Air Hujan atau Air Mata?

© Faerea


DISCLAIMER:

Hunter x Hunter © Yoshihiro Togashi


Hujan mulai membasahi permukaan bumi. Sudah lama hujan itu turun. Mungkin langit sedang menangis? Menangis kenapa? Kuroro tidak tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya. Ia baru saja mendengar suara teriakan yang entah datang dari mana. Ketika ia datang ke tempat asal suara teriakan itu...

~*~

"..."

"Ada apa?" tanya Kuroro kepada orang yang berteriak tadi.

"..."

"Kenapa?"

"..."

"Ada yang salah?"

"..."

Kuroro terus bertanya, meskipun sama sekali tidak ada jawaban. Kuroro masih saja belum mengerti dengan orang itu. Apa yang terjadi padanya? Seketika itu juga Kuroro sadar. Ada sesuatu yang mengalir di pipi orang itu. Air hujan? Atau... Air mata?

"Kuroro..."

"Kenapa kau berteriak tadi?"

"Aku..."

"Ya?"

"Aku..."

Kelihatannya ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Kuroro melihat matanya berkaca-kaca ketika hendak bicara. Kuroro hanya bisa mengambil pendapat bahwa, mungkin yang menahannya bicara adalah air matanya...

"Kalau kau tidak mau menceritakan apa yang barusan terjadi denganmu juga tidak apa-apa. Kau ingin menangis kan?" ujar Kuroro.

"Mu... Mungkin..."

"Keluarkan saja tangisanmu..."

"Tapi..."

"Tidak apa-apa..."

"Benarkah?"

"Aku sungguh-sungguh..." jawab Kuroro pelan.

"..."

"Jangan ditahan... Tidak usah ditahan. Keluarkan saja..."

"A... Aku..."

Seketika itu juga, ia memeluk Kuroro dengan sangat erat. Entah sebenarnya ada kejadian apa... Kuroro memeluknya pula, karena Kuroro merasa bahwa ia membutuhkan seseorang untuk membuatnya merasa aman.

"Kuroro..." ia memanggil Kuroro dengan volume yang sangat pelan.

Terus begitu... Ia terus berkali-kali mengucap nama Kuroro sambil menangis. Ia semakin menenggelamkan tubuhnya ke dalam pelukan Kuroro.

"A... Aku... Aku ini... Me... Merepotkan, ya?"

"Tidak."

"Maaf... Aku merepotkanmu..."

"Tidak apa-apa... Kau tidak merepotkanku sama sekali..."

"Terima kasih..."

"..."

"Kumohon... Jangan tinggalkan aku... Di sini mengerikan... Sangat mengerikan..."

Kuroro sama sekali tidak menjawab. Kuroro hanya mengusap kepala "malaikatnya" yang sedang dipeluknya itu dengan sangat kembut...

"Kumohon..."

"..."

"Ku... mo... hon........"

Kuroro melihat bahwa ia sudah tertidur.

"Mungkin ia lelah..." pikir Kuroro.

Kuroro tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Tetapi yang pasti, Kuroro hanya berkata...

"Tenang saja... Aku tidak akan meninggalkanmu... Selagi aku bisa... Aku akan mencoba..."

Kuroro memperhatikan wajah "sang malaikat" yang sedang ia peluk. Wajah yang begitu indah, dilapisi dengan beberapa tetes air mata dan air hujan...

"Kalau saja aku bisa terus bersama dengannya... Tapi itu tak akan pernah terjadi... Sudah ditakdirkan begitu... Bukan aku yang pantas untuk menemaninya... Bukan aku..." batin Kuroro dalam hati dan kali ini, beberapa tetes air mata mengalir dari matanya.

"Bukan aku yang benar-benar pantas untuk tetap ada di sisimu... Bukan aku yang pantas untuk menemanimu... Maafkan aku... Kurapika..."


~ Owari ~

~*~

Author:

Maaf kalau fic ini rada-rada gak jelas... Kenapa? Karena saya sedang membayangkan bagaimana kalau Kuroro & *ehem* Kurapika lagi pelukan... Kurapika lagi nangis... Waaa... Saya sendiri mulai bingung dengan pikiran saya sendiri (?). Maaf kalau fic saya sama sekali tidak dimengerti... Sekali lagi, maaf...