MIANHAE, SARANGHAE

Rate: T

Main Cast: Catch if you can

Genre: Romance, Drama, Family, BL,

Disclaimer: Choi bersaudara (Choi Siwon dan Choi Minho) sah milik author

(ditimpuk sandal se-RT Siwonest n Minholic)

Summary:

Ketika tangan kecil itu menyambut kehadiranmu, ketika itu pula hatiku akan terbuka kembali untukmu.

Backsound: Super Junior – Only U

Dedicated for Kim Kibum's Birthday

Hari ini hari yang cerah untuk sekedar pergi ke gereja. Matahari bersinar tak terlalu menyengat, burung-burung berkicauan, awan putih terlihat berbaris dengan rapi di langit biru. Seorang namja cantik berkulit putih menggandeng tangan seorang namja cilik tampan berusia dua tahun. Tampak sekali langkah kaki sang namja cilik berusaha menyamai langkah kaki namja dewasa yang menggandengnya.

"Umma, Umma, Umma… Cetelah kita dali geleja tak bicakah kita pelgi ke taman belmain, Umma? Minho mau jalan-jalan cama Umma." Bocah kecil yang teridentifikasi bernama Minho itu berhenti melangkah dan menarik-narik tangan namja dewasa cantik yang menggandengnya. Pipinya yang bulat digembungkannya, membuatnya terlihat sangat menggemaskan. Tapi kenapa dia memanggil namja dewasa itu umma dan bukan appa? Hal itu akan readers ketahui nanti.

"Ne, Minho Chagi. Setelah kita pulang dari gereja Umma akan mengajakmu ke taman bermain ne? Sekarang kita jalan lagi ne?" Sang namja dewasa berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan sang anak. Dia membenarkan topi anaknya yang terlihat berantakan karena ditiup angin.

"Chileo! Minho mau digendong Umma. Minho capek jalan. Umma jalannya cepat." Minho menghempaskan tangan sang bunda yang ingin menggandeng tangan mungilnya lagi.

"Ne, arraseo. Minho Umma sudah lelah eoh? Sini Umma gendong." Minho merentangkan kedua tangan mungilnya yang disambut sang bunda. Namja dewasa itu mengangkat tubuh Minho, membawanya ke dekapan hangat miliknya.

"Minho, sekarang turun, Umma mau menemui Pastur Choi dulu." Minho turun dari gendongan ibunya dan berlari ke taman belakang gereja.

Gereja itu memiliki taman belakang yang cukup luas. Ada beberapa ayunan dari kayu dan kursi-kursi panjang berjejer rapi di sana. Beberapa pohon tua yang mulai menggugurkan daunnya menjadi peneduh di taman itu. Ada kolam kecil yang berhiaskan bunga teratai di dalamnya. Benar-benar damai jika berada di sana.

Minho kecil ternyata sudah hafal betul dengan taman favoritnya sejak dia bisa merangkak itu. Ibunya yang seorang namja dan single parent selalu aktif dalam kegiatan mingguan gereja. Karena tak memiliki pengasuh, jadilah sejak kecil Minho selalu dibawanya ke gereja, selain karena ada alasan lain yang hanya ibu Minho sendiri dan Tuhan yang tahu. Readers juga akan segera tahu.

Hari ini gereja itu terlihat sepi. Hanya ada beberapa orang yang duduk di dalam dan berdoa. Ibu Minho langsung menemui seorang pastur yang sudah lama dikenalnya di gereja itu. Entah ada apa di antara mereka. Setiap ada waktu luang, ibu Minho selalu membawa Minho ke gereja ini untuk bertemu sang pastur yang memiliki postur tubuh tinggi menjulang, tampan, senyum menawan, dan lesung pipi manis saat tersenyum itu. Sepertinya bertemu sang pastur benar-benar membuat Minhonya nyaman.

"Pastul Choooiii! Cini main cama Minho!" Minho kecil berteriak kepada seorang pastur yang berjalan dengan ibunya.

"Ne Minho. Hati-hati, jangan main di dekat kolam. Pastur tak suka kau menceburkan dirimu lagi karena mengejar seekor kodok." Pastur tampan itu menghampiri Minho yang main air di dekat kolam teratai dangkal itu. Jika diukur dengan tinggi Minho kecil, kira-kira kolam itu hanya sebatas lehernya.

