Love and Hate.
Jimin. Yoongi. Jungkook.
Romance.
Warning! BxB/Boys Love. GAK SUKA YAOI GAUSAH BACA:) THANKS
Enjoy!
.
.
.
.
.
Semenjak penerimaan murid pada tahun ajaran baru, hidup Jimin jadi lebih berwarna. Kenapa? Karena semenjak itu, Jimin menaruh hati pada seseorang. Pada adik kelas barunya itu.
Namanya Jeon Jungkook.
Ia adalah lelaki yang polos dan manis. Deretan gigi kelincinya memberi kesan imut pada lelaki yang Jimin sukai ini. Suaranya pun sangat merdu, apalagi kalau bernyanyi. Dia juga tidak bodoh. Maksudnya, ia pintar. Jungkook sangat sempurna di mata Jimin. Tidak, tidak hanya Jimin yang mengatakan bahwa Jungkook itu sempurna. Orang-orang pun menganggapnya demikian, maka tak sedikit gadis maupun lelaki yang menyukainya.
Hanya saja, Jimin terlalu menggilai Jungkook.
Sepertinya ia terobsesi dengan seorang Jeon Jungkook.
Ah, memikirkannya saja membuat Jimin bisa dikatai autis.
.
.
"Heh senyum-senyum lagi!"
Teriak seseorang yang bernama Kim Taehyung dari depan ruangan kelas. "Singkirkan dulu pikiranmu dari si Jenkook itu, lebih baik bantu aku bawa buku-buku ini ke perpustakaan!"
"JUNGKOOK!"
"Ya ya ya siapapun namanya itu. Sekarang bantu aku!"
Jimin segera menghampiri Taehyung yang kesusahan membawa tumpukan buku tebal yang baru saja dipinjam oleh kelasnya—karena saat pelajaran Lee sonsaengnim mereka membutuhkannya— dan merekalah yang disuruh untuk mengembalikannya ke perpustakaan.
Jimin mengambil setengah dari buku-buku yang Taehyung bawa. Ternyata bukunya lebih berat dari yang ia kira. Jimin jadi kasihan, kalau saja ia tidak membantunya tulang-tulang kecil milik Taehyung akan remuk sesudahnya.
"Astaga b-berath.."
"Ayo."
Mereka berjalan keluar kelas dengan hati-hati, karena banyak murid berlalu lalang karena ini adalah jam istirahat.
Semoga saja mereka tidak bertemu Jungkook, karena takut buku-buku berat itu akan jatuh dan mempermalukan mereka. Entah kenapa, itulah yang terbesit di pikiran Taehyung saat ini.
Namun sepertinya doa Taehyung tidak dikabulkan. Lelaki bergigi kelinci itu muncul di balik sudut koridor bersama temannya—yang Taehyung tidak tahu siapa namanya—. Tapi yang Taehyung lihat, Jimin segera menampakkan cengiran lebarnya ketika berpapasan dengan kecengannya itu.
"Hai, Jeon Jung—" / "JIMIN AWAS!"
BRUK
Tak sengaja Jimin menabrak seseorang dan buku yang dibawanya pun bergeletakan. Buruknya lagi, seseorang yang ditabrak Jimin adalah seorang kakak kelas.
Duh, mampus deh.
Tuh kan, benar apa yang dikatakan Taehyung.
Taehyung segera membantu membereskan buku-buku yang jatuh itu. Sedangkan Jimin sendiri menghampiri orang yang ditabraknya tadi.
"Punya mata kan? Kalau jalan lihat-lihat, dong!" omel lelaki yang Jimin tabrak itu.
"J-joesonghamnida, sunbaenim. Aku tidak sengaja." Jimin membungkukkan badannya.
"Makanya, lain kali pasang matamu! Jangan coba cari masalah denganku, bocah bantet."
"I-iya maaf."
Lelaki itu pun berdecih dan segera pergi dari situ. Sebenarnya Jimin geram karena orang itu mengatainya bantet, kalau saja orang-orang tidak memusatkan perhatiannya pada mereka, Jimin akan melawan orang itu karena terbawa emosi. Dan kalau Jimin melakukannya, bisa-bisa ia berakhir di ruang BK dan imej nya sebagai murid corettampancoret jadi rusak. Jadi Jimin mengurungkan niatnya.
Jimin pun segera mengambil buku-bukunya yang telah dibereskan Taehyung lalu melanjutkan perjalanannya ke perpustakaan.
.
"Yang tadi siapa, sih? Cowok tapi bawel banget, ngejek pula."
"Dia Min Yoongi kelas 3-2. Dia memang galak."
"Kau mengenalnya?"
"Tidak. Dia kan anggota tim basket andalan di sekolah kita. Masa tidak tau, sih?"
Jimin hanya menggelengkan kepalanya merespon pertanyaan Taehyung.
