Mannequin
Chapter 1 : Keinginan
Genre : Thrill, Mystery, Angst
Characters : Sakura Haruno, Sasuke Uchiha, Rin Haruno, Shin Haruno.
Disclaimer : Naruto and all characters belongs to Masashi Kishimoto, but Mannequin belongs to Mina No Bell.
Warning : Typo(s) , AU, Sakura no Yandere, Death Character's.
Happy Reading
Read And don't forget to Review
Mina No Bell Present
.
.
Mannequin, Mannequin
Itulah permainanku
Bongkar, Pasang
Itulah keinginanku
Watashi wa no kira ga ja'nai desu ka?
Watashi wa No player Game, Mannequin
Mannequin, Mannequin
Kimi wa shine desu
Mannequin, Mannequin
Atashi ga Kira ja'nai.
.
.
Tok.. Tok.. Tok..
"Haha, Chichi." Suara Manis nan lembut Gadis kecil berumur 7 tahun tersebut mendayu memanggil-manggil kedua orang tuanya yang sudah terlelap dikamar tidur mereka.
"Haha, bolehkah Sakura Masuk? Haha?" panggilnya lagi. Tak ada jawaban hingga tak lama kemudian terdengar suara.
"Masuk saja Saku," Ucap Rin dengan suara serak benar benar menunjukkan bahwa ia baru saja terbangun dari tidur lelapnya.
Sakura masuk dengan perlahan kedalam kamar kedua orang tuanya. Ia menyembunyikan sesuatu dibalik mainan Mannequinnya. Gadis yang mencintai Mannequin ini menghampiri kedua orang tuanya dengan senyum yang sedikit mengerikan. Namun Rin-Ibu Sakura- sama sekali tidak menyadarinya. "Haha, aku ingin Mannequin lagi," Ucap Sakura manja.
"Tapi Saku, Mannequin-mu sudah sangat banyak, bahkan digudang pun penuh dengan Mannequin, untuk apalagi kau menginginkannya?" ucap Rin dengan suara lembut sembari mengelus pelan kepala putri kecilnya tersebut.
"T-tapi Saku bosan Haha, Saku ingin Mannequin yang lain. Saku bosan dengan Mannequin-Mannequin yang seperti itu, Saku ingin yang lain." Sakura menggenggam selimut yang dikenakan Rin, saat ini posisi Rin sedang berbaring diranjang dengan menghadap kearah putri kecilnya tersebut.
"Mannequin seperti apa yang kau inginkan lagi? Kami akan membelikannya apapun untukmu, Saku." Ucap Rin dengan penuh kasih sayang. Sakura menggeleng pelan, matanya tertutup dan kembali terbuka.
"Tidak bisa dibeli, Haha. Aku ingin Mannequin buatanku sendiri, dengan kedua tanganku ini," Sakura mengangkat kedua tangan kecilnya kedepan wajah ibunya dengan penuh senyum mengerikan.
"Maksudmu? Memangnya Saku ingin Mannequin seperti apa? Kalau begitu buatlah dengan sesuka hatimu Saku, kami pasti mengizinkannya," Rin dengan lembut menggenggam kedua tangan Sakura.
"Benarkah Haha memperbolehkannya?" ucap Sakura senang.
"Tentu saja, apa saja asal membuat putriku ini bahagia, apa saja." Ucap Rin dengan semangat dan senang, ia sangat menyayangi putri satu-satunya ini.
"Terimakasih Haha, Terimakasih banyak." Sakura mengambil sesuatu dibalik papan Mannequin kesayangan yang ia bawa tadi. Sebuah benda berbentuk tabung kecil layaknya tempat untuk parfum pada umumnya. namun tempat itu bukan diperuntukkan Untuk parfum.
"Apa itu Saku?" Tanya Rin memandangi botol itu curiga.