"Ani, Pastul. Minho cuma main ail di pinggilnya caja. Hali ini tidak ada kodok yang bica Minho kejal." Minho tersenyum manis kepada sang Pastur tampan. Minho adalah seorang frog holic. Dari baju, sepatu, topi, cover sheet, bed cover, bantal, boneka, piring, gelas, dan hampir semua barang-barang miliknya bercorak Kero-Keropi, tokoh kartun berbentuk kodok hijau. Minho bahkan pernah merengek pada ibunya untuk menangkap seekor kodok di halaman rumahnya sebagai syarat saat Minho akan dibawa ke dokter. =.=

"Semakin besar dia semakin mirip denganmu, Hyung." Ibu Minho seperti memulai pembicaraan serius dengan sang Pastur.

"Setelah usianya cukup aku akan memberitahu semuanya pada Minho, Bummie." Pastur Choi atau lebih lengkapnya Pastur Choi Siwon itu membelai surai halus namja cantik yang dipanggilnya Bummie.

"Sampai kapan, Hyung? Sampai kapan kau menganggap Minho adalah sebuah kesalahan? Minho butuh sosok seorang ayah, Hyung." Namja manis bernama Bummie itu mulai berkaca-kaca mengatakan hal yang selama dua tahun ini mengganjal hatinya. Tunngu. Sebenarnya ada apa ini?

"Aku hanya tak ingin membuatnya terkejut. Aku sudah tak pernah menganggapnya suatu kesalahan lagi sejak kita bertemu untuk pertama kalinya di gereja ini, Kim Kibum. Dulu aku terlalu takut untuk mengakuinya. Tapi aku malah memintamu membawanya padaku. Kini hatiku tak bisa lagi lepas dari Minho." Siwon menatap lekat-lekat Minho yang kini sedang kesusahan menaiki ayunan lalu menghampirinya.

"Pastul Choi, Minho tidak bica naik. Bantu Minho naik, nanti Pastul Choi dolong Minho ne?" Minho berdiri di samping ayunan masih mencoba menaikinya.

"Aigo, Minho yang tampan ini mau naik ayunan? Tapi Pastur Choi mau ke dalam. Minho belum berdoa bersama Umma kan? Tuhan Minho pasti sedih jika belum melihat Minho berdoa." Siwon mengangkat tubuh Minho ke dalam gendongannya dengan tiba-tiba yang menimbulkan pekikan kecil dari Minho.

"Aaaaah. Pastul Choi nakal. Hihihi. Ayo cuci tangan lalu beldoa. Minho mau beltemu Tuhan." Minho mengeratkan pelukannya pada Siwon. Sejak bisa berjalan dan bicara, Siwon rutin mengajari Minho untuk mengaitkan kedua tangannya untuk berdoa. Dia sangat menyayangi seorang Kim Minho. Sepasang mata cantik yang melihat pemandangan itu berhasil meloloskan satu kristal bening.

"Nah Minho, sekarang duduklah yang tenang. Kaitkan kedua tanganmu, lalu mulailah berdoa seperti yang Pastur Choi ajarkan." Siwon memangku Minho dan membantunya mengaitkan kedua tangannya.

"Umm. Cudah Pastul Choi. Cekalang kita beldoa." Minho mengangguk dan mulai memejamkan matanya, bersiap mengikuti kata-kata sang Pastur Choi yang menjadi doanya.

"Tuhan, lindungilah Minho, Umma Minho, dan Pastur Choi. Berikan kami kebahagiaan selalu. Terutama Umma. Minho sangat mencintai Umma. Jagalah Umma selalu dan berikan kesehatan untuknya. Supaya Umma selalu bisa menjaga Minho sampai Minho besar nanti. Amen." Siwon membisikkan kata-kata sederhana untuk doa Minho yang diikutinya dengan bahasa khas anak-anak. Entah apa alasannya setiap kali membisikkan doa untuk Minho, dia selalu menyelipkan namanya dalam doa itu.

