Judul bab 1: Dean's Journal.

Peringatan: Bab ini masih aman...

Ringkasan: Semua ini adalah ironi.

Disclaimer: Seluruh karakter dalam acara Supernatural... bukan punya kami.

Notes: Fic ini pernah daku publish di bulan 6, tapi berhubung penggunaan bahasa campur aduk dan tata kalimatnya tak bagus, terpaksa daku hapus.
Sekarang cerita di-edit oleh Dee (Rindy Hehohe nama di FB).


Telan ludah hampir separau dayu angin.

Kicauan burung-burung di pagi hari dan semilir hembus gemersik dedaunan... Semuanya hampir sempurna. Tapi ia ingin bertanya. Sedikit rancu tentang setahun penuh yang lepas dari pantauannya. Setahun penuh yang buatnya hilang dalam campuran kekacauan, bimbang jiwa, penyesalan, ketakutan... dan terpaksa harus terus hadapi penuh tanggung jawab melangkah maju sesuai janji sebelum perpisahan selamanya.

Bukan hanya level penasaran, melainkan sedikit sedih tentang semua gaya yang naik turun 'tak perduli'; jadi ia harus bertanya.

"...Jadi, Sam." Mengawali pembicaraan,

Si adik menatapnya santai saat berhenti di depan pintu Impala tepat sisi seberangnya... berkat mobil Dodge Charger SRT8 milik si adik hancur akibat ulah heboh dari Castiel menjauhkan pembunuh bayaran si Raphael dari mereka; dan menjawab, "Ya?"
Rambut mirip tatanan model pel yang sekarang panjang terawat tampak bergerak lembut, terkadang ikuti laluan hembus sayup angin.

Ia berusaha mengulang dengan sabar, "Uh... kau tahu, tentang pengalamanmu di neraka..."

Sam kerutkan kening,
"Ya?" Lagi-lagi ungkapan nada bicara apa adanya tanpa reaksi teror seperti reaksi yang seharusnya...

"Kau tak apa-apa?" Tanyanya dengan hati-hati karena tahu jelas kalau memori disana itu sangat menyakitkan.

"Yup." Angguk penuh keyakinan seakan tak peduli, dan tampilan ekspresi yang tersuguh disana sungguh kompleksitas datar seperti... statis.

"Maksudku, kau tak apa-apa?" Ulangnya penuh penekanan,
Dan Sam kini tampak coba menelaah seksama inti pertanyaan, seakan hendak mempertimbangkan jawaban terbaik.

"Maksudmu... tentang siksaan dan segala tingkat brutal disana?" Sahut si adik selayak unjuk klarifikasi pertanyaan dari sebelum untuk meyakinkan kemana arah pertanyaan berjalan saat teruskan,
"Ya. Bagian teranehnya, aku baik-baik saja. Aku sekarang berbeda, yup, aku tahu; tapi aku..." Berhenti sesaat ketika sedikit memiringkan wajah; kilasan sepasang kolam iris hazel beri animasi asuransi entah lambang kepastian, atau sekedar memperlihatkan pertahanan topeng pria tangguh.
"Aku baik-baik saja." Sambung si adik dikemudian seiring paparan senyum manis berlesung pipit di kedua sisi pipi.

Sekarang berbeda, huh?

Entah kenapa, rasanya masih ingin sekali lagi bertanya untuk mencari tahu. Tapi Sam sudah masuk duluan ke ruang dimana kursi penumpang depan Impala berada; tandakan titik dan akhir diskusi... atau mungkin melarikan diri dari topik?
Memang ada yang aneh. Tak perlu cek ke dokter... jelas, insting sebut ada yang salah tentang keadaan si adik sekarang. Bisa jadi Sam tak ingin membicarakannya. Akting oh-baik-sekali sepertinya dulu...
Lagipula mereka baru mengawali bab baru pertemuan, ikatan yang kembali dibentuk sedikit demi sedikit untuk mereparasi bagian yang pernah hilang.