"Salah satu alat untuk membuat Mannequin yang kubilang tadi, Haha." Entah kenapa, Rin dapat merasakan suara putrinya berubah menjadi sedikit datar dan aura aura mengancam yang keluar dari tubuh putrinya, ia segera menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin, Sakura adalah putrinya.
"Aku ingin menunjukkan alat ini pada Haha, Haha jangan marah ya," Ucap Sakura menggenggam alat tersebut dengan erat, ia menatap Rin dengan lurus dan tidak berekspersi.
Sakura menyempotkan cairan kewajah Rin dengan satu kali gerakan tangan. Membuat Rin terhentak kaget, ia berteriak dan menggeliat dari kasurnya.
"Apa yang kau lakukan Sakura!" lalu tak butuh waktu lama sampai pandangannya mengabur dan membuatnya pingsan pingsan. Shin Haruno pun terhentak kaget, dan bangun dari tidurnya. Ia menghampiri istri dan putrinya tercinta.
"Ada apa ini!" teriaknya keras melihat Istri tercintanya tergeletak pingsan diatas karpet. Sakura menatapnya dengan santai. Shin berjongkok untuk melihat keadaan istrinya tersebut.
"Rin, Rin, ada apa denganmu!" teriak Shin. Ia bahkan tak sadar bahwa putrinya membawa tabung berisi cairan berbahaya yang digunakan dalam medis untuk membuat orang tertidur. Entah darimana Sakura mendapatkannya.
"Chichi," panggil Sakura lembut. Shin menoleh dengan wajar khawatir. Sakura pun menyemprotkan cairan tersebut diwajah Ayahnya. Shin kaget dan segera mengelap cairan tersebut. Namun usaha yang ia lakukan sia-sia karena cairan itu amat berbahaya. Tak lama kemudia Iapun merasakan pandangannya mulai mengabur dan ia terjatuh pingsan.
"Selamat tidur, Chichi, Haha." Bisik Sakura dengan sangat lembut. Membuat bulu kuduk berdiri.
Sakura menyeret kedua orang tuanya keruang bawah tanah yang digunakan untuk menyimpan Mannequin Mannequin yang selama ini ia kumpulkan. Setelah sudah, ia menunggu sampai salah satu dari mereka terbangun. Tidak memakan waktu lama sampai kemudian Rin pun terbangun. ia sangat terkejut tentang keberadaan mereka, yang ia ingat hanya ia sedang mengobrol dengan putrinya lalu ia pingsan.
"Sakura! Apa yang kau lakukan pada kami!" Teriak Rin panik. Ia tidak menyangka putrinya akan melakukan ini padanya. Firasat burukpun berdatangan kekepalanya. Entah apa yang akan Sakura lakukan pada mereka.
"membuat yang kubilang tadi pada Haha, seingatku Haha memperbolehkannya dan berjanji tidak akan memarahiku. Kau hanya perlu menunggu sebentar lagi sampai aku akan antar kalian menuju tempat yang dinamakan Surga itu. Seharusnya kalian senang dan berterimakasih padaku," Sakura mengasah pisaunya dengan wajah mengerikan dan menaruhnya rapih diatas sebuah meja yang telah ia siapkan sebelumnya.
"Sa-Saku, apa yang akan kau lakukan pada kami?" Ucap Rin dengan takut.
"Membunuh kalian lalu menjadikan kalian Mannequin yang ku damba-dambakan selama ini," Sakura memilih alat apa yang akan ia gunakan untuk ini. beberapa alat yang Ibunya gunakan untuk memasakpun sudah ia letakkan dengan rapih disana.
"Kau pasti bercanda! Sakura! Lepaskan Haha! Lepaskan," Rin memberontak berusaha untuk terlepas dari tali yang mengikatnya kencang.
"Tidak, Haha. Saku ingin Mannequin baru." Sakura menghampiri Rin dengan menyeret sebuah kapak besar hingga menimbulkan bunyi decitan yang mengerikan.
"Ti-tidak Sakura, ja-jangan, jangan! Kyaaaaaaaaaaa," Jerit Rin.