Kibum sudah tak kuasa lagi membendung air matanya. Dia memohon pada Tuhannya agar Minhonya bahagia. Berdoa semoga Minho segera menyadari sosok ayahnya yang berada sangat dekat dengannya. Ya, Siwon adalah ayah kandung dari seorang Kim Minho, bocah yang sedang dipangkunya kini. Sudah dua tahun dia memanjatkan doa yang sama. Dia sudah lelah berharap Siwon mengakui identitasnya di depan anaknya. Jadi lebih baik baginya berharap Minho menyadari ikatan bathin di antara keduanya.

Kibum menyelesaikan doanya sebelum Siwon dan Minho selesai. Ia berlari ke taman belakang gereja dan duduk di salah satu kursi panjang yang ada di situ. Kibum menangis sepuas hatinya. Taman ini kosong, tak akan ada yang melihatnya. Hari ini tepat dua tahun ia melahirkan Minho. Karena itu ia membawa Minho ke gereja untuk menemui ayahnya dan untuk berdoa.

Kibum tak pernah merayakan ulang tahun Minho dengan pesta. Selain karena hidupnya yang pas-pasan, karena pekerjaannya yang hanya menjadi pembuat roti dan pastry, Kibum tak mau Minho menjadi anak yang manja. Oleh karena itu, Kibum lebih memilih mengajak Minho ke gereja untuk merayakan ulang tahunnya. Kibum tak pernah mau menerima uang dari Siwon untuk menghidupi Minho. Karena itu juga, dia berusaha mempertemukan Siwon dan Minho setiap kali dia bisa. Dia ingin Siwon memberi Minho kasih sayang yang cukup daripada sekedar uang.

Kibum masih menangis keras di taman itu. Siwon yang menggendong Minho melihatnya menangis sendiri ketika melintasi taman sehabis berdoa. Beruntung Minho sedang menatap ke arah lain, sehingga tak melihat ibunya yang sedang menangis. Siwon memutuskan untuk menyelamatkan Minho terlebih dahulu. Dia mengajak Minho ke dapur gereja untuk menemui Suster Park, siapa tahu suster paruh baya yang lebih senang dipanggil Leeteuk itu punya kue untuk Minho. Suster itu juga akan dengan senang hati menjaga Minho ketika ayah ibunya butuh waktu bersama.

"Kibummie, kau menangis lagi?" Siwon mendekati Kibum dan duduk di sebelahnya. Seketika itu juga Kibum menyeka air matanya.

"Bukan urusanmu aku menangis atau tidak, Hyung. Mana Minho? Apa dia bersama Suster Park?" Kibum mencari-cari keberadaan putra semata wayangnya di sekitar mereka.

"Minho aman bersama Suster Park. Setiap hari ulang tahun Minho kau selalu menangisi hal yang sama, Kibummie. Aku sudah katakan berkali-kali padamu, saat Minho siap dan bisa mengerti semuanya maka saat itu juga aku akan mengatakan siapa diriku yang sebenarnya." Siwon menghapus air mata Kibum dengan ibu jarinya.

"Aku masih menunggu janjimu, Hyung. Aku hanya tidak bisa menahan emosiku. Setiap kali melihat Minho aku seperti melihatmu. Begitu juga setiap kami akan pergi dari gereja ini, aku akan melihat kesedihan yang amat dalam di mata Minho. Aku merasakan bahwa Minho tak ingin berpisah darimu. Tapi karena dia masih kecil, mungkin dia tak pernah menyadari bahwa kau adalah ayah kandungnya dan menganggapmu sebagai sosok Pastur Choi idolanya yang selalu menjaganya." Kibum kembali menyeka air matanya hingga benar-benar kering.

"Aku tahu. Maafkan aku Kibummie, sudah membuatmu dan Minho menderita dua tahun ini." Siwon tertunduk menyesali kesalahannya.

"Huweeee, Umma…. Mma…. Ummaaa…. Appo Umma… Hiks.. Hiks.." Minho menangis dalam gendongan Suster Park.

