Seorang namja tampak sedang berlari sambil memakan selembat roti. Nama namja itu adalah Jung Taekwoon. Taekwoon terlihat melihat jam tangannya sesekali, terlihat sekali bahwa Taekwoon sangat gelisah. Sepertinya dia terlambat masuk kerja. Taekwoon menambah kecepatan berlarinya, membuat rambut hitamnya sedikit berantakan karena tiupan angin. Pada saat Taekwoon menyebrangi jalan raya, Taekwoon tidak melihat lambu lalu lintas untuk pejalan kaki yang menunjukkan warna merah.
Di lain sisi, seorang namja berambut ungu bernama Kim Wonshik tampak menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang dibilang cukup tinggi. Sepertinya Wonshik juga terburu-buru. Tiba-tiba saja Wonshik melihat seorang namja berambut hitam -Taekwoon- menyebrang melewati zebra cross, padahal sudah jelas lampu lalu lintas untuk kendaraan masih menunjukkan warna hijau.
"Mwoya? Apa yang namja itu lakukan?!"
Wonshik langsung menginjak rem mobilnya, namun karena sebelumnya Wonshik menjalankan mobilnya dengan sangat cepat, kecelakaan tetap tidak dapat dihindari. Mobil Wonshik tetap mengantam tubuh Taekwoon dengan cukup keras sehingga tubuh Taekwoon terlempar cukup jauh. Wonshik terkejut melihat apa yang telah terjadi.
"Mwoya..."
Wonshik langsung membuka seatbelt nya dan keluar dari mobilnya. Wonshik menghampiri Taekwoon yang sudah terbaring tidak sadarkan diri dengan darah yang menggenang disekitarnya. Wonshik merutuki dirinya sendiri, sepertinya dia sudah membunuh seseorang.
Taekwoon membuka matanya, lalu melihat sekelilingnya. Orang-orang sedang berkerumun mengelilinginya dan menatap padanya dengan tatapan cemas. Taekwoon menoleh pada Wonshik, terlihat Wonshik sedang menelepon seseorang, sepertinya Wonshik menelepon ambulance.
"Tidak perlu menelepon ambulance, aku baik-baik saja."
Wonshik tidak merespon. Wonshik masih menelepon rumah sakit untuk mengirimkan ambulance dengan nada suara yang terdengar seperti orang panik. Taekwoon tidak mengerti, apa Wonshik tidak mendengar suaranya? Mungkin efek suara ramai dari orang-orang yang mengerumuninya.
Taekwoon bangkit berdiri lalu mendekati Wonshik, berniat meraih lengan Wonshik. Namun apa yang terjadi? Taekwoon tidak dapat meraih lengan Wonshik, tangan Taekwoon menembus lengan Wonshik. Tentu saja hal itu membuat Taekwoon shock.
"Jung Taekwoon-ssi?"
Mendengar seorang memanggil namanya, Taekwoon menoleh pada sumber suara. Terlihat seorang namja berambut kecoklatan menggunakan pakaian formal serba hitam berjalan menghampirinya.
"Nuguya...?"
"Wah~ ternyata benar. Jung Taekwoon, usia 26 tahun. Lahir 10 November 1990, dan meninggal tanggal 5 April 2017 karena kecelakaan."
"Mwo? Meninggal? Yang benar saja!"
"Kalau kau tidak percaya lihat saja dibelakangmu."
Taekwoon menoleh ke belakang, dan Taekwoon terkejut melihat dirinya sedang terbaring kaku dengan wajah yang pucat nyaris tidak bewarna di jalan dengan darah menggenang di sekelilingnya.
"Sekarang kamu sudah percaya? Ayo ikut denganku."
Namja berambut kecoklatan itu membalikkan badan dan langsung berjalan pergi menembus tubuh orang-orang yang sedang berkerumun itu. Taekwoon berlari menyusul namja itu dari belakang.
"Yaa! Siapa kamu?"
Namja berambut coklat itu menghentikkan langkah kakinya, diikuti oleh Taekwoon. Namja berambut coklat itu membalikkan badan menghadap Taekwoon lalu melipat kedua tangannya di depan dada.
"Aku Lee Jaehwan, grim reaper."
Taekwoon terdiam, lalu tidak lama kemudian Taekwoon tertawa keras. Jaehwan menyipitkan matanya, bingung melihat Taekwoon tiba-tiba tertawa seperti itu.
"Apa yang lucu?"
"Kau bilang apa? Grim reaper? Hahaha, sadarlah! Ini bukan drama!"
Jaehwan menghela nafas, lalu Jaehwan menggerakkan tangan kanannya. Jaehwan mengarahkan tangannya pada mobil Wonshik, lalu membuat mobil Wonshik bergerak sendiri berpindah ke pinggir jalan agar tidak mengganggu jalan raya itu. Orang-orang yang melihat itu benar-benar terkejut, bahkan Wonshik pun terkejut. Taekwoonpun melongo melihat apa yang baru saja Jaehwan lakukan. Jaehwan memindahkan mobil Wonshik tanpa harus menyentuhnya.
"Daebak..."
"Kamu masih belum percaya? Baiklah aku langsung antar kamu ke dunia akhirat saja ya?"
Baru saja Jaehwan hendak melangkah, Taekwoon langsung meraih lengan Jaehwan dan memegang lengan Jaehwan dengan sangat erat. Jaehwan menoleh pada Taekwoon lalu menatap Taekwoon dengan tatapan bertanya.
"Tolong...berikan aku kesempatan untuk hidup..."