"Sssttttt, jangan berteriak Haha, aku tidak ingin suara indahmu itu habis." Ucap Sakura menenangkan Ibunya. Dan tentu saja hal itu percuma.
Sakura mengangkat kapak besarnya dan menatap Rin kosong. Ia tersenyum, senyum yang sangat mengerikan.
"Selamat tidur, Haha."
Crrasssssssss …
Sakura tersenyum bangga melihat hasil karyanya. Tubuhnya terciprat darah-darah sang Ibu. Kepalanya Rin telah menggelinding jauh menyebabkan banyak darah berceceran di lantai tersebut. Sakura melihat masih adanya tanda tanda kehidupan dari kejang-kejang yang ia lihat dari tubuh Hahanya tercintanya. Ia berjalan santai menuju kepala Rin berada. Ia mengangkat kepala yang telah terpenggal tersebut dengan menggenggam rambut merah muda cantik milik Rin dan. Ia tersenyum bangga yang terlihat sangat mengerikan. Seorang anak manis melakukan ini kepada orang tuanya, bahkan orang bodohpun tidak akan percaya.
"Haha terlihat sangat cantik jika begini." Ucap Sakura sembari menaruh kepala Rin di atas meja yang tak jauh darinya. Bibir mungilnya mulai bergerak, mengalunkan sebuah Lagu buatannya sendiri dan hanya akan menjadi miliknya- yang tak pernah diketahui oleh siapapun.
"Mannequin, Mannequin, Inilah permainanku. Bongkar, Pasang, Inilah keinginanku," ia mengalunkan lagu tersebut dengan suara yang amat lembut tampak sangat mengerikan.
"Watashi wa no Kira ga Ja'nai desu ka? Watashi no player game.. Mannequin"
"Mannequin, Mannequin. Kimi no koto shine desu. Mannequin, Mannequin. Atashi ga Kira ja'nai." Ia mengambil sebuah pisau yang ia asah sebelumnya. Ia berjalan dengan santai kearah mayat ibunya. Ia menggoreskan pisau tajam tersebut pada satu per satu jemari Ibunya yang sudah tidak bernyawa lagi. Ia memotong satu persatu jemari Rin dengan penuh rasa bahagia, entah kenapa Sakura sangat bahagia melihat sang Ibu tergeletak tak bernyawa dihadapannya.
"Tangan Kaa-chan sangat Halus, Saku suka. Jadi apa boleh Saku potong? Agar bisa Saku pajang. Dan agar Saku selalu ingat betapa halusnya tanganmu ini," Ucapnya dengan lembut. Ia memotong semua jemari-jemari yang ada dikedua tangan Rin. Setelah jemari-jemari itu telah terpotong, ia kembali berjalan ke meja tempat ia meletakkan kepala Hahanya tercinta itu untuk meletakkan 10 potong jari yang ia dapatkan. "Darah Haha banyak sekali, Haha bisa mati kalau kehabisan darah begini. Saku lap ya?" Ia berbicara sendiri. Apa ia sudah gila? Tentu saja iya. Anak mana yang tidak gila jika membunuh ibunya sendiri. ia mengelap meja tersebut dengan beberapa kain yang berceceran dilantai.
Sakura menyadari pergerakan kecil dari tempat sang Ayah terbaring lemas. Ia menoleh dengan penuh senyum yang terpasang diwajah manisnya. Ia menghampiri ayahnya dan berjongkok didepannya tanpa menghilangkan senyumnya itu. Sebelumnya ia telah menggenggam sebatang kayu yang besar dibalik punggungnya.
Shin membuka matanya perlahan, pandangannya masih kabur. Ia lupa apa yang dilakukan Sakura padanya tadi. Setelah sekian lama pandangannya mulai jelas dan ia melihat putrinya sedang berjongkok didepannya dengan darah disekujur tubuhnya bahkan warna Surainya pun berubah karena darah tersebut. Tak lupa dengan senyum mengerikan yang terpasang disana.