"Ah, Suster Park. Ada apa dengan Minho? Kenapa dia menangis?" Kibum bangkit dari duduknya dan menghampiri Suster Park yang menggendong Minho. Suster Park memang mengenal Kibum, namja manis yang kerap membantunya membuat kue saat perayaan Natal atau Paskah tiba. Selain itu, Sister Park Leeteuk adalah salah satu suster yang melihatnya di taman gereja saat akan melahirkan Minho.

"Minho terjatuh karena tersandung batu saat berlari di sekitar dapur gereja, Kibummie. Aku sudah memeriksanya tak ada yang terluka. Mungkin dia hanya terkejut, karena itu dia menangis." Suster Park menyerahkan Minho kepada Kibum dan langsung undur diri dari sana kembali ke dapur gereja.

"Cup, cup, cup.. Anak Umma yang gagah jangan menangis ne? Hei, seorang namja tak boleh menangis. Bukankah hari ini Minho ulang tahun? Anak yang sedang berulang tahun tak boleh bersedih, ia harus selalu bahagia." Kibum mengelus punggung anaknya dan menyeka air mata Minho dengan punggung tangannya.

"Ummamu benar, Minho. Kau tak boleh menangis lagi ne? Sini, Minho sama Pastur Choi." Siwon mengambil Minho dari dekapan Kibum lalu memangkunya.

"Pastul Choi, apa Pastul Choi cayang Minho?" Siwon terkejut, tak pernah Minho menanyakan hal seperti itu padanya. Kibum terlihat khawatir, takut Minho bicara yang macam-macam.

"Tentu saja, Chagi. Pastur Choi sangat menyayangi Minho. Pastur Choi mencintai Minho." Siwon membelai lembut rambut hitam tebal anaknya.

"Minho juga cayang Pastul Choi. Minho mau cama Pastul Choi hali ini." Minho memeluk tubuh tegap ayah yang tak dikenalnya itu.

"Tapi bukankah tadi Minho ingin ke taman bermain bersama Umma? Minho lupa?" Kibum ikut membelai rambut Minho dan menyebabkan tangan keduanya tak sengaja bersentuhan. Semburat merah tiba-tiba menjalari pipi Kibum.

"Ah, iya Minho lupa. Apa boleh Pastul Choi pelgi belcama Minho dan Umma?" Minho terlihat memelas pada ibunya.

"Mianhae, Minho. Pastur Choi sangat sibuk hari ini. Mianhae, Pastur Choi tidak bisa ikut Minho ke taman bermain." Siwon berhenti mengelus rambut anak semata wayangnya.

"Itu benar Minho, Pastur Choi sedang sibuk sekarang. Minho pergi bersama Umma saja. Bagaimana kalau kita pergi sekarang sebelum hari sore." Kibum berdiri melepas pelukan Minho pada Siwon dan menggendongnya.

"Ne, Umma. Tapi kalau Pastul Choi cudah tidak cibuk, Pastul Choi mau kan pelgi cama Minho?" Minho menatap penuh harap pada Siwon.

"Pasti, Chagi. Jika Pastur Choi sudah tidak sibuk lagi, Pastur akan pergi bermain bersama Minho." Siwon mengelus pipi bulat Minho.

"Janji?" Minho mengacungkan jari kelingkingnya kepada Siwon yang dibalas tautan dari kelingking Siwon.

"Pastur Choi janji" Siwon mencium kening Minho yang sudah menyodorkan dirinya pada Siwon.

"Kami pergi dulu, Hyung." Kibum sedikit membungkuk berpamitan pada Siwon lalu berlalu meninggalkan gereja sambil menggendong Minho.

Kali ini Siwon yang berhasil meloloskan air matanya saat melihat punggung mantan kekasih dan anaknya berlalu dari hadapannya. Selalu begini saat Minho kecilnya akan pergi dari hadapannya. Tapi entah mengapa sisi egoisnya bahkan tak bisa mengatakan pada Minho bahwa ia adalah ayah kandung dari bocah lucu itu. Ia hanya membiarkan Minho memanggilnya dengan sebutan Pastur Choi, bukan Appa. Dan tidak terasa ini sudah dua tahun Siwon menyembunyikan identitasnya di hadapan anaknya. Seketika itu pula pikiran Siwon kembali pada masa-masa pertama kali melihat Minhonya.