Tentu, ia bisa mengerti. Mungkin ia bisa mencoba mengerti karena dirinya adalah kakak yang pengertian, maka ini... ia bisa berpose unjuk pengertian. Walau inti maksud sebenarnya adalah "kau tahu aku disini, kita selalu bisa bicara dan aku akan selalu mendengar".
Yah, melodramatis macam itu.

Mungkin sudah saatnya ia menerima baby bro yang sudah dewasa dengan segala faktor penanganan dan penyelesaian dalam lingkup pribadi diri. Patut diacungi jempol. Dan ia bisa mengerti.
Sangat mengerti.

Setelah '2 melawan dunia' kini kembali 24/7 dalam sistem kehidupan pemburu, berada di jalan sepanjang iblis dan monster tinggalkan jejak dan begitu saja, semuanya terbuka. Sedikit demi sedikit... berat, kasar, dan menyakitkan. Sampai beberapa kesempatan situasi hidup dan mati, si adik mampu merangkai karangan mudah dan resikokan bahkan menelantarkan kakak sendiri- kakak sedarah- bak partner yang bisa dibuang dan dirinya nyaris berjalan di jalan monster yang biasa mereka buru.

Ia kini semakin menderita, tersesat, dan… gagal.

Ya, kakak yang gagal.
Gagal dalam keluarga atas perintah ayah.
Gagal menepati janji terakhir untuk Sam, Sammy-nya... Serta kepastian jiwa Sam yang jelas jadi bulan-bulanan mainan dan pelacur bagi Lucifer dan Michael selama setahun- bahkan lebih, sejalan waktu Sam tanpa jiwa ini berpijak.
Ya Tuhan... 4 bulan saja sudah sangat membekas dalam ingatannya-nya… belum tambahan Adam, bocah yang seharusnya jaminan kerusakan dalam rancangan kiamat yang kacau ini.

Ia tak bisa menjangkau Sam.
Ia tak bisa katakan "aku disini, aku takkan meninggalkanmu".
Ia tak bisa berbuat lebih bagi adiknya tercinta selain singkapi dan bertahan. Cari jalan keluar ideal dan untuk sekarang memperbaiki yang ada dulu- zombie atau apapun yang tersebut Sam tanpa jiwa ini, dan bersiap menerima kemungkinan terburuk dari kutukan nama dan darah keluarga Winchester ini.

Sial.

Seandainya saja ia bisa putar balik fakta dan selamatkan ibu sebelum kontrak Azazel terjadi.
Seandainya Azazel tak pernah ada dan mengincar anak-anak spesial untuk mengemban pimpinan pasukan neraka.
Seandainya ia menjaga Sam lebih baik hingga kematian di tangan Jake tak pernah terjadi.
Seandainya ia tak bebal sesuai perumpamaan 'seperti ayah-seperti anak' dan membuat kontrak pada iblis perempatan jalan yang berbayar nyawanya demi Sam.
Seandainya ia tak pernah lompat dari rak untuk menerima perjanjian dari Alastair dan mulai menyiksa jiwa-jiwa menyedihkan di neraka; mematahkan segel pertama.
Seandainya Cass tak persulit keadaan dengan berbagai tindakan yang berujung "semua demi kau, Dean".
Seandainya Lilith bukan segel terakhir dari bab kurungan Lucifer dan alhasil, Michael jadi ikutan pesta.
Seandainya ayah tak bodoh jalin cinta dengan wanita lain hingga buahkan Adam.
Seandainya tak pernah ada neraka dan surga, hanya 1 bola bumi.
Seandainya tak pernah ada keliaran iblis-iblis laknat dan malaikat-malaikat yang kehilangan pengarahan dari Tuhan.

Selalu seandainya. Penyesalan atas segala serial kisah hidupnya.

Ya Tuhan... dirinya ini sungguh orang yang tak berguna.

TBC...