Jaehwan diam sejenak, lalu Jaehwan mengambil sebuah buku note kecil dari saku mantel yang dia kenakan. Jaehwan membaca sesuatu di dalam buku note kecil miliknya lalu menghela nafas.
"Baiklah. Tapi...ada satu syarat."
"Apa itu? Akan aku lakukan apa saja!"
Jaehwan tersenyum, namun senyum Jaehwan itu terlihat aneh di mata Taekwoon. Mungkin lebih terlihat seperti smirk.
"Berhubung kamu masih single, cukup cari cinta sejati untukmu. Jika kamu berhasil menemukannya dan menikah dengannya, kamu akan di beri kesempatan hidup 50 tahun."
Taekwoon menatap Jaehwan dengan tatapan mata seakan bertanya 'apa-kamu-sedang-bercanda?'. Jaehwan tertawa kecil menanggapi tatapan mata Taekwoon, seakan mengerti arti tatapan itu.
"Aku serius. Tapi ingat, ada peraturan."
"Peraturan? Peraturan apa?"
"Iya. Seandainya kamu sudah menemukan cinta sejatimu, jangan pernah berciuman jika kalian belum resmi menikah. Kalau kau berani berciuman sebelum menikah, maka kamu akan kembali ke wujud roh selama 7 jam. Arraseo?"
"Mudah sekali. Arraseo arraseo."
"Ingat, kamu hanya memiliki waktu tiga puluh hari. Jika dalam waktu satu bulan kamu belum menemukan dan belum menikah dengan cinta sejatimu, maka aku akan membawamu ke surga."
"Hanya tiga puluh hari? Tidak bisakah kau tambah waktunya?"
"Tidak."
"Ah baiklah."
"Kalau begitu, sampai jumpa lain waktu. Kalau kau butuh aku panggil namaku 3 kali lalu tiup lilin, maka aku akan datang. Waktumu dimulai dari sekarang."
Jaehwan mendorong tubuh Taekwoon, membuat Taekwoon terkejut lalu terjatuh. Namun setelah itu semua menjadi gelap.
Tekwoon membuka kedua matanya. Tubuh Taekwoon terasa sedikit sakit dan kepalanya juga terasa pusing. Taekwoon melihat sekelilingnya, sekarang dia berada di sebuah kamar, namun itu bukan kamarnya.
"Ini dimana?"
Tidak lama kemudian seorang namja berambut ungu masuk ke dalam kamar itu. Namja itu tampak senang melihat Taekwoon dan langsung menghampiri Taekwoon, bahkan sampai lupa menutup pintunya kembali.
"Taekwoon-ssi? Kamu sudah sadar?"
"Siapa kamu?"
"Aku lupa kalau kita belum berkenalan, hahaha. Namaku Kim Wonshik."
"Lalu sekarang aku dimana?"
"Kamu sedang di rumah sakit. Aku tidak sengaja menabrakmu. Untung saja kamu hanya mengalami luka ringan."
Taekwoon ingat sekarang. Namja ini yang tidak sengaja menabrak Taekwoon sebelumnya. Pantas saja tubuh Taekwoon terasa sakit. Tapi, bukankah Taekwoon meninggal setelah Wonshik menabraknya? Lalu kenapa bisa Wonshik mengatakan bahwa luka Taekwoon hanya luka ringan?
-flashback on-
"Tolong...berikan aku kesempatan untuk hidup..."
Jaehwan diam sejenak, lalu Jaehwan mengambil sebuah buku note kecil dari saku mantel yang dia kenakan. Jaehwan membaca sesuatu di dalam buku note kecil miliknya lalu menghela nafas.
"Menurut peraturan, manusia yang meninggal berhak diberi kesempatan hidup. Tapi...ada satu syarat."
"Apa itu? Akan aku lakukan apa saja!"
Jaehwan tersenyum, namun senyum Jaehwan itu terlihat aneh di mata Taekwoon. Mungkin lebih terlihat seperti smirk.
"Berhubung kamu masih single, cukup cari cinta sejati untukmu. Jika kamu berhasil menemukannya dan menikah dengannya, kamu akan di beri kesempatan hidup 50 tahun."
-flashback off-
Taekwoon ingat sekarang, saat ini adalah waktunya Taekwoon mencari cinta sejatinya, karena itu cerita kecelakaannya pun berubah. Taekwoon mencoba untuk bangkit berdiri, namun Wonshik menahan tubuhnya.
"Jangan melakukan aktifitas apapun, beristirahatlah terlebih dahulu. Akan aku panggilkan dokter."
Wonshik berjalan pergi keluar dari kamar rawat Taekwoon itu, dan sekali lagi dia lupa mengunci pintu. Taekwoon menghela nafas melihat Wonshik yang tampaknya pelupa itu.
Lalu, seakan tidak mendengar perkataan Wonshik tadi, Taekwoon bangkit untuk duduk lalu meraih ponselnya yang berada di meja kecil dekat ranjangnya, mencari nama seseorang dari kontaknya lalu menelepon orang itu.
Tidak lama kemudian Wonshik kembali ke kamar rawat Taekwoon. Namun Wonshik tidak menemukan Taekwoon disana. Bahkan barang-barangnya sudah tidak disana.
"Mungkinkah dia sudah keluar?"
Wonshik berlari keluar dari kamar rawat Taekwoon. Wonshik tidak peduli dengan orang-orang di koridor rumah sakit yang melihat Wonshik berlari di koridor tersebut. Sesampainya di pintu depan rumah sakit, Wonshik melihat Taekwoon yang baru saja hendak masuk ke dalam sebuah mobil.
"Taekwoon-ssi!"
-to be continued-