Flashback

Di sebuah taman yang berada di tengah kota, sepasang kekasih yang sudah terancam bubar duduk berdampingan. Air mata mengalir dari sang namja cantik. Pipinya yang putih memerah menahan emosi terhadap orang yang duduk di sebelahnya. Sedangkan si namja tampann terlihat mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Bummie, gugurkan kandunganmu sekarang juga. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit." Namja tampan yang ternyata adalah Siwon itu menggenggam tangan sang namja cantik kekasihnya, yaitu Kibum.

"Aku tak bisa, Hyung. Aku tak bisa membunuh anakku sendiri. Dia anakmu, kenapa kau tidak mau bertanggung jawab?" Kibum melepas kasar genggaman tangan Siwon dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Bummie, aku masih muda, baru lulus kuliah. Umurku baru 23 tahun. Lagipula Appa belum memberiku posisi yang mapan di perusahaan. Aku tak yakin akan bisa membahagiakanmu. Selain itu Appa akan murka jika mengetahui aku seorang gay dan menghamili kekasihku." Siwon bangun dari duduknya meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

"Jika dari awal kau tak ingin menikahiku, harusnya kau tak menghamiliku, Choi Siwon." Kibum masih terus menangis dan kini tangannya bergerak untuk mengusap pelan perutnya yang masih datar, merasakan kehidupan baru di dalam sana.

"Yang salah itu kau, Kim Kibum. Kau itu namja, tak seharusnya kau hamil. Tapi apa ini, kau membawa surat keterangan dari rumah sakit yang menyatakan kau positif hamil enam minggu? Apa kau berusaha menjebakku?" Mata tajam Siwon menyipit, memberikan tatapan yang mengintimidasi pada Kibum.

"Cukup! Aku yakin ini bukan pertama kalinya kau mendengar namja yang bisa hamil dariku. Jaejoong Hyung, istri sepupumu Jung Yunho itu juga bisa hamil kan? Bahkan Changmin tumbuh normal layaknya anak yang lahir dari seorang yeoja." Kibum berusaha membela dirinya.

"Aku tetap tidak akan mengakui anak itu. Ini adalah sebuah kesalahan. Aku belum siap untuk menjadi seorang ayah. Sekarang kau pilih, gugurkan kandunganmu sekarang juga, atau kau pergi dari hadapanku membawa anak itu. Dan kita akhiri hubungan kita hanya sampai di sini." Siwon menatap mata Kibum lekat-lekat, berusaha berharap Kibum mau menggugurkan kandungannya.

"Aku lebih memilih pergi, Choi Siwon. Selamat tinggal." Kibum bangun dari duduknya dan tanpa melihat ke arah Siwon mengucapkan selamat tinggal dan pergi dari taman itu.

"Aiisshh! Kau bodoh Choi! Kau membiarkan kekasihmu pergi. Biarkan saja, aku akan mencari yeoja mulai sekarang. Aku akan menjadi seorang pria normal. Setidaknya dengan menjalin hubungan dengan yeoja aku bisa berhati-hati untuk tidak menghamili orang lagi." Tanpa rasa bersalah Siwon pergi dari taman itu kembali ke rumahnya.

Sejak saat itu Siwon tak lagi menghubungi mantan kekasih yang juga hoobae di kampusnya itu. Siwon menjalani kehidupannya dengan tenang. Bahkan ia sudah memacari sekretarisnya di kantor, Tiffany Hwang. Hari-harinya berjalan normal, sampai suatu hari saat dia pergi ke gereja tempatnya menjadi pastur sekarang, ia melihat Kibum dengan perut besar duduk di deretan kursi paling depan sambil berdoa.

Seketika itu rasa rindu yang sudah beberapa bulan ini hilang kembali datang di hati Siwon. Kibumnya, ah mantan Kibumnya terlihat sangat cantik di matanya. Menggunakan celana panjang hamil dan kaus maternity, rambutnya yang sengaja dipanjangkan sepunggung, flat shoes berwarna coklat pastel menghiasi kakinya. Siapapun yang melihat Kibum pasti mengiranya adalah seorang yeoja. #bayangin Kibum di Jumunjin. Rasa kagum keluar dari hati Siwon melihat sosok yang pernah jadi miliknya itu.