Ia terkejut dengan pemandangan Tragis dihadapannya. Yang membuat ia Sangat terkejut ia melihat Ada tubuh seorang wanita yang tergeletak tanpa kepala yang berada tak jauh darinya. Ia yakin itu adalah tubuh Rin, istrinya. Air mata mulai menyeruak keluar dari sudut-sudut matanya.
"R-rin, Rin? Rinnn! Jangan tinggalkan aku! Rin!" Jerit Shin dengan penuh air mata. Ia sangat terpukul melihat kematian yang diluar akal sehat yang terjadi pada istri tercintanya. "kenapa bisa begini? Kenapa? Kenapa!" Jerit Shin.
Matanya beralih pada seorang gadis kecil yang ia duga sebagai pembunuh Istrinya, yaitu putrinya sendiri. Ia tidak percaya apa yang terjadi disini.
"Saku, apa yang kau lakukan!" teriak Shin tanpa mempedulikan bahwa Sakura adalah putrinya.
"Saku tidak lakukan apapun, Chichi. Saku hanya ingin Mannequin baru dan Haha mengizinkannya. Jangan takut Chichi, Aku juga akan membuat Chichi menyusul Haha kok, Chichi tenang saja ya," Suara khas anak-anak itu kembali terdengar dari bibir mungi Sakura.
"Mannequin? Mannequin apa yang kau inginkan! Katakan padaku! Tapi kembalikan Rin milikku," Teriak Shin-lagi.
"Kau, Haha."
"Aku? Apa maksudmu?"
"Aku ingin kau sebagai Mannequin-ku," Shin tersentak kaget.
"Lalu apa yang ingin kau lakukan? Membunuhku? Kau pikir setelah kau membunuhku semua masalah selasai? Kau ingin dipenjara hah? Jika semua orang tau. Anak macam apa kau ini!" teriak Shin murka.
"Tidak Chichi, kau salah. Kalau Chichi dan Haha mati maka, keberadaan kalian akan benar-benar menghilang tanpa ada yang menyadarinya."
"Apa maksudmu! Apa yang kau bicarakan!" teriak Shin keras.
"Anugerah KAMI-SAMA," Ucap Sakura dengan penuh penekanan.
..Flashback..
"Hiks,Hiks, A-aku ingin Mannequin baru, Haha, dan Chichi terlalu sibuk, hiks. A-aku ingin. Ka-kami-sama, Saku Mohon, Sa-saku ingin Mannequin baru." Isak Sakura dengan keras dikamarnya. Entah kenapa ia merasa sangat kesepian dan saat ini ia memiliki 2 harapan yaitu, Ia sangat menginginkan Mannequin baru dan Ia sangat ingin kedua orang tuanya terus bersamanya selama-lamanya.
"aku akan mengabulkannya." Ucap seseorang berjubah hitam yang tiba – tiba muncul di hadapannya, tanpa menginjakkan kaki di tanah.
"K-kami-sa-sama?" ucap Sakura memastikan.
"Ya, benar. Aku adalah Kami-Sama yang kau sebut-sebut itu." Ucap Demon itu berdusta padanya.
"Be-benarkah? Kau akan mengabulkan 2 keinginanku?" Sakura merangkak mendekatinya.
"Apapun untuk gadis manis sepertimu."
"Ja-jadi kau tau 2 keinginanku?" Sakura menatapnya berbinar. Ia tersenyum manis memandang wajah tampan Demon tersebut.
"Tentu saja. Mannequin dan kedua orang tuamu itukan?" ujar Demon itu meyakinkan.
"Kami-sama hebat! Saki desu."
"Saki?"
"Hum, Saki! Itu kata-kataku untuk mengucapkan kata Suki."
"Baiklah. Jadi, bagaimana jika kedua keinginanmu disatukan."
"Disatukan? Memangnya bisa?" Tanya Sakura dengan memiringkah kepalanya.
