Pemuda itu baru dua puluh satu tahun ketika seorang bocah masuk ke dalam kehidupannya. Oh tidak. Bahkan sejak masih sangat muda, Cloud Strife tak pernah suka anak-anak. Sekarang ia harus jadi ayah?!


Cloud Strife

PO BOX 967188

"Cih. Memasukkan surat ke kotak surat saja tak becus. Dasar tukang pos sialan," gerutu seorang pemuda sambil memunguti amplop-amplop surat yang berserakan di halaman depan rumahnya.

Pemuda itu kemudian menggigit surat-surat yang tak seberapa banyak itu dan mencari-cari kunci rumahnya. Tak didapatinya benda itu di dalam ranselnya. Iapun mendengus kesal, yah, karena tak ada hal lain yang bisa dilakukan.

Masuk secara paksa lewat jendela kamarnya—yang berada di lantai dua sehingga pemuda ini harus ancik-ancik pagar tetangga, akhirnya pemuda berambut pirang jabrik ini berada di dalam rumahnya. Tak lama setelah ia meletakkan ransel dan surat-surat itu di sebuah meja kayu, ponselnya berdering.

Rufus is calling…

Ia mengrenyit heran. Bukan heran kenapa tiba-tiba orang ini menelepon, tapi lebih karena bahwa nomor si penelepon masih ia simpan.

Tanpa babibu lagi diangkatnya telepon itu.

"Ya?"

"Cloud…"

Suara di seberang kedengaran sangat berat, seakan-akan si penelepon sedang menahan truk di atas badannya.

"Aku ingin memohon sesuatu padamu. Dengar baik-baik…" lanjut orang itu. Sekarang nafasnya pendek-pendek.

Cloud yang merasa sedikit khawatir pun bertanya, "Apa yang terjadi padamu?" tanyanya.

"Cloud, tolong jaga anakku."

Pemuda pirang itu mendelik. Kekagetan, keheranan, kebingungan, bahkan rasa frustrasi tercampur aduk dalam dadanya.

"Apa yang terjadi, Rufus?"

Sengalan dari ujung sana. Kemudian sengalan itu berubah menyerupai tawa.

"Akhirnya kausebut juga namaku, Cloud? Heheh… Uhuk!"

Sentak Cloud, "Katakan saja apa yang terjadi, brengsek!"

"Oh, Cloud. Kau tak mau mengatakan hal seperti itu pada orang yang mau mati."

"Apa maksudmu?!"

"Cloud…"

Rufus menarik nafas dalam-dalam. Seakan setiap tarikan bisa jadi yang terakhir.

"Maafkan kakakmu ini. Tolong—jaga—Denzel…"

Bersamaan dengan permohonan itu si penelpon menghembuskan nafas. Tidak ada tarikan lagi terdengar setelahnya.

Dan seketika keheningan menyergap.

Di dalam kamarnya pemuda bernama Cloud itu berdiri mematung. Matanya menyorot lurus ke dinding tanpa berkedip. Ponsel yang masih menyala perlahan-lahan dijauhkannya dari telinga.

Dadanya sesak.


.

Daddy

Final Fantasy VII Series © SquareEnix

.