakutan luar biasa. Sementara orang itu hanya tertawa lepas. Kyoya geram, selama ini dia ditipu.

"Tidak akan kumaafkan!"

DUGH!

BUAGH!

Kyoya menghajar pemimpin itu hingga pingsan. Setelah puas menghajar orang-orang sampah itu, ia melepaskan ikatan yang melilit pergelangan tangan dan kaki adiknya. Hibari belum sadar, mungkin ini efek obat bius, pikir Kyoya. Saat ia ingin menggendong Hibari, sebuah suara memanggilnya dari belakang.

"Hibari-kun! Kyoya!"

Kyoya menoleh ke belakang. Tsuna memanggilnya dengan berlari sambil membawa tiga kotak minuman.

"Kau.."

"Ada apa dengan Hibari-kun, Kyoya?"

Tsuna melihat Hibari terkapar di bangku panjang yang mereka duduki tadi. Kyoya hanya diam mendengar pertanyaan dari Tsuna. Hatinya masih belum bisa menerima kenyataan bahwa yang bersamanya selama satu tahun ini adalah Vongola Decimo, bos Vongola kesepuluh.

"Kyoya?"

Kyoya memandang Tsuna dengan tajam, seolah tatapan itu memperingatkan Tsuna untuk tutup mulut. Tsuna menghela napas panjang.

"Baiklah, ayo kita pulang."

Saat Tsuna ingin menggendong Hibari yang terkapar..

CLANK!

Sebuah tonfa diarahkan ke tangannya, tonfa dari Kyoya. Tatapan matanya tajam, dan ada sedikit kekecewaan di matanya.

"Jangan sentuh aku maupun adikku, pembohong."

Suaranya begitu dingin dan sarkastik. Ada apa ini, pikir Tsuna. Akhirnya Tsuna membiarkan Kyoya menggendong Hibari.

"Pulang, aku tidak ingin berlama-lama disini. Memuakkan."

"B-baiklah, Kyoya. Kita pulang."

~(01)~

Saat diperjalanan, Kyoya sama sekali tidak berbicara kepada Tsuna. Hal ini membuat Tsuna bertanya-tanya. Bahkan, Kyoya tidak memperbolehkannya menggendong Hibari, adiknya. Sesampainya di rumah pun, Kyoya tetap tidak mau berbicara pada Tsuna. Ia akan menjawab sekedarnya apabila Tsuna bertanya sesuatu.

Beberapa hari setelah itu pun, Kyoya benar-benar tidak berbicara pada Tsuna. Hibari, adiknya, sampai-sampai agak heran dengan sikap kakaknya yang berubah drastis. Bahkan jika Hibari ingin berbicara dengan Kyoya, ia harus mati-matian memohon pada Kyoya agar mau merespon perkataannya. Tsuna merasa ada kejadian janggal dibalik semua ini.

'Saat aku meninggalkan mereka untuk membeli minuman.. apa ada sesuatu dibalik itu? Apa karena kejadian itu Kyoya menjadi seperti ini?' batin Tsuna yang agak frustasi dengan masalah ini.

Masalahnya, selama tidak berbicara dengan Kyoya beberapa hari, Kyoya tidak mau makan juga tidak mau minum. Ia bahkan jarang sarapan pagi bareng Tsuna dan Hibari, selalu berangkat lebih awal dengan perut kosong.

"Aku harus bertanya kepada Kyoya," ujar Tsuna sambil bangkit dari kursi belajarnya. Ingin pergi menuju kamar Kyoya.

Kamar Hibari dengan kamar Kyoya memang terpisah. Kamar Hibari berada di lantai tiga, kamar Kyoya ada di lantai dua, sementara kamar Tsuna berada di lantai satu. Rumah kediaman keluarga Hibari yang sangat besar ini mengharuskan Tsuna untuk menaiki puluhan anak tangga untuk mencapai kamar Kyoya.

Saat Tsuna ingin membuka pintu kamar, tiba-tiba Kyoya datang dengan pandangan yang sangat tajam ke arah Tsuna.

"Kau tidak perlu bertanya. Harusnya aku yang bertanya."

Nada dingin dari mulut Kyoya membuat Tsuna agak tegang.

"A-apa yang ingin kau tanyakan, K-Kyoya?"

Kyoya memandang tajam manik cokelat karamel itu.

"Katakan, siapa dirimu yang sesungguhnya?"

Tenggorokan Tsuna tercekat, ia semakin tegang.

"Siapa itu Vongola Decimo? Bos Vongola kesepuluh?

To be Continued