Seolah melupakan niatnya yang ingin berdoa, tanpa Siwon sadari ia mendekati tempat duduk Kibum. Tangannya refleks menyentuh perut besar mantan kekasihnya itu. Siwon terkejut ketika sentuhan tangannya dibalas tendangan dari dalam perut Kibum. Ada rasa bahagia dalam hati Siwon. Dia tahu anaknya merasakan kehadirannya dan menerimanya. Ketika merasa seseorang menyentuh perutnya, Kibum langsung membuka matanya dan menemukan Siwon telah duduk di sampingnya. Siwon masih tetap mengusap perutnya. Sepertinya Tuhan menunjukkan kekuasaanya di gereja itu.

"Sudah berapa bulan, Kibum?" Siwon mengalihkan pandangan matanya ke mata Kibum.

"Bukan urusanmu, Siwon-sshi. Bukankah anda sudah menolak kehadirannya?" Kibum berbicara tanpa melihat Siwon. Dalam hati ia bertanya pada Tuhannya, apa sebenarnya rencana Tuhannya yang mempertemukannya dengan laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya di tempat suci ini.

"Kibummie, mianhae. Aku tak tahu kau tetap mempertahankan bayi ini. Kau tinggal di mana selama ini? Apa hidupmu bahagia selama ini?" Siwon melepaskan tangannya dari perut Kibum dan beralih menggenggam tangan namja cantik di sampingnya.

Kibum adalah namja yatim piatu. Ayah dan ibunya meninggal ketika ia baru saja menyelesaikan SMA-nya karena kecelakaan. Sebenarnya Kibum masih punya paman yang bersedia menampungnya. Tapi Kibum yang memang dasarnya anak yang mandiri menolak ajakan pamannya untuk tinggal bersama. Kibum tetap memilih tinggal di rumah mungil peninggalan orang tuanya yang hanya seorang pembuat roti yang bekerja di salah satu toko roti kecil dekat rumah mereka.

Sejak orang tuanya meninggal, Kibum yang mewarisi bakat ayah dan ibunya dalam membuat roti menggantikan pekerjaan orang tuanya di toko tersebut. Kibum bahkan berhasil membuat berbagai jenis roti baru yang membuat gajinya bertambah. Setahun Kibum bekerja di sana, toko roti itu pun berkembang, dan Kibum ditawari kuliah di bidang pastry and bakery oleh sang pemilik toko. Ia membiayai separuh biaya kuliah Kibum atas permintaan Kibum sendiri. Karena Kibum berhasil mendapat beasiswa dari kampusnya hingga ia tamat. Di kampus itulah dia bertemu Siwon yang merupakan sunbaenya di jurusan manajemen perhotelan.

"Maaf, Siwon-sshi. Anda tak perlu tahu tentang hidupku lagi. Bukankah kau yang memberiku pilihan untuk pergi dari kehidupanmu?" Kibum berdiri dan berjalan di lorong antara kursi-kursi kosong di gereja itu.

"Tapi Kibummie.." kata-kata Siwon terputus ketika melihat Kibum tiba-tiba berjongkok sambil memegangi perutnya. Ekspresi wajahnya terlihat seperti sangat kesakitan.

"Kibummie, gwaenchana? Kau kenapa? Apa kau akan melahirkan sekarang?" Siwon terlihat cemas. Relung hatinya mendadak ikut merasakan kesakitan Kibum. Siwon menghampiri Kibum dan membantunya berdiri, tapi Kibum menghempaskan tangan Siwon yang sudah melingkar di pinggangnya.

"Gwaenchana. Aku baik-baik saja, Siwon-sshi." Kibum mencoba berdiri walau masih merasa sakit. Kibum tahu, ini belum saatnya dia melahirkan. Masih lima minggu lagi.

"Tapi kau sepertinya merasa kesakitan, Kibummie." Siwon mencoba mendekati Kibum tapi Kibum langsung berjalan menjauh dengan mengusap-usap perutnya. Berharap anak dalam kandungannya tak memberontak lagi.