"Buat kedua orang tuamu menjadi Mannequin mu. Dengan cara membunuh mereka." Ucap Demon itu dengan wajah datar. "Bukan Cuma kedua orang tua mu yang bisa kau jadikan Mannequin, tapi semua orang bisa." Tanpa Sakura sadari Demon itu tersenyum mengerikan dihadapannya.
"Eh? Apakah itu boleh? Kata Kaa-san kalau aku melakukan itu, pak polisi bisa marah. Aku takut." Sakura menatap Demon itu dengan berkaca-kaca.
"Tidak. Tidak akan pernah ada yang akan memarahimu. Kau tidak perlu takut. Aku akan memberikan suatu 'Anugerah' padamu, semua orang yang kau bunuh keberadaannya pasti akan lenyap dari muka bumi ini."
..Normal Point Of View..
"Cerita tidak masuk akal! Aku tidak akan pernah percaya." Teriak Shin shock. Tatapan Sakura berubah jadi kosong dan dingin.
"Begitukah? Kalau begitu, Mari kita Coba," Sakura mengangkat tombak kayu yang sedari tadi ia genggam.
"Ti-tidak! Sa-sakura! Jangan!"
"So good bye, Haha," Sakura menatap Shin dingin. seolah tanpa jiwa. dan Shin percaya bahwa gadis dihadapannya ini bukanlah Sakura putrinya.
Sakura mengarahkan Kayu runcing itu tepat berada diatas Jantungnya , Sakura menancapkan kayu tersebut pelan-pelan seolah-olah ingin menyiksa Shin secara perlahan. Entah dari mana ia mendapatkan kekuatan sebesar itu untuk menancapkan kayu tersebut, yang jelas disitu terdapat tulang rusuk yang diciptakan Tuhan untuk melindungi bagian-bagian vital yang berada didada untuk dia hancurkan.
"Arhhhhh, Sa-Saku! Kau gila! Gila! Lepaskan kayu ini! Sakit!" teriak Shin dengan sedikit memberontak. Ikatan tali terlalu kuat yang menyebabkan ia susah untuk melepaskan diri. Lagipula tidak ada gunanya jika ia lepas, toh ia akan kehabisan darah lalu mati. Sama saja bukan?
Darah mengalir deras dari bagian dada Shin. Rasa sakit yang ia alami sekarang belum sebanding dengan kenyataan yang ia terima bahwa Sakuranya sendiri adalah pembunuh Istrinya. Kayu tersebut mulai tertancap lebih dalam. Sakura sengaja membiarkan kayu itu tertancap disana. Ia menyeringai.
"Selamat tidur, Chichi. Saku sayang Chichi."
Crattttt…
Kayu tersebut tertancap sempurna dijantung Shin. Darah mengalir keluar dari mulut dan hidungnya. Kemudian Sakura mencabut Kayu tersebut lalu melemparnya.
Ia yakin Shin telah mati. Ia melihat kedalam dada Shin yang telah berlubang. Ia memasukkan tangan kecilnya kedalam lubang tepat dijantung Shin. Ia mencengkram jantungnya dan menariknya keluar. Ia dapat merasakan beberapa otot-otot yang terputus saat ia menarik paksa jantung Shin yang masih berdetak sangat pelan bahkan hampir tak terasa. Ia menarik dengan keras hingga jantung tersebut keluar dari rongga dada Shin yang telah hancur itu.
"Jantung Chichi jelek. Aku tidak Suka," Sakura melempar jantung shin ketanah dan menginjaknya dengan Senang dan perlahan ia mulai melompat lompat bahagia diatas kubangan darah Haha dan Chichinya. Itu membuat kaki Sakura berlumuran darah, bukan hanya kakinya namun seluruh tubuhnya.
