Sherlock tidak mengerti dirinya sendiri.

Kenapa dia jadi suka menatap kedua mata berwarna abu-abu itu, ya?

Setelah menjelaskan analisis tentang perampok bank yang diburu oleh Scotland Yard, Sherlock berusaha sekuat tenaga untuk fokus menatap seseorang di hadapannya.

Tapi matanya itu loh, lagi-lagi membuyarkan semua konsentrasinya.

"For God's sake, Sherlock! What happen with you? Aku menunggu penjelasanmu tentang analisismu dan kau terbengong-bengong seperti ini! Apa kau sakit?"

Sherlock tergagap. Mau menjawab seperti biasa tidak ada suara yang keluar.

Apakah Moriarty sudah menebarkan kutukan jarak jauh sehingga dia menjadi orang tolol?

"John, matamu terbuat dari apa?"

John Watson tahu bahwa teman satu kamarnya yang juga secara tidak langsung menjadi sahabatnya memang maniak kasus. Dia tahu Sherlock Holmes satu-satunya orang yang membuat pekerjaan detektif swasta yang membantu polisi.

Dia tahu Sherlock Holmes sangat cerdas karena bisa membuat analisis dalam sekejap saja dengan hanya sedetik pandangan. Kalian tidak percaya? Awalnya, John juga tidak malah tidak tahu kalau calon teman sekamarnya itu detektif (menurut dirinya sendiri).

John masih bisa ingat dengan pertanyaan pertama yang ditanyakan Sherlock kepadanya ketika mereka berdua bertemu untuk pertama kali.

"Afghanistan atau Irak?"

Yeah, pertanyaan simpel tapi bagi John itu membuat penasaran karena Sherlock bisa tahu dirinya baru dipulangkan dari tugasnya di Afghanistan. Kemudian pertanyaan itu berubah jadi penjelasan analisis dari Sherlock tentang dirinya.

Sherlock mengetahui dia dokter tentara dari Afghanistan, tahu tentang Harry kakaknya yang alkoholik dan tahu tentang cedera psikosomatik yang dialaminya.

Jangan tanya bagaimana perasaan John saat itu. Semuanya bercampur antara takjub,penasaran dan kesal. Iya kesal karena cara Sherlock menjelaskannya dengan sangat arogan.

Dan kembali ke situasi sekarang. John masih terdiam mendengar pertanyaan Sherlock.

Masih bingung.

"Sherlock, candaanmu sangat tidak lucu! Apakah kepalamu terbentur di TKP?"

"John, jangan memberikanku jawaban dengan pertanyaan juga!" balas Sherlock lagi. "Ah, lupakan saja pertanyaanku tadi, ayo kita pulang."

Sherlock berjalan meninggalkan John yang masih diam di tempatnya.

"Mataku abu-abu biasa. Dan terbuat dari sananya sendiri. Tapi kalau kau ingin menatapnya lebih lama lagi dengan senang hati aku mengizinkannya."

Ketololan memang kadang menular.

Sherlock terus berjalan tapi bibirnya diam-diam mengembangkan senyuman. Dia tahu John bergegas menyusul di belakangnya.

Les plus beaux yeux appartiennent à John Watson.

(***)

Les plus beaux yeux appartiennent à John Watson : mata yang paling indah adalah milik John Watson