"Aku tidak apa-apa. Itu biasa terjadi ketika ia menendang perutku dengan keras. Anda tidak usah khawatir, Siwon-sshi." Kibum tetap berjalan pelan meninggalkan Siwon menuju pintu gereja. Perutnya benar-benar tak bisa diajak kompromi, ia merasa kesakitan sekali. Anak dalam kandungannya seakan tahu bahwa ia baru saja bertemu ayahnya dan tidak ingin pergi meninggalkan ayahnya di sana.

Kibum kembali berjongkok ketika sampai di halaman gereja. Dia menangis, menahan sakit di perutnya dan menahan sakit di hatinya. Ia merasa luka yang sudah mulai mengering di hatinya itu kini kembali terinfeksi saat bertatap muka dengan mantan kekasihnya. Setelah rasa sakitnya sedikit berkurang, Kibum memutuskan untuk ke taman belakang gereja itu.

Siwon masih menatap pintu gereja, berharap Kibum kembali ke sana. Lama menunggu Siwon menyerah. Dia duduk di salah satu kursi dan mulai berkeluh kesah dengan Tuhannya. Ia merasa sangat bersalah pada Kibum. Ia juga bertanya kenapa tiba-tiba ada rasa untuk memiliki Kibum lagi, melindunginya, bahkan rasa bahwa ia bahagia akan menjadi seorang ayah sebentar lagi, padahal saat Kibum memberitahu kehamilannya ia malah menyuruh Kibum menggugurkan bayi tak berdosa itu.

Selesai berdoa, Siwon memutuskan melihat-lihat sekitar gereja yang baru kali pertama ini didatanginya. Suasana gereja ini begitu asri, ia merasakan kenyamanan saat berada di gereja ini. Siwon yang memang memiliki cita-cita ingin jadi pastur itu menjatuhkan pilihannya pada gereja ini untuk mengabdikan dirinya melayani umat nanti. Ketika sampai di taman belakang gereja ia melihat kepanikan dua orang suster yang berada di dekat Kibum. Kibum terlihat amat kesakitan, ada cairan bening bercampur darah turun dari kaki jenjangnya. Melihat kondisi Kibum, Siwon segera berlari menghampiri Kibum dan dua orang suster itu.

"Kibummie, gwaenchana? Kau akan melahirkan sekarang? Bertahanlah, Kibummie. Aku tahu kau kuat." Siwon dengan sigap menggendong Kibum ala bride style ketika seorang suster bertanya padanya, sementara Kibum sudah tidak mampu berkata-kata lagi.

"Apa tuan mengenal nyonya ini? Cepat selamatkan dia, sepertinya dia akan melahirkan sekarang." Suster itu memandang cemas pada Kibum yang kini sudah ada dalam pelukan Siwon.

"Ne, Suster. Aku sunbaenya saat masih kuliah dulu. Suster tenang saja, aku akan membawanya ke rumah sakit sekarang." Siwon hendak pergi dari taman itu, namun suster yang satunya lagi memanggilnya.

"Tunggu tuan. Tas nyonya ini ketinggalan. Berhati-hatilah di jalan. Semoga Tuhan memberkatimu, nyonya itu dan bayinya. Semoga bayinya lahir dengan selamat." Suster itu menyerahkan tas selempang Kibum pada Siwon yang langsung diterimanya dengan sedikit susah payah karena dia sedang menggendong Kibum. Setelah mendapatkan tas Kibum, Siwon tersenyum pada dua suster itu dan pergi menuju rumah sakit terdekat.

"Tenanglah Kibummie, tetaplah terjaga dan atur nafasmu. Sebentar lagi kita sampai di rumah sakit." Siwon mencoba menenangkan Kibum yang semakin merintih kesakitan.

"Siwon Hyuuuungghh, aku tak tahan lagiiih. Sakit sekali. Aaaarrrggghhhttt!" Kibum berteriak kesakitan di dalam mobil Siwon, membuatnya semakin panik dan semakin cepat melajukan mobilnya. Ada rasa bahagia mendatangi hatinya, sebentar lagi dia menjadi seorang ayah. Kibum juga memanggilnya dengan sebutan hyung bukan lagi Siwon-sshi.