"Mannequin ku yang terindah dari Mannequin yang lainnya. Nee, kami-sama menurutmu bagaimana? Aku telah membuat Haha dan Chichi jadi Mannequin seperti keinginanku. Rasanya hatiku lega. Mulai sekarang, Haha, dan Chichi tidak akan pernah bisa meninggalkanku lagi," Ucap Sakura dengan penuh penekanan. Senyum mengerikan itu masih terpampang manis diwajahnya.
"Sekarang adalah waktuku untuk mempoles kedua boneka ku ini, hihihi." Tawa manis yang begitu menyeramkan bergema diruang bawah tanah yang digunakan Sakura untuk melakukan kegiatan berdosa tersebut, namun dia hanya anak kecil yang berumur 7 tahun, memangnya dia peduli dengan dosa? Dosa sebesar apa? Yang jelas ia tidak peduli. Membuat mannequin adalah pekerjaannya mulai sekarang.
10 Tahun berlalu, Sakura tumbuh sebagai pembuat Mannequin terkenal sampai seantero Jepang. Pembuat, pemain sekaligus penjual Mannequin ini sangat bangga dengan seluruh hasil karyanya, berumur 16 tahun dan sudah handal membuat karya yang mampu membuat orang jatuh hati saat pertama kali melihat karyanya. Siapa yang tidak iri dengan Sakura, Kaya, cantik, Genius, ramah, dan dikelilingi seluruh Pria diKonoha. Dan tidak ada yang akan pernah menyangka bahwa gadis manis ini adalah pembunuh professional.
"Saku-chan!" panggil seorang gadis manis dengan rambut poni blonde yang menutupi hampir sebagian wajahnya. Gadis itu seraya berlari kearah Sakura. Sakura menoleh dengan senyum manis.
"Ino-chan, hihi~ apa kabarmu? Sudah lama tidak berjumpa ya." Ucap Sakura dengan sopan. Senyum manis Sakura membuat Ino sedikit iri, tetapi ia tau posisinya, ia adalah Sahabat gadis ini sampai selama-lamanya.
"Kabarku? Tentu saja baik, kalau dirimu? Oh iya, jangan-jangan kau sudah mempunyai kekasih yaa? Kau tidak pernah bercerita padaku." Sakura tersentak dan terdiam sejenak saat mendengar kata-kata Ino lalu melanjutkan perjalanan mereka.
"Oh iya, maaf hehe. Aku tidak pernah bercerita denganmu, ya kau tau lah Ino-chan, pekerjaanku membuat Mannequin sangat melelahkan, dan kau tau, pagi aku sekolah hingga siang menjelang sore dan malamnya aku mencari bahan untuk membuat Mannequin. Itu melelahkan." Ino tersenyum lebar, Tanpa menyadari maksud dari kata kata Sahabatnya itu.
"Ya,ya,ya pengusaha Mannequin yang sangat sukses. Aku mengerti. Hei kau belum menjawab pertanyaanku tau." Ino menggembungkan pipinya kesal.
"Ah ya, kekasih ya? Sudah ada. Ia bernama Inuzuka Kiba." Semburat merah muncul dikedua pipi porselen Sakura.
"Inuzuka? Inu? Hah? Ahahaha, kekasihmu tidak salah nama ya? Inu itu kan Anjing, hahahaha,"Ino tertawa terbahak bahak.
"Ya, kurasa dia salah nama hihi~ Ngomong ngomong dia adalah pengusaha Anjing loh, dia punya banyak sekali Anjing yang imut, makanya aku suka dengannya," Kekeh Sakura.
"Suka dengannya atau anjingnya?" ledek Ino seraya menyenggol bahu Sakura. Perjalanan mereka pulang dari Kampus dan SMA mereka. Sakura adalah murid di University Of Konoha Greather School memasuki semester 2. Kalian pasti bertanya mengapa gadis semuda ini sudah kuliah bahkan hampir memasuki semester 2, dia adalah gadis genius akselerasi langsung 2 kelas, memasuki SMA langsung lulus, pintar sekali bukan? Sedangkan sahabatnya sendiri, bahkan umur mereka sama saja dia baru saja kelas 3 SMA.