"Oh iya, dikepalamu kan hanya ada adik kelas kelinci itu!" sindir Taehyung.
"Apaan sih."
.
.
.
.
KRINGGGG!
Bel sekolah pertanda pulang telah berbunyi. Semua murid segera berhamburan keluar kelas. Begitu pula dengan Jimin. Ia cepat-cepat keluar dari kelas dan menunggu seseorang di gerbang. Hari ini ia berencana mengajak Jungkook pulang bersama. Hitung-hitung pendekatan, ya gak?
Jimin mencari sosok kelincinya itu di ambang gerbang sekolahnya. Sudah sekitar sepuluh menit Jimin mencarinya, namun yang ia temui malah sunbae galak yang tadi bertabrakan dengannya di koridor.
Tiba-tiba pandangan mereka saling bertemu. Tapi kemudian lelaki berambut karamel yang bernama Yoongi itu menatap Jimin tak suka.
"Hei, tak usah melihatku seperti itu. Ingin kucolok matanya, sunbae?"
Yoongi menghentikan langkahnya.
"Beraninya kau?"
BUGH
Jimin terjatuh ketika menerima pukulan di pipinya. Pipinya lebam akibat tangan Yoongi. Bibir Jimin pun sedikit berdarah.
"Kubilang jangan cari masalah denganku, tengil. Kau mengerti?!"
Yoongi mendengus lalu segera pergi sebelum Jimin membuat masalah lagi dengannya.
Jimin mengusap bibirnya yang perih dengan jari, kemudian ia menemukan cairan merah di jarinya.
"Jimin sunbae? Kau tidak apa-apa?"
Suara itu. Suara yang sangat familiar bagi Jimin. Jimin mendongak untuk melihat sang sumber suara. Kemudian segera bangkit dan membersihkan celana bagian belakangnya yang kotor setelah bersentuhan dengan tanah.
"Eh Jungkook-ah. Iya aku tidak apa-apa" jawab Jimin sambil menepuk-nepuk pantatnya.
"Kalau begitu, aku pulang duluan ya."
Jungkook berjalan kembali melewati Jimin.
"Tunggu!"
Langkah Jungkook terhenti dan membalikkan badannya kearah Jimin yang memanggilnya.
"Ada apa, sunbae?"
"Panggil aku 'hyung' saja. Em, mau pulang bersamaku?"
"Boleh hyung, kalau tidak merepotkan."
"Tentu saja, apa yang tidak buatmu."
Jimin menampilkan senyuman lebar dan eyesmile indahnya. Meraih lengan Jungkook lalu menariknya ke tempat kendaraan motor milik Jimin diparkirkan. Tak lupa, Jimin sempat melihat Jungkook tersenyum malu ketika Jimin mengucapkan kata-kata tadi.
.
Jimin memasang helmnya, setelah itu menyalakan motornya.
"Naiklah."
Jungkook segera naik ke jok belakang motor Jimin.
"Sudah, hyung."
"Peluk aku, Jungkook-ah." ucap Jimin dibalik helmnya.
"Apa?"
"Peluk aku." Jimin mengulang kata-katanya.
Setelah itu Jimin merasakan sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya. Jimin tersenyum tipis, lalu segera tancap gas.
"Tunjukkan alamat atau jalan kerumahmu ya."
Jungkook mengangguk.
.
.
Setelah sampai dirumah Jungkook, Jimin memandang rumah itu dengan kagum. Rumahnya besar, dua tingkat, dipolesi cat berwarna dominan abu-abu dan hitam. Didepannya ada kebun bunga kecil yang asri, terlihat sering dirawat oleh pemiliknya. Disana juga terlihat anjing papillon kecil tengah berlarian kesana kemari. Ternyata Jungkook itu tajir juga, selain pintar, tampan, imut, jago bernyanyi, tinggi, polos, dan kelebihan Jungkook yang lainnya. Benar-benar perfect.
"Terimakasih sudah mengantarku, Jimin hyung. Mampirlah sebentar kerumahku. Sepertinya hyung terluka, akan kuobati. Simpanlah motormu disana." ujar Jungkook, ia menunjuk ke tempat yang disana ada sebuah mobil sport terparkir. Mungkin Jimin bisa parkir disebelah mobil itu.
"Ah, baiklah." Jimin menuruti apa yang tadi Jungkook katakan. Ia menyimpan motornya disitu lalu segera masuk dengan perasaan malu. Bagaimana tidak malu? Ini pertama kalinya Jimin datang ke rumah Jungkook. Ia kemungkinan akan bertemu dengan dengan coretcalon mertuanyacoret dari keluarga Jungkook. Jangan lupa juga saat ini Jimin berkunjung ke rumah Jungkook dengan pipi yang lebam.
"Silahkan duduk, hyung. Akan kuambilkan kotak obatnya."