"Tetap terjaga, sayang. Atur nafasmu. Kita sudah hampir sampai." Siwon menggenggam tangan Kibum dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang kemudi. Saat mobilnya memasuki rumah sakit, seorang perawat sudah siap menunggunya dengan sebuah brankar. Siwon langsung memarkirkan mobilnya di depan unit gawat darurat. Dia menggendong Kibum dan meletakkannya di brankar.

"Dia akan segera melahirkan, ketubannya sudah pecah dan dia seorang namja. Dia tidak bisa melahirkan normal." Siwon berkata pada perawat yang mendorong brankar Kibum menuju ruang bersalin yang hanya ditanggapi senyuman. Ketika sampai di ruang bersalin ia mengatakan hal yang sama pada dokter yang akan menangani Kibum. Sayangnya, karena proses operasi mengharuskan Siwon tak boleh menemani Kibum yang sedang berjuang melahirkan anaknya, dengan raut cemas dan kecewa dia pergi keluar dari ruangan itu.

Siwon kalut, tak tahu apa yang harus dilakukannya. Sebentar-sebentar dia berdiri dari duduknya lalu kembali duduk lagi. Tak jarang dia berjalan mondar-mandir di ruang tunggu itu. Dia melepas kalung salib di lehernya dan menautkan jari-jarinya seraya berdoa demi keselamatan Kibum dan anaknya.

"Siapa suami pasien melahirkan tadi?" Dokter kandungan dengan pakaian operasi berwarna pink muda itu menghampiri Siwon yang khusyuk berdoa.

"Ne, saya suaminya, dokter. Bagaimana keadaan mereka?" Siwon mencoba tenang saat bicara pada dokter namja yang sudah berumur itu.

"Mereka baik-baik saja. Bayinya laki-laki, 3,5 kg, 60 cm, sehat. Saat ini ibunya sedang istirahat di bawah pengaruh obat bius. Anda boleh masuk melihat bayi dan istri anda. Tapi hanya sebentar karena istri dan anak anda harus dipindah ke ruang rawat." Dokter itu tersenyum ramah dan menepuk pelan pundak namja yang baru saja menjadi seorang ayah itu.

"Gamsahamnida, Dokter. Kalau begitu saya masuk dulu." Siwon membungkuk pada dokter itu dan langsung berlari memasuki ruang bersalin. Ditemukannya sosok Kibum yang baru saja selesai dimandikan oleh perawat. Wajahnya damai sekali saat tertidur. Anak-anak rambutnya menempel di dahinya karena keringat. Dia mendekati Kibum dan langsung memindahkannya ke brankar. Perawat akan membawanya ke ruang rawat.

Selesai memindahkan Kibum ke atas brankar, dia mencari-cari anaknya. Matanya melirik seluruh ruangan itu hingga telinganya mendengar suara tangisan yang keras dari seorang bayi. Dia mencari sumber suara itu dan menemukan anaknya sedang dikenakan pakaian oleh perawat. Sepertinya bayi mungil berkulit putih itu baru saja selesai mandi.

"Tuan, ini bayi anda. Anda bisa menggendongnya." Perawat yang baru saja selesai mendadani bayinya menyerahkan tubuh mungil itu kepada Siwon. Dengan canggung Siwon menerima bayinya.

Sejenak dia memperhatikan wajah anak yang baru saja dilahirkan Kibum. Bentuk wajah bulat milik Kibum, alis tebal miliknya, hidung mancung miliknya, dan bibir cherry milik Kibum. Dia tak bisa melihat matanya karena anaknya tertidur dalam pelukannya. Sekali lagi dia memperhatikan wajah anaknya, tiba-tiba bayi itu membuka matanya dan menatap Siwon. Mata tajam yang Siwon miliki menurun pada bayi mungil itu. Siwon tersenyum, dia menyadari bayi itu memang miliknya. Itu anaknya. Perpaduan wajahnya dan Kibum menjadi perpaduan sempurna yang dimiliki bayi berpipi tembam yang menurun dari ibunya itu. Siwon kemudian mencium kening anaknya dan bergumam.

"Selamat datang di dunia, Choi Minho."

Flashback End