"okay, aku sudah sampai. Byeeeee Pig. Aku duluan ya. Sampai berjumpa lagi," Teriak Sakura yang langsung berlari masuk kedalam rumah bak istana miliknya.
"Haahh, dasar gadis aneh. Selalu saja begitu, memangnya apa yang ia simpan didalam rumahnya, memangnya ada mayat. Ehhh, aku ini memikir yang tidak-tidak, haaahh." Gumam Ino pelan.
Brakkkkkk,
"Hah, hah, hah," deru nafas Sakura terus menerus bersahutan. Ia segera berlari menuju tempat penyimpanan mannequin-mannequin kesayangannya.
Ia membuka pintu ruang bawah tanahnya dengan melirik kekiri dan kanan, sudah pasti tidak ada orang, senyumnya mengembang begitu menyeramkan. "bagus, tidak ada yang mencurigaiku," Sakura melangkahkan kakinya menuju tempat gelap dibawah sana tanpa rasa takut sedikitpun karena ini adalah dunianya. takut pada arwah? Maaf Maaf saja, ia tidak percaya akan hal itu.
"selamat sore Chichi, Haha. Apa kalian baik baik saja?" ucap Sakura lembut entah pada siapa. Disana hanya ada beberapa boneka yang menggantung. Dengan pencahayaan minim ia mendekati dua boneka yang diletakkannya rapih didalam lemari kaca. Ia membuka perlahan lemari tersebut dan mengambil boneka yang ia sebut sebagai Ibu. Lalu ia letakkan diatas sebuah meja yang cukup bersih.
"Sore Haha. Kau merindukanku? Aku baru saja pulang kuliah, Seharusnya Haha bangga denganku." Senyum menyeramkan itu kembali terukir diwajah cantik gadis yang berumur belum genap 17 ini.
Sakura membuka sebuah lemari yang biasanya ia gunakan untuk membuat makanan untuk boneka-bonekanya yang kelaparan. Hei apa aku sudah gila? Boneka kelaparan? Mungkinkah? Tapi begitulah yang dipikirkan gadis yang satu ini, mengerikan bukan? Setelah selesai dengan ritualnya membuat makanan ia kembali berjalan kearah Ibunya.
"Katakan Aaaa yang lebar, Haha." Tangan Sakura mengendalikan pergerakan boneka tersebut bagai memainkan boneka tangan. Ia menyuapkan satu sendok bubur, lalu bubur tersebut kembali mengalir ke saluran yang sudah sakura buat didalam tubuh boneka tersebut menuju bagian belakang tepat di punggung boneka malang tersebut. Benar benar gadis yang genius bukan?
"mendengar beberapa saat yang lalu bukanlah jadi? melodi jeritan ini indah dan bau yang anyir yang sangat sedap... Membuat semua boneka boneka terbangun. Kemudian aku akan mengambil pisau dan semuanya akan menjadi siap. sekarang pergi untuk tari, ambil tanganku Terlihat ke kanan, yang luka untuk kiri yang berkembang di mana-mana. Merah, Hitam dan misterius...Manusia Boneka Buatanku. Mari tari hermodo Waltz bersama-sama. Ini adalah awal dari kematian yang tak berujung merobek festejal. di ini parade kematian. HAHA! HAHAHA!" Alunan lembut nan menyayat itu selalu ia nyanyikan saat bersama sama dengan boneka-bonekanya. nyanyian yang berakhiran dengan tertawaan keras itu adalah nyanyian yang ia ciptakan sendiri, nyanyian yang membuat bulu kuduk berdiri dan berlali ketakutan. Rasanya menyeramkan bukan?
To Be Continue
Mina No Bell Present
A/N
Thanks for reading. I hope you want to review.
Terimakasih sudah membaca. aku harap kau torehkan sedikit review untuk fict Nistaku ini.
Hontou ni Arigatou Gozaimasu.
Mina No Bell.