Jungkook berlari menaiki tangga rumahnya meninggalkan Jimin yang duduk sendiri di ruang tamu.
Sunyi seketika. Rumah ini seperti tidak ada yang menghuni selain Jungkook. Jimin penasaran dimanakah keluarganya Jungkook.
Karena tak ada kerjaan, Jimin membuka smartphonenya lalu memandangi wallpapernya, foto Jungkook memakai bando kucing saat ospek di sekolah. Padahal, kalau saja saat itu Jungkook memakai bando kelinci, bukan kucing. Jimin jadi tersenyum sendiri—lagi—.
Drap drap
Setelah sepuluh menit Jimin menunggu, terdengar langkah seseorang dari tangga. Rupanya itu Jungkook, ia membawa kotak P3K dan baskom kecil berisi air hangat, serta handuk kecil tertengger dibahunya. Ia sudah mengganti baju seragamnya dengan kaos dan celana selutut. Jimin menaruh kembali smartphone miliknya di kantungnya.
"Maaf membuatmu menunggu, hyung." ucapnya sambil membuka kotak P3K dan meletakan baskom itu di meja.
"Tidak apa-apa."
Jungkook menarik sehelai tisu dari kotak tisu yang memang sudah ada di meja. "Bersihkan bibirmu dulu, hyung." kemudian mengambil kapas dan diteteskannya alkohol diatas kapas putih itu.
"Tahan ya hyung, ini akan sedikit sakit."
Jungkook mengusap sudut bibir Jimin menggunakan kapas yang tadi sudah diteteskan alkohol. Jimin meringis perih, tapi jangan tanya bagaimana berbunga-bunganya hati Jimin saat ini. Ekhem.
"Nah sudah, hyung. Tinggal yang di pipi."
Jungkook meletakkan kapasnya sembarang diatas meja, setelah itu mencelupkan handuk kecil ke baskom yang berisi air hangat, kemudian memerasnya.
"Tahan lagi hyung."
Jungkook meletakkan handuk itu ke pipi Jimin. Jimin meringis kembali, tapi matanya memandang wajah Jungkook yang sedang mengobatinya sehingga mengurangi rasa perihnya.
"Aish perih.." rintih Jimin. " Jungkook-ah, ngomong-ngomong kau tinggal bersama siapa?"
"Eoh? Aku tinggal dengan orangtua dan noona-ku. Kebetulan orangtuaku sedang ke luar negeri, dan noona-ku sedang kuliah." jawab Jungkook masih mengobati pipi Jimin. Jimin berandai tak ada handuk yang menghalangi jarak antara tangan Jungkook dengan pipinya.
"Ooh begitu." balas Jimin singkat. Yah, berarti tak bertemu coretcalon mertuanyacoret dong.
Jimin pun kepedean.
"Ngomong-ngomong kenapa wajah Jimin hyung bisa lebam seperti ini?"
"Ah itu.. aku ditonjok sunbae galak." Jimin langsung memutar bola matanya malas. Oke, Jimin membenci orang yang bernama Min Yoongi itu. Masa salah sedikit saja langsung dihadiahi pukulan ala preman.
"Oh, Yoongi sunbaenim? Yang tadi bertabrakan dengan hyung di koridor?" Jungkook terkekeh. "Dia memang galak."
"Aku tahu."
"Tapi dia manis lho, hyung."
Jimin mengernyitkan keningnya. Benar juga, Yoongi itu manis. Apalagi kulitnya putih mulus, matanya juga sipit tapi indah. Astaga, apa yang dipikirkan Jimin? Yoongi kan preman! ekhem, preman manis.
"Aku membencinya." ucap Jimin datar. "Tapi aku berterimakasih padanya, karena luka darinya ini diobati olehmu."
Jungkook menunduk malu dan tertawa kecil mendengar penuturan Jimin barusan, ia melepaskan handuknya dari pipi Jimin. Kemudian meletakkan kembali alkohol ke kotak P3K dan membuang kapas bekasnya.
"Sudah selesai. Maaf aku hanya bisa melakukan ini. Setidaknya hyung bisa sedikit lebih baik." ucap Jungkook dengan senyuman manisnya.
Jimin melirik jam tangannya sekilas. Jam sudah menunjukkan pukul enam sore dan Jimin harus pulang.
"Tidak apa-apa, terima kasih Jungkook. Sepertinya aku harus secepatnya pulang." Jimin bangkit dari duduknya.
"Baiklah. Sampa jumpa hyung."
"Sampai jumpa Kookie."
.
.
.
.
.
TBC
Kalo banyak respon bagus, aku bakal lanjutin ini walaupun gatau bakal lama apa nggak, soalnya aku sering buntu ide wkwkwk:"D dan, happy birthday ma bebeb jung hoseok, moga makin langgeng sama aku /ditabok hoseokstans/. Rnr juseyo?
